Animasi Goalkeeper. |
Tyas Haryadi- mungkin nama ini memang tak pernah tersiar di televisi, sampai detik ini minimal, dan apalagi sebagai pemain sepakbola professional. Kali ini kita akan membahas tentang filosofi penjaga gawang kawan, atau biasanya lebih dikenal dengan “GoalKeeper”. Masa kecilkan sangatlah terobsesi dengan sepakbola kawan, mungkin sampai sekarang dan sampai tua nantinya. Ketika saya kecil, duduk dibangku SD, sayalah striker diantara empat lelaki di kelas saya. Sangat sedikit, sangat minim, tetapi saya masih ingat saya selalu jadi pencetak goal untuk tim yang saya bela,
sehingga saya sering diperebutkan untuk ikut tim lain. Tetapi ketika SD akhir dan awal SMP saya sedikit berubah haluan kawan, saya belajar dan menggeluti profesi sebagai penjaga gawang.
Itu semua bermula ketika saya masuk tim, saya tetap mencoba seorang striker, tetapi ternyata power tendangan saya sangatlah jauh dari harapan. Tepatnya tak bisa diandalkan untuk dikatan “jegerrr!” sayapun berpikir untuk pindah profesi menjadi goal keeper, terlebih ketika melihat beberapa pemain sepakbola yang ternyata pindah profesi dari striker menjadi keeper lalu menjadi keeper handal. Saya berlatih sendiri dirumah kawan, memang tak ada bola sepak, adapun bola plastik yang ringan, tak ada kawan pula. Mungkin ini juga kehendak Allah, tapi orangtua saya bukan basic olahragawan. Beliau berdua mungkin sudah menggadang-gadang saya menjadi PNS atau menjadi karyawan perusahaan besar sewaktu saya terlahir.
Itu terlihat ketika saya begitu terobsesi sebagai pesepakbola, ibu adem ayem saya, tak merespon sama sekali. Bapak memang memberi respond an respek, tetapi karena beliau jarang pulang, akhirnya bakat itu bak diterpa angin begitu saja. Saya berlatih disebelah ruang tamu, dimana ada dinding yang saling berhadapan, jaraknya mungkin sekitar 3,5meter. Dengan lantai keramik hijau dan dinding cat putih, disitulah saya berlatih sepakbola sebagai keeper kawan. Aneh ya? Tidak aneh, saya baru sadar, saya cerdas dari kecil :D (pecaya diri dikit jeh). Saya memakai bola kasti sebagai bola sepak, bola itu saya lepas kulit kasar yang berwarna hijau, sehingga tinggal karet tengahnya. Pantulannya cepat, hebat, dan mantap, sehingga jika dilempar kedinding akan memantul bahkan lebih cepat dari lemparan terkadang.
Nah, dinding yang saya jadikan gawang adalah kamarnya ortu kawan, bentuknya persegi panjang. Saya ambil tingginya sejajar pintu, karena di setara pintu itu terjajar rapi foto, hiasan dinding (tiang atas). Untuk tiang samping ada gawang pintu (kayu rangka pintu) yang jadi gawang kiri, sementara kanannya adalah sudut tembok yang menyekat keruang tamu. Jadilah gawang di imajinasi yang sedikit perlu anda lihat lalu ubah sedikit kawan. Saya lempar bola kedinding, lalu saya atraktif menakapnya sebagai keeper, loncat sana loncat sini, jatuh sana jatuh sini. Setiap hari tanpa lelah, tanpa bosan saya melempar bola, menangkapnya, berkali-kali goal, berkali-kali terjatuh, saya masih bangun. Setelah itu saya mencoba menendang, ternyata lebih asik, dan saya makin menikmati.
Berkali-kali saya dimarahi ibu, karena membentur kaca, berkali-kali saya diteriaki karena berisik dan main bola dirumah. Berhenti sebentar lalu saya lanjut lagi, tak pernah kapok, ketika akhirnya dinding bagian bawah tembok yang saya buat untuk pantulan bola rusak. Semennya sudah lepas, tidak tahan mungkin ditendangi kawan. Sampai sekarangpun saya tak pernah jadi penjaga gawang dipertandingan persahabatan, hanya ketika latihan dan sparing terkadang saya mencoba posisi ini. Apalagi kalau sedang main futsal, semua bisa nyoba profesi itu kawan. :D
Hikmat dari goal keeper adalah setiap individu harus bisa mencegah dirinya kebobolan, baik kebobolan dari masalah, dari jatuh, dll. Dalam hal lain, goal keeper adalah sebuah pertahanan mirip TNI, ketika kita diserang, pertahanan terakhir adalah dia. Dalam kehidupan biasanya berhubungan dengan hargadiri, jika dihina, kita masih bisa menunjukkan kita tak kalah. Masih bisa berjuang menunjukkan siapa kita. Penjaga gawang itu tentang cara memandang kawan, bagaiman kita memandang sesuatu yang kan merugikan kinerja kita, yang menggagalkan mimpi kita, cita-cita kita. Dengan reflek, gerak cepat kita harus mengantisipasinya, harus seantisipasi mungkin. Apalagi sewaktu terjadi tendangan pinalti, nasib semua ada di keeper. Jangan pernah remehkan posisi ini kawan, jika tidak kebobolan maka minimal tim anda memperoleh 1poin, hasil seri.
Jika dalam melakukan sesuatu kita tidak menyerang dan tidak bertahan, maka kita akan setara dengan mereka, karena hasilnya 0-0. Itulah filosofi seorang penjaga gawang kawan. Penjaga gawang haruslah mereka yang bekerja keras, penuh insting, eksentrik, melakukan terbaik dan tak mau setengah-setengah. Itulah kenapa saya sempat cinta dengan posisi ini, Goal Keeper. Beberapa pemain yang saya sukai di posisi ini ada Hendro Kartiko, Fery Rotinsulu, Buffon, De Gea. Sampai saat ini ketika pulang tekadang saya bermain bola ditempat yang sama, mengingat masa kecil nan cerdas dan tak kenal lelah dulu. Pagi, siang, sore, malam aku bermain bola pada waktu kecil dulu. Ternyata tanpa aku sadari, sepakbola telah mengajariku, kerja yang total, tak kenal waktu, kerja keras, juga kerja cerdas. Sekian kawan, semoga bermanfaat. Saya masih punya cita-cita jadi pelatih timnas Indonesia ketika mimpi pemain bola sudah saya F2, amin… salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi…. ^_^
0 komentar:
Post a Comment