Pantai Klayar, kabupaten Pacitan. |
Kawan, kembali ke berbagi dalam hunting dalam positngan kali ini. Menikmati indahnya negeri orang itu bagus, menikmati planet sebelah juga sangat mengesankan, apalagi singgah ke galaksi sebelah tentu luar biasa. Tapi tak sebijak dan tak sesederhana serta menyentuh hati, ketika kita menikmati dulu apa yang ada pada diri kita, apa yang ada pada rumah kita, apa yang ada di kota asal kita, dan apa yg ada di sekitar kita, di negeri tercinta Indonesia. Kali ini, saya mbolang “melakukan perjalanan bak orang hilang” ke kota asal presiden RI ke VI yaitu SBY. Yups, inilah pacitan kawan, kota dipojok barat daya jawa timur dan berbatasan langsung dengan jawa tengah. Saya sudah membuat janji sebelumnya dengan saudara saya “aji” (nama lengkapnya wahyu aji nugroho), sebenarnya akrab jg karena main footsall di kampus dan semakin dekat untuk silaturohim.
Walaupun kabupaten Pacitan dekat dengan kabupaten Magetan (kampung halaman saya), tapi ini adalah pengalaman pertama saya ke pacitan kawan. Pengalaman pertama ini saya siapkan dengan begitu matang, satu cari temen karena pesen ibu “ibu g’terlalu was-was kalau kamu keluar sama temen.” Pake bahasa jawa tentunya kawan. Tapi, Alhamdulillah g’ada temen yang mau jadi patner pada perjalanan kali ini. Alhasil sayapun kembali mbolang sendirian ke pacitan, dengan perlengkapan seadanya dan modal stick PS buat maen game di pacitan, itupun pinjam. Pelajaran kali ini, *jika anda yakin maka jalanlah, jika ragu jangan jalan. Total dalam menentukan langkah itu penting, karena yg akan dilihat adl langkah anda bukan rencana anda. “tyas haryadi”. #subhanallah
Di pacitan sudah ada saudara Aji dan saudara Bachtiar (anak ngalam) yg sudah sehari yang lalu datangnya. Ternyata jiwanya sama-sama mbolang, sendirian dan belum tahu jalurnya. Sebelum berangkat saya lihat dulu peta jawa timur lewat google map, lalu saya lihat Cuma ada satu jalur dari ponorogo ke Pacitan, tentu selain bantuan penunjuk arah di jalan-jalan kawan. Setelah meluncur dari magetan pukul 9.30n, saya menaiki kuda besi hitam 135cc ke Pacitan kawan, kota seribu goa. Dijalan ketika masuk lika-liku jalan dari Ponorogo menuju pacitan saya dibuat terkagum-kagum dengan pemandangan di kiri dan kanan jalan, subhanallah banget pokoknya.
Dikiri kanan jalan ada bukit-bukit dari serangkaian pegunungan yang agak kering (waktu itu kemarau), tetapi masih memiliki daya pikat yang tinggi. Bisa juga untuk daerah pertanian tanaman obat, dan tanaman lain sebagainya, asal jangan sembako karena kurang cocok. Belum lagi setelah menapakkan kaki di Pacitan, di kiri jalan selalu ada sungai yang indah, bisa untuk wisata serta airnya belum termaksimalkan oleh masyarakat dan pemerintah setempat. Sayapun sempat berfoto ria disana kawan, keren juga bisa nampang wajah di tanah pacitan walau dg kamera VGA, yg banyak g’jelasnya dari pada jelasnya.
Setelah sampai di kota pacitan kawan, kesan pertama yang saya tanamkan ketika masuk kotanya adalah “bener ni kota?”. Bukan maksud gimana, tapi memang itu yg menjadi realita, bukan majalah kali ini. Lalu saya berhenti di alun-alun sebentar, sms saudara saya aji kalau saya sudah sampai di alun-alun waktu itu sudah adzan duhur. Setelah sampai dirumah aji (yang tidak jauh dari alun-alun), saya berkenalan dan berbincang-bincang dulu dengan keluarga aji. Satu pelajaran lagi kawan, *jika anda tamu jadilah tamu yang baik yg menghargai tuan rumah (tentu bukan cara menghargai barang yg mau dibeli), dan bersikaplah ramah. Subhanallah, keluarga yang memberikan pelajaran besar kepada saya tentang sebuah tim kerja yang komplit. Aji punya seorang kakak perempuan yang baru saja lulus kuliah, saya lupa kuliah dimana, atau belum tanya malahan? #wah_manusiawi. Ayah aji bekerja sebagai guru dan ibunya buka took didepan rumah.
Setelah selesai sholat dan makan siang, ini dia kawan bukti silaturohim “ndawakne sembarang kalir”. Tak mungkin kita silaturohim jauh-jauh g’deberi makan, kalau memang g’diberi makan, sungguh teganya. Kami sudah menyusun rencana untuk jalan-jalan ke gua gong, lalu ke pantai klayar yang terkenal masih asri dan indah. Potensi memang luar biasa di pacitan, sebuah kabupaten yang belum terlalu padat menurut saya, tetapi juga masih kurang termaksimalkan perkembangan ekonominya. Puas dengan jalan-jalan dan berfoto ria di goa gong, sedikit membahas goa gong. Goa ini adalah salah satu ikon kota Pacitan, yang dibanggakan sebagai kota 1000 goa. Di goa ini sudah ada sarana yg memadai dimana kipas angin sudah ada didalamnya, sehingga tidak terlalu panas, tetapi tetap memancing keringan apalagi saya adalah produsen keringat tingkat wahid. Lampu-lampu penerang, jadi g’perlu senter lagi, tangga dan pegangan untuk menjaga keamanan.
Setelah itu kami melewati jalan tunggal yang lumayan berliku, jauh dan lubang disini disana. Tetapi semuanya itu terbayar ketika kami masuk daerah pantai klayar, masuk kami tak bayar karena ada bapaknya saudara Aji. Semua yang nalangin beliau, sebenarnya g’enak tapi sangat diharapkan. Begitu juga ketika masuk goa gong sebelumnya, karena penjaganya adalah teman dari bapaknya aji. Masuk ke daeraha wisata ini lebih mirip dengan pantai di Lombok kawan, walau belum pernah kelombok. Apalagi ketika mencari sudut berbeda ada pemandangan yang mirip dengan pantai di Australia kawan. Subhanallah, ini dia kelebihan dari pantai selatan kawan, baik mulai bali (kuta), jogja (parang tritis), blitar (serang) dan terakhir pacitan (klayar), sementara itu saja dulu yang baru saya datangi kawan. Pemandangan di pantai klayar ini memang luar biasa, selain objek wisata yang baru dibuka juga menjadi ikon baru kota Pacitan selain goa tentunya. Disebelahnya juga ada daerah terasering yang belum termaksimalkan, malahan jadi tempat pacaran, saya lihat sendiri. Ada juga semacam hutan pandan, walau bukan pandan wangi tetapi cukup menarik jika dijadikan objek wisata kawan atau dihasilkan untuk kerajinan.
Setelah selesai berfoto ria sampai tempat ombak paling tinggi, kami sholat ashar berjamaah dulu. Poin pembelajaran *jika anda berada dimanapun selalu rajinlah, rajin kepada sang pencipta itu yang pertama, nanti pasti bakal keberkahan yang menyertai anda*. benar saja, setelah selesai solat ashar, lagi-lagi kami makan gratisan di traktir bapaknya aji. Saya dan bahtiar sedikit debat dibelakang, tapi tak apalah itung2 menghormati tuan rumah serta kesempatan buat keluarga Aji banyak sedekah, sedekahnya sama orang-orang baik macam kita lagi, #weleh. Dan kami selesai dari jalan-jalan langsung pulang kerumah aji, guna nonton Indonesia vs Qatar malam harinya dan Alhamdulillah Indonesia kalah 0-2. Lalu kami lanjutkan pertandingan PES (pro evolution soccer) yang dilakukan bertiga, ternyata kali ini si bachtiar yang jadi juara. Inilah kawan sebuah kenikmatan kehidupan kalau selalu kita lalui dengan tersenyum dan penuh hikmah.
Keesokan harinya kami berjalan-jalan ke trenggalek dan juga ponorogo, sebelumnya kami mampir dahulu kerumah masa kecil pak SBY (presiden RI ke 6). Yups rumah sederhana yang memberikan banyak pelajaran disana, dan disana saya menuliskan. “saya akan menjadi RI1 jg pak, tunggu estafet yang akan sampai ke tangan saya!” inilah kawan sedikit tentang kota pacitan yang punya banyak sekali potensi, mulai dari bukit-bukit yang bisa menjadi ciri khas, rumah tinggal, penghasil pertanian sampai tempat wisata. Tetapi memang pacitan masih butuh tenaga-tenaga muda, jiwa-jiwa pemimpin untuk mengembangkan daerah ini agar terpotensikan. Demikian kisah singkat kali ini, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi…. ^_^
Walaupun kabupaten Pacitan dekat dengan kabupaten Magetan (kampung halaman saya), tapi ini adalah pengalaman pertama saya ke pacitan kawan. Pengalaman pertama ini saya siapkan dengan begitu matang, satu cari temen karena pesen ibu “ibu g’terlalu was-was kalau kamu keluar sama temen.” Pake bahasa jawa tentunya kawan. Tapi, Alhamdulillah g’ada temen yang mau jadi patner pada perjalanan kali ini. Alhasil sayapun kembali mbolang sendirian ke pacitan, dengan perlengkapan seadanya dan modal stick PS buat maen game di pacitan, itupun pinjam. Pelajaran kali ini, *jika anda yakin maka jalanlah, jika ragu jangan jalan. Total dalam menentukan langkah itu penting, karena yg akan dilihat adl langkah anda bukan rencana anda. “tyas haryadi”. #subhanallah
Di pacitan sudah ada saudara Aji dan saudara Bachtiar (anak ngalam) yg sudah sehari yang lalu datangnya. Ternyata jiwanya sama-sama mbolang, sendirian dan belum tahu jalurnya. Sebelum berangkat saya lihat dulu peta jawa timur lewat google map, lalu saya lihat Cuma ada satu jalur dari ponorogo ke Pacitan, tentu selain bantuan penunjuk arah di jalan-jalan kawan. Setelah meluncur dari magetan pukul 9.30n, saya menaiki kuda besi hitam 135cc ke Pacitan kawan, kota seribu goa. Dijalan ketika masuk lika-liku jalan dari Ponorogo menuju pacitan saya dibuat terkagum-kagum dengan pemandangan di kiri dan kanan jalan, subhanallah banget pokoknya.
Dikiri kanan jalan ada bukit-bukit dari serangkaian pegunungan yang agak kering (waktu itu kemarau), tetapi masih memiliki daya pikat yang tinggi. Bisa juga untuk daerah pertanian tanaman obat, dan tanaman lain sebagainya, asal jangan sembako karena kurang cocok. Belum lagi setelah menapakkan kaki di Pacitan, di kiri jalan selalu ada sungai yang indah, bisa untuk wisata serta airnya belum termaksimalkan oleh masyarakat dan pemerintah setempat. Sayapun sempat berfoto ria disana kawan, keren juga bisa nampang wajah di tanah pacitan walau dg kamera VGA, yg banyak g’jelasnya dari pada jelasnya.
Setelah sampai di kota pacitan kawan, kesan pertama yang saya tanamkan ketika masuk kotanya adalah “bener ni kota?”. Bukan maksud gimana, tapi memang itu yg menjadi realita, bukan majalah kali ini. Lalu saya berhenti di alun-alun sebentar, sms saudara saya aji kalau saya sudah sampai di alun-alun waktu itu sudah adzan duhur. Setelah sampai dirumah aji (yang tidak jauh dari alun-alun), saya berkenalan dan berbincang-bincang dulu dengan keluarga aji. Satu pelajaran lagi kawan, *jika anda tamu jadilah tamu yang baik yg menghargai tuan rumah (tentu bukan cara menghargai barang yg mau dibeli), dan bersikaplah ramah. Subhanallah, keluarga yang memberikan pelajaran besar kepada saya tentang sebuah tim kerja yang komplit. Aji punya seorang kakak perempuan yang baru saja lulus kuliah, saya lupa kuliah dimana, atau belum tanya malahan? #wah_manusiawi. Ayah aji bekerja sebagai guru dan ibunya buka took didepan rumah.
Setelah selesai sholat dan makan siang, ini dia kawan bukti silaturohim “ndawakne sembarang kalir”. Tak mungkin kita silaturohim jauh-jauh g’deberi makan, kalau memang g’diberi makan, sungguh teganya. Kami sudah menyusun rencana untuk jalan-jalan ke gua gong, lalu ke pantai klayar yang terkenal masih asri dan indah. Potensi memang luar biasa di pacitan, sebuah kabupaten yang belum terlalu padat menurut saya, tetapi juga masih kurang termaksimalkan perkembangan ekonominya. Puas dengan jalan-jalan dan berfoto ria di goa gong, sedikit membahas goa gong. Goa ini adalah salah satu ikon kota Pacitan, yang dibanggakan sebagai kota 1000 goa. Di goa ini sudah ada sarana yg memadai dimana kipas angin sudah ada didalamnya, sehingga tidak terlalu panas, tetapi tetap memancing keringan apalagi saya adalah produsen keringat tingkat wahid. Lampu-lampu penerang, jadi g’perlu senter lagi, tangga dan pegangan untuk menjaga keamanan.
Setelah itu kami melewati jalan tunggal yang lumayan berliku, jauh dan lubang disini disana. Tetapi semuanya itu terbayar ketika kami masuk daerah pantai klayar, masuk kami tak bayar karena ada bapaknya saudara Aji. Semua yang nalangin beliau, sebenarnya g’enak tapi sangat diharapkan. Begitu juga ketika masuk goa gong sebelumnya, karena penjaganya adalah teman dari bapaknya aji. Masuk ke daeraha wisata ini lebih mirip dengan pantai di Lombok kawan, walau belum pernah kelombok. Apalagi ketika mencari sudut berbeda ada pemandangan yang mirip dengan pantai di Australia kawan. Subhanallah, ini dia kelebihan dari pantai selatan kawan, baik mulai bali (kuta), jogja (parang tritis), blitar (serang) dan terakhir pacitan (klayar), sementara itu saja dulu yang baru saya datangi kawan. Pemandangan di pantai klayar ini memang luar biasa, selain objek wisata yang baru dibuka juga menjadi ikon baru kota Pacitan selain goa tentunya. Disebelahnya juga ada daerah terasering yang belum termaksimalkan, malahan jadi tempat pacaran, saya lihat sendiri. Ada juga semacam hutan pandan, walau bukan pandan wangi tetapi cukup menarik jika dijadikan objek wisata kawan atau dihasilkan untuk kerajinan.
Setelah selesai berfoto ria sampai tempat ombak paling tinggi, kami sholat ashar berjamaah dulu. Poin pembelajaran *jika anda berada dimanapun selalu rajinlah, rajin kepada sang pencipta itu yang pertama, nanti pasti bakal keberkahan yang menyertai anda*. benar saja, setelah selesai solat ashar, lagi-lagi kami makan gratisan di traktir bapaknya aji. Saya dan bahtiar sedikit debat dibelakang, tapi tak apalah itung2 menghormati tuan rumah serta kesempatan buat keluarga Aji banyak sedekah, sedekahnya sama orang-orang baik macam kita lagi, #weleh. Dan kami selesai dari jalan-jalan langsung pulang kerumah aji, guna nonton Indonesia vs Qatar malam harinya dan Alhamdulillah Indonesia kalah 0-2. Lalu kami lanjutkan pertandingan PES (pro evolution soccer) yang dilakukan bertiga, ternyata kali ini si bachtiar yang jadi juara. Inilah kawan sebuah kenikmatan kehidupan kalau selalu kita lalui dengan tersenyum dan penuh hikmah.
Keesokan harinya kami berjalan-jalan ke trenggalek dan juga ponorogo, sebelumnya kami mampir dahulu kerumah masa kecil pak SBY (presiden RI ke 6). Yups rumah sederhana yang memberikan banyak pelajaran disana, dan disana saya menuliskan. “saya akan menjadi RI1 jg pak, tunggu estafet yang akan sampai ke tangan saya!” inilah kawan sedikit tentang kota pacitan yang punya banyak sekali potensi, mulai dari bukit-bukit yang bisa menjadi ciri khas, rumah tinggal, penghasil pertanian sampai tempat wisata. Tetapi memang pacitan masih butuh tenaga-tenaga muda, jiwa-jiwa pemimpin untuk mengembangkan daerah ini agar terpotensikan. Demikian kisah singkat kali ini, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi…. ^_^