28 Feb 2013

Pesan Ibu

Animasi tentang Ibu, yang cintanya tiada tara.
       Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!" "Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak. Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran. 
       Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang." Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om." Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya." Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran. 
       Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?" "Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu." Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. 
       "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira. Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu." Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami." Salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi... ^_^
Baca juga berbagai kisah motivasi dan menyentuh lainnya :
kunjungi pula blog saya yang lain --> Kunjungi Magetan , Tyas Haryadi RI 1, dan usaha saya at Cah magetan Distro... terimakasih... ^_^

20 Feb 2013

Rumah Impianku

Rumah bambu, salah satu bentuk rumah Impian saya.
       Dulur, yang sudah berkeluarga dan berumah sendiri tentu pengen ya ngebeliin rumah anaknya. Kalau tidak gitu yang nyuruh anaknya buat beli atau buat rumah sendiri lah. Nah, saya juga pernah di pesenin sama Bapak tercinta, nama beliau Supiran Pujo Hartono (dua nama belakang ini adalah nama tambahan beliau waktu nikah, jadi nama asli beliau adalah supiran). "Le, ngko nak nikah iku diusahakne duwe omah dewe disik, ben ora repot, tur ora sungkan. Nek sampean nang maratuwa kan sungkan, semono ugo bojo pean ngko!" begitu dawuh beliau (intinya buat rumah sendiri biar tidah sungkan dengan mertua). 
        Nah, saya pun niat setelah lulus kuliah (semoga bulan oktober tahun 2013 ini diwisuda, amin), saya mau pindah dari rumah, beserta CV saya sekarang ~> Cah Magetan Indonesia (semoga segara legal). Perpus tercinta Cah Magetan Library (CML), studio terhebat Cah Magetan Studio (CMS) dan kandangnya kerajinan kulit Cah Magetan Distro (CMD). InsyaAllah ini sedikit memberikan saya ruang untuk memulainya sendiri, dari nol benar-benar nol tanpa campur tangan orangtua (kalau campur doa itu pasti, vital malahan). 
       Kelak disini pula saya akan bersama istri (semoga engkau tengah memperbaiki diri seperti daku) akan menjalin bahtera rumah tangga, mendekatkan diri pada sang Khalik. Membesarkan Tyas-tyas junior, mendidik mereka, mengajari anak-anak muda para penerus bangsa, dan ibu-ibu bapak-bapak para pilar bangsa. Rumah masa depan saya nanti adalah memenuhi standar utama sebuah rumah, dalam bahasa jawa ada istilah "yen panas ora panasen, yen udan ora kudanan, yen adem ora kademen," (jika panas tidak kepanasan, jika hujan tidak kehujanan, jika dingin tidak kedinginan). Rumah saya haruslah hijau, yah kalau ngontrak dulu yang cet hijau, di kasih tanaman-tanaman, ntar kan waktu sore bisa nyiramin dan rawat tanaman bareng istri. 
       Nanti akan ada musholla khusus, harus lengkap dengan Al-Quran terjemah, tempat wudhu yang mumpuni, kalau rindu Allah langsung dah. Saya ingin rumah dari bambu, ketika saya bilang ini banyak yang menertawakan, mau mudah roboh? mau di inting karena berlubang? dan sekutunya lah. Ini adalah tentang kecintaan kepada alam, kalau di beton, itu nutupi tanah, akhirnya mengurangi peresapan air. Berapa banyak rumah yang dibangun lalau di depannya ada paving, apa lagi beton, ya Allah itu kalau bumi kulit kita, banyak yang di tempel-tempeli berbagai hal, bukan hanya di tato. 
        Bambu yang mangkring, mirip rumah zaman dahulu, kalau bisa malah mirip rumah pohon. :D, unik ya? aneh ya? ah, semoga Allah memberkahi untuk benar-benar back to nature, semoga istri saya kelak juga seinsting dengan saya. amin... Lanjut lagi, rumah kelak ada tempat kumpul bareng keluarga, dimanakah? Ya musholla keluarga itu, kan enak, abis ketemu Allah kita ngeraketin hubungan keluarga. Ada tempat masak yang sederhana tapi tertata rapi dan indah disampingnya ada tempat makan. Kamar mandi dan toilet yang juga harus ramah lingkungan (nah ini saya belum lihat seperti apa bentuknya), juga ada ruang tamu yang tanpa kursi. Yups, ruang tamu tanpa kursi, semua harus duduk lesehan kalau bertamu ketempat saya, Wajibun. 
       Berlanjut ke teras, teras hijau dengan tanaman yang mudah dirawat indah dimata sejuk di nafas. Tempat produksi CMD, CML, CMS dan tempat jualan sekalian, ini penting, ngajarin keluarga bisnis, anak-anak aye juga. Halaman luas, penuh dengan tanaman buah, dan bunga, dirawat sendiri nih, biarkan anakku ntar berlari-lari disana, ibunya dan saya kapan-kapan bisa kamping berdua pakai tenda dom di depan rumah, ingin melihat bulan, terpenting sholat malam di bawah rembulan. Enaknya apa? kalau hujan kan langsung berteduh kerumah.hehe 
       Ada lagi dulur, pagarnya tidak perlu pakai beton, cukup dengan batang pohon. Entah pohon bambu kuning, bambu panjang atau yang lainnya. Saya pernah lihat di Blitar ada rumah yang pagarnya dari batang-batang pohon yang lurus, indah dan ramah alam sekali. Tidak ada paving atau beton di jalan, semua cukup rumput yang menghiasi, biarkan air masuk tanah. Saya pelopor rumah jawa, hijau, yang islami, insyaAllah. :D
       Rumah ini mungkin akan jadi rumah terunik, tak perlu biaya banyak, tapi azas manfaatnya besar. Itu yang kami inginkan, daya tahan? Ah, kunfayakun, inget kan? Allah bilang jadi, ya sudah jadi dah. Semoga kesampaian tuh rumah impianku, semoga semua kawan yang belum punya rumah juga bisa punya rumah idaman. amin, yang sudah punya biar jadi lebih berkah dan patut disyukuri. Buat istri aye kelak, kalau dunia jangan terlalu dikerjar, tapi keberkahannya yang harus kita kejar. OK cintaku? tulang rusukku? ibu dari anak-anakku? ;) | ntar dah, kita pasti ketemu kok, walau daku tak tahu siapa kah dikau, dimana pula, biarkan Allah yang memperjumpakan kita... ^_^ sekian, sayonara, illaliqo' dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi... :)

19 Feb 2013

Kisah Said 2, Syukur itu tanpa batas

Penuh Syukur, Alhamdulillah.
Kisah pagi ini : 
       "kadang ada yang bilang 10rb itu banyak, tapi ada pula yang bilang sedikit, ada yang bilang punya laptop itu subhanallah, juga banyak yang bilang biasa. Nah, hari ini kita belajar dari kisah said 2 tentang syukur, zaman muda said (sekarang said sudah mulai tua) dia ikut perguruan pencak silat, ukuran desa said pencak silat adalah sebuah ekstra wajib, seperti layaknya pramuka di beberapa sekolah. Desa said terkenal dengan kandang pencak, karena hampir tiap warganya bisa & kebanyakan adalah atlet (ini said ikut SH terate, tapi katanya semua perguruan itu tujuannya mulia jadi g'perlu saling debat apa lagi brantem). 
       Dahulu, kalau waktu dapat jatah 'sambung' (latih tanding dengan temen) dia jarang bilang alhamdulillah, apa lagi kalau sudah 'jatahan' (latih tanding dengan senior yang sudah lulus) bawaannya 'ngresulo' (menggerutu). Tapi anehnya, kalau dia dapat cidera, said sedikit bersyukur, why? Karena dia bisa istirahat latihan & g'sambung apa lagi jatahan. Said mengingat2 masa itu, lalu dia bergumam 'alhamdulillah'. Dia meyakini, ketidak pahamannya dahulu tentang rasa syukur perlu disyukuri pula. 
       Said wong desa ini tahu bahwa dahulu dia bisa nglewatin masa latihan pencak itu dengan indah jika dia pandai syukur, ini semua terjadi karena dia (Said), sering ngikutin tausiyah tentang syukur, baca Alquran tarjim yang ngejelasin tentang syukur pula. Said mulai 3th lalu telah berfilosofi untuk slalu syukur, pernah suatu ketika saya ketemu Said, laptopnya baru rusak, padahal tugasnya sedang numpuk. Lalu said bilang apa? 'alhamdulillah laptop saya rusak, mau diperbaiki abis 1,3jutaan, emang Allah sayang banget dah.' *bengong saya, kok bisa? Tanya saya, dengan bijak said jawab 'ntah ini cobaan atau azab, harus disyukuri, ntar kalau laptop saya hilang gimana? Mending juga laptop aja, kalau nyawa saya yang hilang? Syukur itu tanpa batas, karena sesungguhnya semuai itu nikmat.' *WUIH KEJEM, dalam hati saya, subhanallah ni said. 
       Said noh yang ngajari banyak orang, bahagia bukan tentang harta, pangkat, istri, anak, derajat, ketenaran, tapi tentang rasa syukur. Said masih ingat, ketika pencak silat dia naik sepeda pancal, ngantar ibunya ke pasar juga naik sepeda pancal, tapi dia masih tersenyum, karena dia bersyukur masih diberi waktu olahraga, masih diberi waktu boncengin ibunya. Tapi, setelah naik motor, said nyadar dia kurang syukur, seharusnya lebih senyum lebih semangat ngantar ibunya. 
       Kadang kita lupa dengan syukur, dapat rejeki untuk berucap 'alhamdulillah, Allah baik banget, sayang banget dah sama hamba ini,' susah banget, apalagi syukur waktu dapat musibah kayak said. Di suatu ketika tangan said sobek karena pisau, Dia masih bilang alhamdulillah, nanti saja kalau sudah mati jangan alhamdulillah, tapi innalillah. Mari angkat tangan, kita sama2 doa, semoga kita bisa jadi ahli syukur, biar ditambah nikmatnya oleh Allah. Ingat kata said? 'bahagia itu bukan tentang harta, tahta, istri, anak, tapi tentang rasa syukur. Selalu ucap alhamdulillah, nanti saja kalau mati ucap innalillah. Syukur itu tanpa batas, karena nikmat kita juga tak terbatas.' semoga kita sukses dunia akhirat. Amin " 
       Sekian dulu, jangan lupa dhuhanya, do'ain juga ya, saya, anda semua, said, bisa segera naik haji sama keluarga, ke Makkah al mukarromah. Amin... Salam dari Sang Penggembala Tyas Haryadi, dari pesantren Rakyat yang dirintis dari CML (cah magetan library) dengan gerakan Indonesia membaca, semoga bermanfaat... ^_^

18 Feb 2013

Kisah Said 1, Hidup Sederhana

Hidup sederhana, belajar dari kisah hidup Said.
        Kisah nyata -> "di kisahkan, di sebuah desa yg cukup terpencil hidup seorang pemuda bernama said. Nah, dia anak orang sederhana, hidup sederhana, makan & tidur pun sederhana. Akan tetapi, tiap wkt sholat subuh dia bs bangun & sholat jamaah d musholla dekat rumah, sesekali dia jd muazin. Selang beberapa saat kemudian said hijrah, untuk kuliah, sbg mahasiswa hidupx makin sederhana (g'enak kalau di bilang melas apa lg ngere). Dia makin rajin ke masjid, subuhpun dia dtg dluan sblm azan (kali ini jrg2 azan, kelasx beda bos), dia ikhtiar puasa sunah, sedekah jor2an, urip nrima, nanging ngibadah pol (utk kuliah, ortu said jual motor satu2x, bhkn tv drmhx g nyala). 
       2th setelah itu, ekonomix & keluarga meningkat, said jd anak keluarga menengah keatas, fasilitasx ok, bhkn dia mulai biasa nginep hotel, rmhx masih yg dahulu, tp isix makin komplit (mirip vila lah), motor 2, tp dia mulai jrg sholat subuh jamaah, parahx malah bnyk tlt, sholat magrib isa'pun jrg di musholla dkt rumahx yg dia rutini dulu (kalau plg). Said lalu instropeksi diri, apakah gerangan yg membuat dia makin miskin? (bagi said, semakin jauh dg Allah adl kemiskinan tiada tara), said pun memutuskan buang kemewahan, kasur empukx dipindah, dia g'mau ke enakan tdr, supaya bs bangun tahajud dan dilanjut subuh jamaah. 
       Makanpun dia milih yg sederhana, dana yg dulu berlimpah dr ortu dia stop, hasilx sendiri dia sedekahin n ditabung buat haji sekeluarga + kakek nenek dr ibu bapakx, satu lg said pengen banget jd hafidz (walau dia tw ilmux tentang quran masih cetek). Alhamdulillah, said skrg lbh enjoy dg kesederhanaanx, said sdr, jika Allah memberi kemuliaan dikit aja, dikit aja (catet), manusia mudah lalai dg tugasx (ibadah). Tp jk dlm keadaan susah, pas2an, welas, mudah banget dah ingetx. 
       Said sekarang lg ikhtiar, kayain hati, biar hartax jg nambah tp pengen tampil mlarat (terkadang sering liat dia pake kaos sobek bagian lengan, pundan, siku), tp jawab said "asal g'kelihatan aurotx, mending sy sedekahin duitx drpd buat beli baju baru!", alhmdllh, said sekarang makin lm di masjid n musholla, bahkan g'cm jd muazin, skrg sering jd imam (naik pangkat noh), dia jg rutin ngajar ibu2 pengajian, ndidik adik2 kecil. Said sekarang lbh bangga dikenal jd wong desa apa anane sing ngabekti marang gusti, drpd jd orang sukses tp jauh dr Allah. Do'ain ya, said bisa haji th depan, dg ibu, bapak, adik, kakek nenek dari ibu bapakx dan dia, do'ain jg cita2x said jadi hafidz kesampaian amin." di angkat dr crita dulur (saudara), said wong desa. ^_^ salam dari Tyas Haryadi Sang Penggembala... kunjungi pula Magetan, di Visit Magetan, Magetan adalah kabupaten yang indah dan agamis, semoga anda bisa mengambil banyak pelajaran dari sini. amin... ^_^

9 Feb 2013

TPA juga tempat les

Tidak hanya belajar Agama, tapi juga belajar ilmu eksata.
       TPA (Taman Pendidikan Al-quran) biasanya sangat identik dengan yang namanya ilmu agama Islam. Hal ini memang benar, akan tetapi tidak wajib menjadi acuan hanya dengan mengandalkan hal itu saja. Kenapa? Akhir-akhir ini banyak TPA sudah mulai sepi, bukan karena yang mengajar minim, melainkan yang diajar kurang bahkan terkadang tidak ada. Selidik punya selidik, salah satu contohnya adalah di TPA Al- Hasan tempat saya mengajar. Dahulu banyak sekali anak-anak yang belajar disini (kurang lebih setahun yang lalu), sekarang anak-anak itu lebih disuruh oleh orangtuanya untuk ikut les mata pelajaran. 
       Parahnya lagi, mereka tidak diperbolehkan untuk belajar ke TPA, melainkan lebih baik belajar dirumah atau istirahat jika tidak ada les. Nah, seharusnya TPA tidak hanya untuk tempat belajar agama, yaitu dengan menambahkan les gratis. Misal belajar agamanya ba'da sholat ashar, maka lesnya bisa dilaksanakan ba'da sholat magrib sampai sholat isa'. Selain itu beri kegiatan yang lebih divariatifkan, misal kesenian islam, cerita tentang taulad yang menarik, dan perlombaan sampai mabit (malam bina iman dan taqwa). Tentu ini akan menjadi hal menarik bagi santri dan terpenting orangtua santri, apalagi embel- embel paling besarnya adalah gratis. 
Tyas Haryadi, Pengajar TPA, Bawang, Lowokwaru Malang. 
       Nah, yang ini alhamdulillah langsung tembus dulur. Cair lagi dah, alhamdulillah, semoga anda semua juga dapat yang lebih ya. Mari semangat menulis dan berbagi ide, pasti banyak manfaat dan faedahnya. Tulisan ini bisa di baca Koran Jawapos hal 4, kolom Gagasan tanggal 4 Februari 2013, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi.... ^_^

1 Feb 2013

Makin Dekat Ajal dah

       01 Februari 2013, Sekarang usia saya (Tyas Haryadi, bocah angon, sang penggembala) genap 22th (hitungan tahun masehi). Tak ayal saya harus bersyukur "ALHAMDULILLAH", mengucapkan terimakasih untuk ibu, bapak, nenek, kakek, serta keluarga besar, atas segala yang diberikan selama ini. Mulai dari popok ketika masih kecil, pemotongan ari-ari yang g'motong perut (bayang jika ari-ari itu ikut kecabut ama usus kita). Makan sampai segedhe ini, susu sampe sebesar ini, pakaian, transportasi, pendidikan, kasih sayang, obat, marahan, belaian, jasa potong rambut dan pinjit, serta berjuta-juta hal lain. Terimakasih juga untuk sepatu sepakbola pertama saya (dan satu-satunya sampai sekarang ini), sepatu second (kalau itu benar) di beli di PP (puntuk plaza, pasar barang bekas di Madiun). 
        Allahumma sholli 'ala Muhammad, buat Rasulullah, panutan hamba selama-lamanya, semoga hamba bisa bersuamu kelak. amin, buat rekan-rekan, calon kakak ipar adik ipar, atau calon ibu dari anak-anakku. Terimakasih untuk do'a dan dukungan, semoga Allah memberikan Yang lebih dari do'a itu untuk anda semuanya. amin.... Tanpa saya sadari, eh sadar ding, usia saya sudah lebih dari 1/3 jika dibandingkan usia Rasul (63 th, lwt beberapa hari). Semoga disisa usia ini semakin dekat dg Allah, semakin bermanfaat, dan semakin mudah mati KHUSNUL KOTIMAH nantinya. Saya hanya mengingatkan kepada semua, semakin kita bertambah umur, semakin dekat kita dengan ajal, bisa datang kapan saja. Nasihat untuk diri sendiri "TYAS HARYADI, kamu sudah tua, kamu harus makin bermanfaat untuk orang lain, niatken semua buat ibadah, ingat mati, ndang rabi!" Salam dari Tyas Haryadi, Sang Penggembala... ^_^
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com