Wahai kawanku yang budiman, ada sedikit hal yang mengusik hatiku beberapa hari ini, sempat membuatku turun. Tapi ku nikmati sajalah, karena ku tahu turunnya semangat, keefektifitasan waktu, kepercayaan diri, sampai ibadah ini juga nikmat dari Allah, dan ku yakin akan ada tanjakan tinggi yang akan ku lewati. Karena seketika ku berjalan kekamar mandi *hendak mandi, mulailah motivasi itu muncul dan berlanjut ketika ku duduk merenung dilantai dua PESMA DARUL HIJRAH.
“Tyas, masihkah kau ingat kapan kau lahir? Dimana kau lahir, dan bagaimana keadaanmu waktu itu?”
“Bukankah kau ini manusia hina bina yang belumur dosa, asalmu hanya dari setetes air yang hina pula.”
“Dari air hina itu kau berlindung di dinding rahim ibumu, lalu kau lahir kedunia inipun dalam keadaan bugil tanpa suatu apapun!”
“Kau yang waktu itu belum tahu apa-apa, tapi sekarang lihatlah! Apakah kau sudah banyak tahu? Sehingga semangatmu kendor, apakah kau sudah tak ingat perjuangan orangtuamu sehingga kau mau jadi sia-sia saja?”
‘aku menikmatinya, waktu turun untuk naikku, dan naikku yg banyak dihiasi turunku yang sedikit.’
“Ini bukan tyas, masih ingatkah kau ketika kau ditanduk kerbau, tertimpa sepeda, dan matamu dihantam raket? Siapa yang meninggikanmu kembali? Siapa yang membelamu pertama?”
‘ya, mereka adalah orangtuaku terutama ibuku!’
“Bukan, yang membela dan menolongmu adalah Allah. Melalui perantara orangtua dan terutama ibumu!”
“Lalu inikah balasanmu untuk Allah dan juga perantaranya? Tak ada kesempatan untukmu berleha-leha tanpa berbuat baik. Tiada waktu untukmu tanpa berpikir, berdzikir dan beramal soleh”
“Masihkah kau ingat imajinasi-imajinasi tingkat tinggimu, ketika kau berpikir akan memiliki robot besar dan kau yang menahkodainya! Ketika kau berimajinasi tentang suaka marga satwa yang penuh dengan flora fauna langka yang menjadi sahabatmu! Ketika kau bermimpi membuat stadion dengan segala kemegahannya! Masihkah kau ingat?”
‘sangat!’
“apakah imajinasi itu hanya akan berjalan tanpa ada efek kepada kehidupanmu sekarang? Apakah kau salah jalur? Atau apa?”
“Lihatlah mimpi-mimpi yang kau tulis sendiri dengan tanganmu itu, bukankah itu tak hanya sekedar tulisan di M.Word bajakanmu yang tiada arti? Bukankah itu bintang yang kan kau gapai, seperti bulan yang kau datangi?”
‘itulah aku!’
“tentu kau masih berpikir tentang lufi dalam onepiece yang bermimpi ke Greenland, lalu dia ditertawakan semua orang! Kau pernah mengalaminya ketika ditertawakan orang untuk keliling Indonesia, dunia dan ke bulan. Apakah kau akan menyerah?”
‘tak akan pernah, karena ini mimpiku dan mimpiku adalah bagian dari hidupku!’
“lanjutkanlah perjuanganmu tyas, lufi menghadapi perompak-perompak besar bersama teman-teman hebat, dan kau haruslah tak hanya jadi cerita kartun kelak!”
“Diwaktu sekolah dasarmu, engkau icon kecerdasan yang masih kau dengar dari guru-gurumu ketika bertemu sekarang. Engkau rajin belajar, pelajaran kelas 2 kau pelajari ketika kelas 1 seharusnya kau bisa mampu lebih sekarang!”
“Juara kelas selalu kau rengkuh, kau juga membuktikan dengan permainan sepakbolamu dilapangan, karya lukismu di kertas gambar, masih lupakah engkau dengan lomba-lomba yang kau ikuti? Walaupun begitu jarang kau memenangi!”
“lihatlah naruto tyas, tahap ujian chunin saja dia berkali-kali tak lulus. Tapi dia sangat bersemangat, karena mimpinya menjadi hokage, dan cita-cintanya akan konoha! Bukankah kau bermimpi jadi RI1? Bukankah kau sangat cinta akan negerimu, bangsamu dan agamamu?”
‘ya, walau aku sempat ragu, tp akan selalu kembali ku pacu dan mengatakannya pada dunia!’
“Bukankah kau ingin mengembalikan Indonesia jadi macan Asia? Kau ingin para petingginya juga memiliki akhlak yang mulia karena kemampuan Agama juga diatas rata-rata?”
‘sangat benar!’
“Seharusnya kau tak akan pernah terlena, hanya duduk tanpa berpikir, main game tanpa mengambil hikmah, & sendiri tanpa member kontribusi.”
“lihatlah perjuangan Bung Karno, Lihatlah kegigihan P.Harto, contohlah semangat mengabdi P.Habibie, Keluesan dari Gus Dur, emansipasi dr Bu Mega, sampai perjalanan orang pacitan macam P.SBY! harusnya kau tak seperti mereka, karena kau mampu lebih daripada mereka!”
“Yang jadi RI1 bukanlah orang lemah, bukanlah budak pekerjaan, yg jadi RI1 hanya orang kuat seperti karang, budaknya ibadah, yang menikmati semua hal dengan indah!”
‘ya, itu yang slalu ku usahakan. Walau kadang diri ini selalu ada salah dan dosa!’
“hei, kau ini manusia, tentu punya salah dan dosa tapi itu kesempatanmu untuk lebih baik dan dekat kepada yang kuasa. Apa kau ingin seperti malaikat?”
‘aku sangat bersyukur sebagai manusia, karena kalaupun aku tak hidup tentu itu kehendak sang Kuasa!’
“Masih ingatkah kau dengan masa SMPmu, yang kau hiasi dengan berbagai piala. Walau tak ada satupun yang singgah dirumahmu!”
‘4, tak penting, tp ku ingin memberikannya kepada orangtuaku sebenarnya. Karena ku dari dulu belum memberi apa2 kepada beliau!’
“yakinkah kau yang dim au orang tuamu adalah piala itu? Atau penghasilan besar? Atau keberhasilan beasiswa, yang sampai sekarang kau tak mendapatkannya?”
“Bukan, orangtuamu lebih butuh doamu, lebih butuh kasih sayangmu, lebih butuh waktu-waktu bersamamu, lebih butuh melihat semangatmu, lebih butuh melihat kebahagiaanmu, dan lebih butuh melihat kau tersenyum dan bangga serta patuh menyebut keduanya sebagai sumber inspirasi dan mencium tangan keduanya!”
‘tidak, aku akan berhasil, dan itu semua untuk Allah dan ku perantarakan kepada kedua orang tuaku’
“ingatkah kau siapa nama beliau berdua?”
‘tentu, Yatmi Sri Utami dan Supiran Pujo Hartono!’
“Lalau masihkah kau ingat apa saja yang telah diberikannya padamu? Tahukah kau ketika malam keduanya tak berselimut demi melihat kehangatanmu? Baju mereka masih robek tetapi membelikanmu baju baru? Mana balasanmu? Segeralah sukses dan selalu ingat mereka, itu yang di inginkan orang tuamu!”
‘tapi sekarang aku akan member semuaku untuk mereka, demi mengharap ridho Allah!’
“seharusnya seperti itu, lalu masihkah kau ragu dengan mimpi-mimpimu?”
‘pernah, dan kadang sempat naik-turun!’
“nikmatilah, turunmu untuk naikmu. Masihkah kau ingat mimpi naruto utk jadi hokage? Mimpi lufi (dlm one piece) untuk menjadi penjelajah laut dan pergi ke Greenland?”
‘sangat, karena imajinasiku saat kecil adalah dari kartun itu. Walau sekarang bukan tokohku lagi, tapi inspirasinya tak terlupakan!’
“maka lanjutkan mimpimu tyas, naruto menerima banyak ejekan dan cobaan ketika mimpinya jadi hokege masih terhalang. Kau bunkannya juga ingin jadi hokage di desa berlambang GARUDA dan berdasarkan PANCASILA? Maka gapailah…”
“bukannya kau juga punya mimpi untuk keliling dunia dan pergi kebulan? Mimpimu lebih tinggi dari lufi bukan? Gapailah, jangan pernah ragu dengan mimpimu itu. Biarkanlah orang berkata apa, dirimu adalah dirimu, biarkan dirimu yg mengerti, lakukan dg caramu, karena ini adalah hidupmu.”
‘selalu, dan aku pasti sukses sampai akhir, termasuk kematianku!’
“ingatlah, kesuksesan seorang adalah bagaiman dia bisa membuat orang-orang disekitarnya juga sukses. Dan itu juga yang harus kau lakukan, lalu sukseslah secara hakiki dg mati dalam keadaan khusnul khotimah.”
Semoga bermanfaat kawan, ini adalah kesempatan merenung dalam hati dan anda bisa merubah namanya dengan nama anda. Salam dari Tyas Haryadi sang Pengembala… ^_^
“Tyas, masihkah kau ingat kapan kau lahir? Dimana kau lahir, dan bagaimana keadaanmu waktu itu?”
“Bukankah kau ini manusia hina bina yang belumur dosa, asalmu hanya dari setetes air yang hina pula.”
“Dari air hina itu kau berlindung di dinding rahim ibumu, lalu kau lahir kedunia inipun dalam keadaan bugil tanpa suatu apapun!”
“Kau yang waktu itu belum tahu apa-apa, tapi sekarang lihatlah! Apakah kau sudah banyak tahu? Sehingga semangatmu kendor, apakah kau sudah tak ingat perjuangan orangtuamu sehingga kau mau jadi sia-sia saja?”
‘aku menikmatinya, waktu turun untuk naikku, dan naikku yg banyak dihiasi turunku yang sedikit.’
“Ini bukan tyas, masih ingatkah kau ketika kau ditanduk kerbau, tertimpa sepeda, dan matamu dihantam raket? Siapa yang meninggikanmu kembali? Siapa yang membelamu pertama?”
‘ya, mereka adalah orangtuaku terutama ibuku!’
“Bukan, yang membela dan menolongmu adalah Allah. Melalui perantara orangtua dan terutama ibumu!”
“Lalu inikah balasanmu untuk Allah dan juga perantaranya? Tak ada kesempatan untukmu berleha-leha tanpa berbuat baik. Tiada waktu untukmu tanpa berpikir, berdzikir dan beramal soleh”
“Masihkah kau ingat imajinasi-imajinasi tingkat tinggimu, ketika kau berpikir akan memiliki robot besar dan kau yang menahkodainya! Ketika kau berimajinasi tentang suaka marga satwa yang penuh dengan flora fauna langka yang menjadi sahabatmu! Ketika kau bermimpi membuat stadion dengan segala kemegahannya! Masihkah kau ingat?”
‘sangat!’
“apakah imajinasi itu hanya akan berjalan tanpa ada efek kepada kehidupanmu sekarang? Apakah kau salah jalur? Atau apa?”
“Lihatlah mimpi-mimpi yang kau tulis sendiri dengan tanganmu itu, bukankah itu tak hanya sekedar tulisan di M.Word bajakanmu yang tiada arti? Bukankah itu bintang yang kan kau gapai, seperti bulan yang kau datangi?”
‘itulah aku!’
“tentu kau masih berpikir tentang lufi dalam onepiece yang bermimpi ke Greenland, lalu dia ditertawakan semua orang! Kau pernah mengalaminya ketika ditertawakan orang untuk keliling Indonesia, dunia dan ke bulan. Apakah kau akan menyerah?”
‘tak akan pernah, karena ini mimpiku dan mimpiku adalah bagian dari hidupku!’
“lanjutkanlah perjuanganmu tyas, lufi menghadapi perompak-perompak besar bersama teman-teman hebat, dan kau haruslah tak hanya jadi cerita kartun kelak!”
“Diwaktu sekolah dasarmu, engkau icon kecerdasan yang masih kau dengar dari guru-gurumu ketika bertemu sekarang. Engkau rajin belajar, pelajaran kelas 2 kau pelajari ketika kelas 1 seharusnya kau bisa mampu lebih sekarang!”
“Juara kelas selalu kau rengkuh, kau juga membuktikan dengan permainan sepakbolamu dilapangan, karya lukismu di kertas gambar, masih lupakah engkau dengan lomba-lomba yang kau ikuti? Walaupun begitu jarang kau memenangi!”
“lihatlah naruto tyas, tahap ujian chunin saja dia berkali-kali tak lulus. Tapi dia sangat bersemangat, karena mimpinya menjadi hokage, dan cita-cintanya akan konoha! Bukankah kau bermimpi jadi RI1? Bukankah kau sangat cinta akan negerimu, bangsamu dan agamamu?”
‘ya, walau aku sempat ragu, tp akan selalu kembali ku pacu dan mengatakannya pada dunia!’
“Bukankah kau ingin mengembalikan Indonesia jadi macan Asia? Kau ingin para petingginya juga memiliki akhlak yang mulia karena kemampuan Agama juga diatas rata-rata?”
‘sangat benar!’
“Seharusnya kau tak akan pernah terlena, hanya duduk tanpa berpikir, main game tanpa mengambil hikmah, & sendiri tanpa member kontribusi.”
“lihatlah perjuangan Bung Karno, Lihatlah kegigihan P.Harto, contohlah semangat mengabdi P.Habibie, Keluesan dari Gus Dur, emansipasi dr Bu Mega, sampai perjalanan orang pacitan macam P.SBY! harusnya kau tak seperti mereka, karena kau mampu lebih daripada mereka!”
“Yang jadi RI1 bukanlah orang lemah, bukanlah budak pekerjaan, yg jadi RI1 hanya orang kuat seperti karang, budaknya ibadah, yang menikmati semua hal dengan indah!”
‘ya, itu yang slalu ku usahakan. Walau kadang diri ini selalu ada salah dan dosa!’
“hei, kau ini manusia, tentu punya salah dan dosa tapi itu kesempatanmu untuk lebih baik dan dekat kepada yang kuasa. Apa kau ingin seperti malaikat?”
‘aku sangat bersyukur sebagai manusia, karena kalaupun aku tak hidup tentu itu kehendak sang Kuasa!’
“Masih ingatkah kau dengan masa SMPmu, yang kau hiasi dengan berbagai piala. Walau tak ada satupun yang singgah dirumahmu!”
‘4, tak penting, tp ku ingin memberikannya kepada orangtuaku sebenarnya. Karena ku dari dulu belum memberi apa2 kepada beliau!’
“yakinkah kau yang dim au orang tuamu adalah piala itu? Atau penghasilan besar? Atau keberhasilan beasiswa, yang sampai sekarang kau tak mendapatkannya?”
“Bukan, orangtuamu lebih butuh doamu, lebih butuh kasih sayangmu, lebih butuh waktu-waktu bersamamu, lebih butuh melihat semangatmu, lebih butuh melihat kebahagiaanmu, dan lebih butuh melihat kau tersenyum dan bangga serta patuh menyebut keduanya sebagai sumber inspirasi dan mencium tangan keduanya!”
‘tidak, aku akan berhasil, dan itu semua untuk Allah dan ku perantarakan kepada kedua orang tuaku’
“ingatkah kau siapa nama beliau berdua?”
‘tentu, Yatmi Sri Utami dan Supiran Pujo Hartono!’
“Lalau masihkah kau ingat apa saja yang telah diberikannya padamu? Tahukah kau ketika malam keduanya tak berselimut demi melihat kehangatanmu? Baju mereka masih robek tetapi membelikanmu baju baru? Mana balasanmu? Segeralah sukses dan selalu ingat mereka, itu yang di inginkan orang tuamu!”
‘tapi sekarang aku akan member semuaku untuk mereka, demi mengharap ridho Allah!’
“seharusnya seperti itu, lalu masihkah kau ragu dengan mimpi-mimpimu?”
‘pernah, dan kadang sempat naik-turun!’
“nikmatilah, turunmu untuk naikmu. Masihkah kau ingat mimpi naruto utk jadi hokage? Mimpi lufi (dlm one piece) untuk menjadi penjelajah laut dan pergi ke Greenland?”
‘sangat, karena imajinasiku saat kecil adalah dari kartun itu. Walau sekarang bukan tokohku lagi, tapi inspirasinya tak terlupakan!’
“maka lanjutkan mimpimu tyas, naruto menerima banyak ejekan dan cobaan ketika mimpinya jadi hokege masih terhalang. Kau bunkannya juga ingin jadi hokage di desa berlambang GARUDA dan berdasarkan PANCASILA? Maka gapailah…”
“bukannya kau juga punya mimpi untuk keliling dunia dan pergi kebulan? Mimpimu lebih tinggi dari lufi bukan? Gapailah, jangan pernah ragu dengan mimpimu itu. Biarkanlah orang berkata apa, dirimu adalah dirimu, biarkan dirimu yg mengerti, lakukan dg caramu, karena ini adalah hidupmu.”
‘selalu, dan aku pasti sukses sampai akhir, termasuk kematianku!’
“ingatlah, kesuksesan seorang adalah bagaiman dia bisa membuat orang-orang disekitarnya juga sukses. Dan itu juga yang harus kau lakukan, lalu sukseslah secara hakiki dg mati dalam keadaan khusnul khotimah.”
Semoga bermanfaat kawan, ini adalah kesempatan merenung dalam hati dan anda bisa merubah namanya dengan nama anda. Salam dari Tyas Haryadi sang Pengembala… ^_^