31 Mar 2012

Cerita pohon apel dan seorang anak

imajinasi pohon apel & seorang anak.
       Wahai kawanku yg budiman, yg dimuliakan Allah swt. insyaAllah, kali ini saya akan berbagi cerita motivasi untuk kita. Ini adalah sebuah cerita tentang “pohon apel dan seorang anak”, yang saya dengar setelah sholat subuh di masjid Al-Hijrah (masjid pesantren mahasiswa saya). Disini memang rutin para santri mengisi kultum (kuliah tujuh menit) setelah sholat subuh, itung-itung belajar dakwah kawan. Langsung saja ke ceritanya, mengenai PESMA (pesantren mahasiswa) Darul Hijrah bisa dilihat di blongnya saja… ^_^ 
       Waktu saya memejamkan mata (terlalu kusyuk dzikiran, semoga), alunan suara kawan saya bernama Uhan dimulai dengan membaca salam. Uhan adalah salah satu santri PESMA DARUL HIJRAH jurusan PAI (pendidikan agama islam) UIN Maliki Malang, sekarang dia ada di semester 4. Cerita tentang pohon apel dan seorang anak kecil, dimana disebuah tempat (anggap saja disebuah bukit nan indah, jangan bayangin di kamar anda). :D | disana ada sebuah pohon apel yang tumbuh besar, dan seorang anak kecil yang riang gembira. Anak kecil itu bermain sangat riang disekitar pohon, tidur diatas pohon itu, bermain-main dengan daunnya, dan juga memakan buahnya ketika lapar. Seketika saya menebak, ini pasti tentang orang tua dan anaknya “ASTAGFIRULLAH”, gue ngelanjutin dzikir sob, nyokap bokap belum gue do’ain tadi. Lansung gue sambung do’a dulu buat beliau berdua.
        Lanjut kecerita, lambat laun sang anak itupun beranjak dewasa dan mulai jarang bermain di sekitar pohon apel yang besar itu. Padahal, dahulu diwaktu kecilnya, setiap waktunya habis bersama pohon ini, baik untuk berbagi cerita (bahasa saya CURCOL curhat colongan), berbagi rasa, dan berbagi lainnya (berbagi PIN BB g’ya?). Setelah beberapa waktu tak berjumpa, sang anak yang sudah beranjak dewasa itu menemui sang pohon apel, lalu dia curhat. Pohon apel berkata terlebih dahulu, “kenapa kau sekarang jarang sekali bermain-main bersamaku?”. Sang anak menjawab, “aku sekarang sudah mulai beranjak dewasa, dan aku membutuhkan uang untuk hidup dan memenuhi kebutuhan.” Sang pohon apelpun langsung menyahut, “ambillah buah-buahku, lalu juallah, kelak engkau akan mendapatkan uang serta bisa memenuhi kebutuhanmu.” | sang anakpun lalu mengambil buah-buah pohon itu, lalu dia pergi dan menjualnya. Didalam hati pohon apel itu sedih, karena anak itu pergi begitu saja tanpa mau bermain atau mengucap terimakasih. Tetapi pohon apel itu tetap bahagia, karena kebahagiaannya adalah ketika melihat anak itu bahagia.
        Lalu disuatu saat, ketika setelah sekian lama tidak datang lagi, sang anak yang sekarang lebih dewasa itu lagi-lagi menemui pohon apel itu. Pohon apel itu sangatlah bahagia, karena anak yang lucu selalu bermain dengannya datang lagi. Pohon apel itupun bertanya, “ada apa gerangan engkau kesini? Adakah yang kau perlu?” | “aku sekarang semakin dewasa, dan aku akan berkeluarga, sementara itu aku membutuhkan rumah, dan untuk membuat rumah aku membutuhkan kayu, sementara aku tidak punya uang untuk membeli kayu!” jawab anak itu. Pohon apel dengan bijak menjawab “potonglah dahan-dahan dan cabangku, maka engkau akan bisa membuat rumah untuk tempat tinggalmu dan keluargamu.” Tanpa berpikir panjang sang anak itupun memotong dahan dan cabang pohon apel itu lalu kembali untuk membuat rumah untuk keluarganya. Lagi-lagi sang pohon apel tersenyum karena melihat anak itu bahagia, tetapi dia juga menangis karena rindu saat-saat bersama anak itu.
        Setelah beberapa lama lagi, sang anak kecil yang sudah berkeluarga itu kembali menemui pohon apel. Seakan sudah paham, pohon apel bertanya “apa lagi yang engkau butuhkan dan apa yg bisa kubantu?” | “aku butuh kayu yang kuat dan besar untuk membuat perahu, karena aku ingin berlayar keseberang lautan untuk mendapatkan lebih banyak ilmu dan lebih banyak uang untuk keluargaku” sahut anak itu tanpa basa-basi. “potonglah batangku, maka kau akan bisa membuat perahu untukmu berlayar dan mencapai apa yang kau mau!” | tanpa pikir panjang, anak itu memotong batang pohon apel itu dengan kapak, dan membuatnya menjadi perahu lalu berlayar ke seberang lautan. Lagi-lagi pohon apel merasa senang akan kebahagiaan anak itu dan sedih karena tidak bisa terulang masa ketika dia masih kecil.
        Dan ketika sudah tua, anak yang dahulu kecil itu kembali menemui pohon apel. Lalu pohon apel bertanya “apa lagi yang kamu butuhkan dariku? Semua telah aku berikan!” | tetua itu (anak kecil yang sudah tua) menjawab “aku tidak butuh apa-apa darimu, gigiku tidak kuat untuk makan buahmu, aku sudah tidak butuh rumah, karena keluargaku sudah punya rumah, aku tidak kuat mengangkat kapak lagi untuk memotong batangmu. Aku hanya ingin disini bersamamu!” lalu tidurlah tetua itu diatas bekas potongan batang pohon apel dan keduanya menangis.
        Inilah kawan kita (sebagai anak) dan orang tua (sebagai pohon apel), sudahkah kita berterimakasih kepada beliau berdua? Sudahkah kita masih menjadi anak-anak kecil yang selalu bersama dia? Membahagiakannya? Dan membuat beliau berdua selalu tersenyum? Minimal kita makan saja buahnya jangan sampai memotong ranting, dahan, cabang dan batang. Bahkan merontokkan daunnyapun jangan, orang tua kawan, orang tua. :’) | itu tadi hikmahnya kawan, itupula penyampaian dengan cara saya, semoga bermanfaat untuk semua. Salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi…. :’)

28 Mar 2012

Butuh Acara yang Menghibur dan Mendidik

       AKHLAK- bangsa ini sedang mengalami masa krisis, apalagi di daerah perkotaan yang semakin tidak kenal rasa sosialis serta cenderung hidup secara individualis. Hal ini terkadang juga merambah ke daerah pedesaaan. Semakin kurang bijak, kurang peka terhadap lingkungan, bahkan menjadi kurang rasa bhineka tunggal ikanya. Selama ini banyak hal-hal yang mempengaruhinya, diantaranya tontonan-tontonan di televisi yang tidak mendidik. Masih ada juga pasangan reklame, iklan atau mungkin bahkan tulisan-tulisan di dinding yang tidak mendidik. Tapi saya fokuskan pada tontonan di televisi yang merupakan sumber hiburan bagi lebih dari 100juta penduduk negeri ini.
        Alangkah baiknya jika di televisi disiarkan acara yang menhibur dan sekaligus mendidik. Jangan hanya mengejar rating semata, karena acara televisi sekarang terkesan terlalu dibuat-buat, tidak mendidik, bahkan munkin lebih mengarah kepada trend saja. Iklan-iklan juga seharusnya lebih kreatif serta selektif agar tak berkesan hanya asal bisa menjual tetapi juga mendidik. Jadi televisi yang merupakan media hiburan terbesar di Indonesia sekarang ini menjadi benar-benar menghibur dan mendidik. Entah itu acaranya anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa, memenuhi kriteria memberi hiburan juga memberi informasi serta memberi pendidikan. Jadi orang kota dan desa tidak perlu ikut hiburan dan pendidikan terlalu berbelit agar terhibur dan terdidik.
         Apa yang kita lihat dan dilihat oleh adik-adik atau anak-anak kita sangatlah berpengaruh, semoga kita bisa selektif dalam memberikan tontonan yang benar-benar menghibur dan mendidik. salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi.... ^_^

24 Mar 2012

Puisi

Sebenarnya dia hanya kata,
Tapi lebih awalnya dia hanya huruf,
Huruf demi huruf jadi kata,
Kata demi kata jadi baris, lalu bait, dan komplit, ku sebut puisi.
       Ini bukan tentang EYD, atau permainan vocab,
       Tapi ini tentang seni,
       Hal yang mahal, belum tentu semua orang memilikinya,
       Hal yang murah bagi beberapa orang termasuk saya, murah untuk membaginya.
Yang ku tahu,
21 Maret adalah hari puisi dunia,
Dunia saja mengakui kepentingan sebuah puisi, kenapa bangsa ini tidak?
Bukan menyalahkan, hanya ingin mengingatkan.
        Puisi sekarang tak hanya sajak yang indah,
        Tapi puisi adalah suara hati,
        Mengelegar bak petir,
        Merdu layaknya siulan burung dipagi hari.
Puisi tak sebatas logika, tapi suci tiada tara karena dia membawa nama cinta,
Puisi bisa dijelaskan secara kosa kata, tapi indahnya puisi dari kosa kata hati.
Gunung didaki, samudera diseberangi, dan puisi tak akan pernah mati.
Selama para pujangga masih ada,
Selama pujangga masih berdiri, mengukir tulisan diatas kertas, memainkan imajinasinya.
        Puisi itu panjang dalam cerita, namun pendek dihati.
        Karena puisi membawa nama cinta.
        Cinta itu luas, tapi singkat, karena cinta itu tak terhingga dan hanya satu kata, SETIA.
        Bagiku puisi tiada dua, inilah puisi untuk hari puisi.


        Memang sedikit jauh dari hari puisi kawan, tapi semoga bermanfaat, sedikit penjelasan puitis untuk sebuah puisi. Sayalah pujangga dari perbatasan jatim jateng, sang penggembala, Tyas Haryadi…. ^_^

22 Mar 2012

Nganjuk Menyapa dengan Hujan

Masjid agung Nganjuk.
       Menjelajahi bumi inci demi inci itu indah kawan, semakin kita menganal detil dari setiap daerah, membuat kita semakin mamahami seluk beluk pemetaan mentalitas penduduknya. Inilah yang membuat saya semakin mencintai namanya “hunting”, kata-kata ini sebenarnya memiliki arti berburu, tetapi saya memaknainya dengan berbeda. Berburu, ya tetap berburu ilmu, berburu pengalaman, berburu hal baru, berburu ilmu religi, berburu saudara, berburu foto dan video, dan berburu hal-hal yg tidak pernah diburu orang lain. Itulah yang saya sebut dengan hunting kawan.
        Kali ini saya ingin berbagi sedikit hal dari “hunting at nganjuk”. Masih serangkaian dengan perjalanan dari rumah eyang di pare (Kediri), lalu lewat ke papar (lewat stasiun papar), barulah saya kembali lewat jalur utama bersama truk truk dan bus bus. Dengan menggunakan motor ade’ (dibeliin ortu untuk ade’), saya melewati nganjuk dengan guyuran hujan. Tak terlalu deras memang, tapi membasahi jaket parasit saya juga (atau mungkin jaketnya bukan parasit?) :D. Saya belum sholat dhuhur sewaktu masuk area Nganjuk, lalu sampailah di pom bensin (SPBU bahasa baku indonesianya). Saya sendiri lupa nama daerahnya, karena di SPBU hanya ada nomornya, bukan nama daerah, lalu sholat dhuhurlah saya sambil membaca dzikir yang agak panjang (waktunya menginsafkan diri).
        Setelah selesai dan menghubungi saudara saya (temen satu jurusan rumahnya Nganjuk), ternyata dia dirumah dan bisa mampir. Rumahnya deket dengan alun-alun, jadi dekat dah, beres, langsung ke alun-alun saja. Ini kawan, kata “saudara” itu adalah bukti kita menghargai seseorang seperti menghargai diri kita sendiri. Sampai di alun-alun kota nganjuk saya mampir dahulu ke masjidnya, melihat arsitekturnya dan sambil merenungi hal-hal sekitar masjid ini. Belum lama otak bermain imajinasi saudara ardhy sudah datang “pun dangu kang?”, sapa ardhy yg biasanya kami memakai bahasa jawa alus (krama inggil) dalam percakapan. Setelah ngobrol ringan tentang PKL (Praktek Kerja Langsung), SP (semester pendek) Bahasa Arab, teman-teman kelas dan kesannya, kami menuju rumah ortunya.
        Tak jauh dari alun-alun, Cuma beberapa kali tikungan sudah sampai (jangan dijelaskan, nanti malah sama-sama g’paham). Sampai dirumah ortu beliau disambut hangat oleh ibu dan bapaknya saudara ardhy. Alhamdulillah, sekarang mendapat banyak pelajaran dari keluarga ini, tentang rasa syukur, tentang kerendahan hati, dan toleransi. Inilah poin yang selalu saya cari, yaitu bisa belajar dari keluarga lain, lalu mengaplikasikannya ke keluarga sekarang dan untuk bekal membina rumah tangga kelaknya. ;)
        Disini pula saya tahu sejarah kota nganjuk, yang sebenarnya bisa dicari di eyang GOOGLE. Tapi beda rasa jika diceritakan oleh orang asli nganjuk, mereka begitu berapi-api ketika menceritakan dahulunya tanah untuk warga nganjuk ini adalah sebagai tanah pertanian tanpa pajak. Sebagai balas budi karena telah membantu membuatkan candi raden Toemenggoeng Sostrodiredjo. Saya sendiri belum ngeh (bahasa keren dari “paham”) tentang ceritanya, tapi setelah searching mulai paham. Garis besarnya seperti itu, tapi detilnya masih sedikit berbeda.
        Yang dibahas sangatlah banyak diwaktu singkat, juga mengenalkan tentang CML (cah magetan library), harapan dan langkah setelah lulus S1, sampai masalah memanfaatkan lahan kosong. Hujanpun sangat deras, tetapi saya ingat, tadi sudah janji sama ibu’ “insyaAllah wangsul dinten niki bu!” (insyaAllah pulang hari ini bu!) <~ translate bahasa indonesianya. Dengan begitu sayapun harus bergegas untuk pulang, walau hujan belum berhenti total, kan ada matel. Setelah sholat, ngobrol sedikit juga dengan ibu dan bapaknya ardhy (ibu’beliau baru saja kena musibah, terpeleset di kamar mandi dan tulang tangannya patah) semoga segera sembuh bu. Amin…. Alfatihah 
       Ada lagi, saya yang habisin tu suguhan kacangnya (maklum kalau buah dan sejenis biji2an saya terobsesi), walau semua makanan juga masuk perut (asal halal). :D | sebenarnya disuruh untuk menginap, tp janji kepada ortu itu utama dan pertama, akhirnya saya pamit pulang. Tak lupa mampir foto2 dahulu dimasjid dan alun-alunnya (handycam baru di charger tadi), dan see u again Nganjuk, saya ingin menjelajah kepelosok nganjuk, tak hanya kota. Terimakasih untuk kawan-kawan ngajuk, ardhy sekeluarga, barokallah. Ngajuk bisa jadi besar dan dikenak kelak, seperti itu pula Magetan (kabupaten saya). Cukup sekian kawan, semoga bermanfaat, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi… ^_^

19 Mar 2012

Kambingan Dusunku

Rumah Orang tua di dusun kambingan.
kambingan, dusun cilik, tanpa nyilikake, apa anane tanpa ngenek2ke.
sing enom ngormati marang sing tuwa, sing tuwa wenehi wejangan lan tuladaha marang sing enom.
nang grup iki akeh sing enom, mula sing enom pada a rukun. sing enom pada a dadi sing nang ngarep, ngarep dewe mbela kebecikan, ngarep dewe nang uteke iku kesabaran, ojo grusa-grusu, nanging ojo ragu.
sing enom iku duwe aji, ajie ono ing lati.
ding enom iku ndang munggah kaji, ojo ngenteni nak teko pati.
enom iku bakale tuwa, sing tuwo iku pernah enom.
ojo rumongso bisa, nanging bisa a rumangsa.
ojo gemedhe, nanging kudu dadi gedhe.
sing enom iku sing iso ngrubah, dudu sing enom garai bubrah.
muga2 berkah sing enom, berkah marang dusun kambingan. amin... :)

14 Mar 2012

Cinta itu mengingat dan seberapa banyak mengucap

       Jika membahas masalah cinta, satu kata yang tersusun dari lima huruf ini memang tiada duanya. Mencerminkan sebuah perasaan yang benar-benar mewakili hati, karena setiap mahluk individu yang bernyawa didunia ini memiliki yang namanya cinta. Sebenarnya cinta terbesar manusi itu adalah untuk Tuhannya, jika sebagai muslim seperti saya tentunya Allah swt. Cinta itu sangatlah erat hubunganya dengan ingatan kawan, kenapa? Jika kita mencintai manusia saja (lawan jenis), tentu ingatan kita tak akan lepas dari si dia. Saat tidur kita memimpikan, saat akan tidur mengenang dan ketika bangun yang kita cari pertama adalah dia pula.
        Lalu bagaimana kita menunjukan rasa cinta kita kepada Allah swt (kalau non islam Tuhan anda)? Sudah menjadi rahasia umum dan manusiawi sekali, kita selalu lupa dikala kita terlena oleh dunia, bahkan lupa kepada pencipta kita. Bahkan agama islam juga mengajarkan untuk selalu ingat kepada Allah, baik dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri. Sekedar referensi kawan, kita Cuma melakukan tiga hal itu dalam kehidupan, kalau tidak tidur ya duduk, kalau tidak itu tentu berdiri. Betapa penting wujud cinta dengan mengingat, seberapa kita ingat kepada pencipta manusia, dimana kita juga bagian dari manusia yg diciptakan olehNya.
        Setelah ingatan akan selalu terngiang-ngiang dimanapun dalam keadaan apapun, ada satu lagi yaitu ucapan. Mulut, lidah, pita suara, kombinasi yang akhirnya menyebabkan keluarnya sebuah suara ini juga sebuah wakil nyata dari hati. Why? Coba, jika kita sedang rindu kepada kedua orangtua, setelah sekian lama tidak bersua, secara sadar maupun dibawah alam sadar, maka kita akan membicarakan tentang orangtua kita. Menyebut namanya, membahas setiap detil, kebiasaaan, serta etc tentang orangtua. Begitu pula halnya dengan yang namanya cinta kepada Allah. Selain selalu mengingat, kita juga harus sering menyebut AsmaNya, kalau dalam bahasa jawa biasanya menggunakan kata “nyebut”. Seberapa sering kita nyebut, itu bisa jadi landasan seberapa besar rasa cinta kita kepada Allah.
        Itulah kenapa islam sangat menganjurkan untuk dzikrullah, yaitu menyebut Asma-asma Allah (bukan penyakin asma ini). Masih ada pula Asmaul Husna, nama-nama mulia Allah, yang juga tentu akan menjadi sebuah pujian dengan menyebut AsmaNya. Lalu seberapa sering kita menyebut asma Allah? Seberapa banyak kita memuji Allah? Mari kita menyuburkan tumbuhan cinta dari individu kita kepada Allah, dengan mengingat dan banyak2 menyebut Asma Allah. Semoga bermanfaat, dari Sang Penggembala Tyas Haryadi… ^_^

11 Mar 2012

Gerobak Buku Keliling

Contoh Gerobak Buku.
       Kawan, saya yang membuat CML (Cah Magetan Library) dahulu sebenarnya tak terlalu memimpikan hal besar yaitu memiliki sesuatu yg WAH… dan bisa dibagikan pada orang se Indonesia. Saya hanya berpikir bisa membagi ilmu kepada semua orang, di semua tempat, kapanpun, dan dalam kondisi bagaimanapun. Ilmu adalah sesuatu yang sangat berharga kawan, sangat berharga sekali. Mulai saat itulah saya mendedikasikan kerja saya untuk CML salah satu, selain untuk bisnis CMS (Cah magetan Studio) juga.
        Setelah saya sukses dg blog “Visit Magetan”, yg ternyata sangat disukai banyak orang dan direspon dengan baik. Kali ini saya berusaha menyampaikan ide yang sebenarnya sudah terpendam, hanya baru tersampaikan. Membaca buku, mungkin untuk sebagian orang ini adalah hal kuno, karena sekarang waktunya membaca e-book (buku digital). Tetapi bagi kebanyakan orang ini (membaca buku) merupakan hal yang langka. Di daerah pedesaan, mereka yang membaca buku adalah mereka yang sekolah, itupun hanya bacaan buku disekolah yang kuran variatif.
        Jika ada perpustakaan sekolah, itu tidak boleh dipinjam untuk dibawa pulang (disebagian besar perpus sekolah). Ada pula bukanya hanya waktu pelajaran, sementara itu waktu luang siswa juga hanya saat istirahat, itupun digunakan untuk jajan atau sholat dhuha (bagi muslim taat). Kalau waktu pulang perpustakaan sudah tutup. Ini diperparah dengan fakta di kota besar seperti Malang (tempat tinggal saya sekarang). Masih banyak anak-anak yang kesulitan untuk membaca buku. Selain keadaan yang sama seperti didesa, tak ada buku yang berkeliaran dengan mudah masuk gang-gang.
        Jika ada perpustakaan keliling itu bagus, tetapi bukan solusi untuk masuk-masuk gang yang sempit. Belum lagi berhentinya perpustakaan yang dimuat di mobil itu tentu ditempat-tempat elit yang nyaman, bukan tempat yg penuh kesederhanaan. Ditambah lagi dengan lajunya yang cepat, kalau mau baca bagaimana bisa menghentikan? Ditabrak iya! Saya rasa perlu adanya gerobak buku keliling, kenapa? Selain mampu masuk gang, ini juga menjangkau dan menarik perhatian para pembaca nantinya, baik anak-anak maupun orang dewasa. Kelebihan lainnya, jika tahu gerobak ini lewat tentu akan lebih mudah untuk memanggilnya, ataupun mengejarnya. Yang terakhir, ramah lingkungan dan hemat BBM, apalagi BBM mau naik harganya.
        Tapi satu pertanyaan, siapa yang mau dorong gerobak ini? *saya acung tangan*. Nanti dah CML (cah magetan library) akan keliling, saya saha yang mengelilingkan. Biar kita menjemput para pemimpin bangsa masa depan dengan ilmu dalam buku. Jangan biarkan mereka menanti, terus-terusan sesuatu yg belum karuan. Semoga bermanfaat, barokallah… salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi… ^_^

Belajar di Pare, mengukur jalan dikediri.

Menara masjid An-nur.
       Kawanku, sudah lama ya kali ini saya tidak berbagi pengalaman dan ilmu2 tentang sebuah perjalanan, terutama hunting kawan. Yups, yang rindu dengan celotehan tak henti saya selamat membaca ilmu gratis dan jangan lupa berkunjung ke CML (cah magetan library) dan CMS (cah magetan studio) y? (promosi dari hati) :D. Liburan semester ganjil kali ini (semester 5 ke 6 th 2012), saya lewati dengan suka ria dan selalu berucap “Alhamdulillah”. Target yang saya buat adalah ke borneo (pulau Kalimantan dalam bahasa londo ‘belanda’), tapi Alhamdulillah again belum kesampaian. Karena diri ini harus ngurus PKL di kampus dan ngeSP (semester pendek), mengulang PKPBA yang dapat nilai D. Jadilah saya tiap minggunya (bukan hari minggu, tp rabu dan jumat/sabtu) PP (pulang pergi, bukan partai polotik). Magetan Malang, dengan sepeda motor milik ortu, sekali lg milik ortu (jangan suka menyebut milik ortu itu milik anda), kan belum bisa beli sendiri… :D
      Biasanya saya langsung ke Malang, tanpa mampir2, karena rabunya sudah ada agenda disini. Biasa kawan, pengusaha baru yang sok sibuk tapi project g’kelar-kelar (nanti saja dibahas). Dan pulangpun langsung pulang, karena dirumah CML dan PALEM (perkumpulan alumni lembusuro) sebuah perkumpulan alumni yang saya dirikan pada 8-9-’10 sudah penuh agenda. Ini dia perjuangan para perintis, sampai saya yang mau ke sragen saja belum jadi. Semoga kelak bisa kesana, mohon maaf saudara Perdana (teman yang mau saya datangi). Dan sewaktu pulang perjalan ke3 dari malang magetan (agenda PP), saya putuskan untuk mampir sebentar ke Kediri. Nyoba jalan (yg dimaksud bukan mencicipi ‘makan’ jalan), soalnya dari informasi teman2 plat AE jika lewat Papar (Kediri) itu akan lebih dekat. Sepulang dari malang, dengan motor bebek 125cc (g’boleh sebutin merk, g’dapet iklan soalnya), sy melaju standart (g’lbh dari 120km).
        Jalan, muter-muter dipujon, sampai kandangan belok kiri ke arah pare, ya, kali ini saya baru sadar seperti apa jalannya. Bisa memetakan di otak dan membuat angan2 dengan imajinasi agar nantinya tahu menahu tentang tempat ini. Biasanya saya hanya melaju dengan kecepatan penuh, fokus dijalan raya tak melihat kiri kanan. Setelah pertigaan ini saya putuskan pelan-pelan saja, ini mirip filosofi saya untuk CML “alon-alon penting kelakon” (pelan-pelan yg penting terlaksana). Satu pembelajaran yang saya dapat, ‘jika ingin mengetahui dengan detil janganlah terburu-buru, pelanlah, amati situasi, maka anda akan mengetahui banyak hal. Cepat itu baik, tapi cepat terkadang membuat kita semakin egois kawan.”
        Tujuan utama saya sebenarnya adalah tempat eyang di desa kedung cangkring, kecamatannya kurang paham, pinggirnya Pare (yang terkenal dengan kampung inggrisnya itu). Sambil nyoba maneuver naik motor bebek kecepatan tinggi, nyalip truk atau bus ditikungan tajam saya modal banyak2 sholawat dan jug abaca asmaul husna. Sekali-kali juga pake hafalan kawan, misal yasiin, yang sampai ayat ke 50 keatas error (kebalik n salah g’karuan, kebanyakan maksiat mungkin *astagfirullah)… :D | Setelah tikungan demi tikungan saya lahap, tanya ke beberapa orang biar semakin yakin, lalu saya sampai ke masjid agun Pare, namanya masjid An-Nur. Keren dan belum pernah masuk sih, yang paling indah dan saya pernah masuk baru Masjid Agung semarang. Ini kesempatan, lagipula saya juga belum sholat dhuha, waktunya dhuha dan foto-foto + buat video dengan handycamnya CMS kawan… 
      Disana ada acara maulidiyah Rasulullah saw. yang diadakan oleh MTsN pare. Membuat saya teringat tentang perdebatan antara mereka yg mengiyakan dan sangat bahagia dengan momen ini, dengan mereka yg menolak hal ini (dianggap sbg bid’ah). Memang Rasulullah dan sahabat tidak mengajarkan hal ini kawan (perayaan ulang tahun Rasul), tp sekarang butuh stimulus untuk semakin mengenal Rasul, kalau tidak pada momen seperti ini kapan lagi? Jika memangdang hidup hanya hitam putih (salah dan benar) membuat qt akan terpaku, kaku, dan kurang fleksible. Bukankah Islam agama yang paling toleran? Ambil hikmahnya, bagaimana dakwah itu memang sangat penting kawan. Ini juga media, berbeda jika kita teriaki satu demi satu orang dijalan.
        Stop dulu pembahasan perdebatan, masjid ini (An-Nur) subhanallah. Dengan desain demikian rupa memang membuat orang tertarik untuk berkunjung, semoga demikian juga tertariknya umat muslim untuk memakmurkan masjid. Saya sempat naik tower pemantau, melihat tangga masuk ke atas digembok dan tutup rapat. Ide gila keluar, manjat lewat samping menara, kalau jatuh lumayan sih, tapi nanggung, belum tentu kedepan bisa lg. saya mulai dengan membaca “bismillahirrohmanirrohim”, eh, ada mas2 petugas kebersihan ngelihat saya, sayapun balik lagi (yakin saya dalam hati, ‘ini kehendak Allah, sebenere deg2kan juga ya rabb’). Masjidnya cukup luas, walau kamar mandi kurang terawat, dan ketika naik ke lantai 2 melewati bundaran yang sedikit sempit, pengap dan membingungkan. Lantai 2nya cukup ancur, ada beberapa keramik yg lepas, ada kotoran dimana-mana. Inikah cerminan negeri ini, kelihatan megah dan indah pada muka saja, sementara dalamnya rusak dan kotor? Semoga tidak.
        Setelah selesai berkeliling di masjid ini, berfoto2 ria, dan mengambil video, sholat dhuha, waktunya melanjutkan perjalanan ke tempat eyang di pinggiran pare. Saya kesini untuk ketiga kalinya, setelah waktu kanak-kanak dahulu (U5). Alhamdulillah ingatan masih bagus, jadi g’lupa dan tersesat. Satu hal yang kembali daya pelajari dari kota-kota dijawa yang memang berbeda dengan kota-kota diluar jawa. Disini semua sudah tertata, kadang semrawut dan kadang terlalu padat, jalan-jalan terlalu kecil, tapi justru itulah nilai plus dari tata kota di pulau jawa. Sekian dulu kawan, untuk cerita selanjutnya tentang Kediri disambung lain waktu ya. Semoga bermanfaat, salam dari Sang Penggembala Tyas Haryadi…. ^_^

4 Mar 2012

Jurnalis Profesiku

Jurnalis Profesiku.
       Wahai kawan, sudah lama, dan cukup lama, ketika saya ikut pelatihan jurnalis yg diadakan RADAR MADIUN di lanud Iswahjudi. Sebuah memorian masa putih abu-abu yang subhanallah, dimana waktu itu ikut dengan beaya sendiri, hasil dari profesi broadcaster dan gulung kabel (shooting nikahan). Setelah beberapa tahun berlalu, saya sekarang menjadi seorang jurnalis kampus di Unit Informasi dan Publikasi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (kampus awak), majalah dua bulanan. Ini mah, juga ada hubungannya dengan obsesi masa depan saya memiliki sebuah usaha dibidang jurnalis, tapi jurnalis sastra dan budaya.
        Kelak, Indonesia akan punya koran budaya & bahasa daerah dengan nama “ngangsu kaweruh” (menimba ilmu dalam b.Indonesia). Karena setiap yg saya putuskan selalu memiliki koneksi jangka panjang dengan mimpi, bukan asal comot. Lalu, jiwa puitis itupun muncul kembali, sebuah puisi karya Sang Penggembala (nama pena saya). Dengan judul “profesi baruku”, monggo dipun sekecaken, mugi2 muginani… ^_^

jadi sarana dan juga keluarga, tak sekedar tempat bertegur sapa.
tempat bersua, bersua kata, berjumpa hati dalam melodi nan tersirat indah.
bak embun yg pasti hilang, yg indah karena kilauan cahaya mentari pagi.
wahai keluarga,
dalam sarana belajar kehidupan dunia,
seorang jurnalis kecil, bau kencur, tak pantang menyerah walau keringat terus mengucur.
sang pendobrak, yg matanya mulai terbelangak.
dalam duduk tersipu, dalam tawa yg tak merana.
bagiku, bagimu, untuk semua, dalam hamparan kisah kalian.
jurnalis, kadang bd2 tipis dengan para nasionalis.
jurnalis, juga mereka yg agamis.
jurnalis, tk harus pakai gamis.
jurnalis, mereka yg logis, tapi manis, tak egois.
memburu layaknya hunter, tepat sasaran sekelas sniper, mengincar goal bernaluri striker.
wahai kawan, wahai guru, juga biksu, inilah kami kaum pencari berita.
dari sudut kecil dunia antah brantah. mengGEMA kepenjuru dunia.
Jurnalis tak hanya sekumpulan data dalam loading skala besar, tapi juga profesiku.

Dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi.... ^_^
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com