25 Oct 2011

29 Hari di ayomi Gunung Kelud, at Blitar.

12 Laskar Ulul albab.
       Wahai kawan yang budiman, kali ini mari saya ajak sedikit melihat sebuah kisah dalam kemasan PM (pengabdian masyarakat) di sebuat kota kecil dibawah Gunug Kelud. Sebanyak 12 orang (Laskar Ulul Albab) berada di jl. Ciliwung no. *lupa Kelurahan Tanggung, Kec. Kepanjen Kidul Kota Blitar. Inilah kisah hunting yang juga sangat saya nikmati “29 Hari di Ayomi Gunung Kelud, at Blitar.” Sebuah kisah yang harus dikisahkan menjadi referensi kehidupan dan penghias imajinasi dengan semangat membara. 29 hari yang sangat pendek juga panjang, pendek karena dalam waktu itu kami (ber12) masih belum bisa melakukan hal yang lebih. Terlalu panjang karena waktu sebanyak itu banyak tersia-siakan.
        Banyak hal yang dipelajari dan dihikmahi dari waktu sebulan kurang sehari itu, dimana setiap waktu adalah bagian pembentukan jati diri. Sewaktu itu, tiap pagi tiada paksaan, tiada absensi, dan tiada agenda yang diwajibkan. Dimana kami mengembangkan sendiri apa-apa yang bisa dilakukan, mengerjakan dengan rasa senang hati di balut sebuah hubungan keluarga. Yups, berdua belas kami memiliki sebuah ikatan tanpa SK dan KK. Tetapi teman-teman secara kompak dengan berlalunya hari, memanggil saya (Tyas Haryadi) sebagai papi, dan ilma sebagai mami. Tapi ini bukan karena hubungan kedekatan kami (saya dan ilma) sebagai adam dan hawa. Sementara yang lain mendapat panggilan paman, anak, bibi dan lain sebagainya. Inilah hunting era menetap dalam jangka waktu lama yg terkenang di long term memory.
        Kami tinggal di depan masjid Baitur Rofi’, sebuah masjid besar yang memiliki kapasitas lebih dari 800n jama’ah. Para kaum adam berdelapan, tinggal diruangan remas yang kami sulap jadi kamar, merangkap ruang musik, ruang rapat, sekalian tempat tidur yang paling nyaman saat itu. Selanjutnya kaum hawa tinggal di pos III penampungan pengungsi gunung kelud, yang merangkap menjadi ruang masak (walau hanya masak air, nasi dan menghangatkan sayur) serta ruang makan + ruang rapat. Di hari-hari awal kami memang sangat bertujuan untuk menghangatkan hubungan, bersama dalam senyum dan tawa, mengambil hikmah di dalam hikmah, sehingga kami bisa merasa dalam keluarga dan sedang mengadakan hal yang kami sukai.
        Ini adalah sebuah pengalaman hunting dalam hal kehidupan masyarakat kawan, selama waktu itu kami sangat banyak melakukan interaksi dengan masyarakat. Berbeda dengan beberapa hal yang kami alami ketika berada di Kampus, Rumah, dan juga di segala tempat yang kami lewati dahulu. Inilah indahnya sebuah pengabdian, karena hidup adalah pengabdian, dan pengabdian itulah yang membuat hidup lebih hidup. Kami berdua belas haruslah mengisi setiap paginya (setelah subuh), yaitu mengisi kuliah subuh serta mengisi MC. Inilah kehidupan, kadang ada hal-hal diluar dugaan kita yang harus kita lakukan, jadi kita harus bersiap dengan apapun yang akan menjadi amanah kita kawan.
        Hunting kami memang lebih indah, karena disetiap hari kami makin akrab dengan adik-adik kecil disekitar masjid. Tepatnya dua Sekolah Dasar, karena kami melakukan pelatihan dan membantu pondok Romadhon di kedua Sekolah pemberi batu awal bagi pemikiran pemuda bangsa ini. Lalu kami juga mengabdi memberikan tenaga kami kepada sebuah Pondok Romadhon lagi untuk anak-anak SMK 2 kota Blitar. Mereka sangat dekat dengan kami, bagaimana kami mampu mengajak mereka memiliki semangat dan kemauan melebihi kami-kami. Tak lupa interaksi dengan para alim ulama, yang menjadi special, karena kami yang juga dijadikan tokoh agama dadakan menjadi bahan evaluasi langganan bagi beliau-beliau sewaktu kuliah subuh. Dan menjadi guru spiritual sekaligus membahas beberapa program yang memang ingin dijalankan, mereka guru dan orang tua kami disana.
        Hubungan lain adalah dengan para pemudanya, ya, para pemuda, bukan hanya REMAS. Karena kami juga sering melakukan hubungan dalam melakukan pengembangan semua potensi yang ada disana. Mulai dari pemaksimalan music, yaitu solawatan + orkes yang mereka rintis sendiri. Selain itu adapula blog yang kami maksimalkan, untuk menjadi karya yang akan memberikan kesempatan berkreasi bagi mareka. Tanaman toga juga sedikit memaksa mereka bekerja dengan atau tanpa kesenangan, karena kami belum menanamkan kesenangan kepada mereka. Inilah kawan, perjalanan dan penerangan singkat 29 hari di Ayomi Gunung Kelud, at Blitar. Ada pula beberapa baris puisi yang ingin saya sampaikan untuk pengalaman ini :
Di saat aku bersua aku tersenyum
Lalu aku bertanya, seberapa mampu aku berguna disini?
Setelah 29hari berlalu
Aku ingin kembali, kembali dengan kontribusi lebih
Layaknya supersub yang selalu ingin member terbaik
Walau waktu singkat, tetapi harus maksimal
Dan akupun diberi kesempatan kembali sang Illahi
Semoga benar-benar jadi manusia yang berguna

Demikian kawan semoga bermanfaat, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi…. ^_^

0 komentar:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com