Sewaktu mengantar ibu ke pasar (jadi ojek kalo lagi dirumah). Saya masih berusaha produktif (bukan bahasa biologis), saya bawa kertas untuk membuat tulisan CML (cah magetan library), gunting, sekalian sebuah buku tentang membaca jati diri orang lain. Selesai menggunting, baca beberapa lembar, akhirnya saya pegang pena dan kertas. Mulailah tangan ini menulis tentang "hangatnya mentari pagi dan si homo, homo sapien..." :)
Cahaya kuning keemasan nan hangat
Menyentuh kulitku secara perlahan
Membuat sebuah bayangan panjang
Panjang dan sangat indah dipandang
Ku tengok kanan kiri
Semua mulai bergerak
Bahkan ada yg melaju
Bak burung yg keluar kamar
Kutanya,
Seberapa banyak orang bersyukur atas adanya kamu?
Seberapa manusia mampu mengambil intisari hikmahmu?
Lalu, sehangat apa kaum homo itu, membalas kehangatanmu?
Kujawab,
Orang-orang itu, tak melihat nikmat kecil depan matanya
Manusia pandai mengambil kekayaan alam
Homo itu malah bikin panas, sampai hangatmu salah arti, jadi panas di bumi.
Homo memang homo
Lalu bercermin! Apa aku homo?
Bisa jadi, kata kawan homo sapiens
Tapi lidah berucap homo
Homo itu makin tak mengerti
Sementara mentari pagi selalu memberi arti
Ku harap homo semakin manusiawi
Memberi, meminta, membagi
Bersama mentari pagi
Ku tengok kanan kiri
Semua mulai bergerak
Bahkan ada yg melaju
Bak burung yg keluar kamar
Kutanya,
Seberapa banyak orang bersyukur atas adanya kamu?
Seberapa manusia mampu mengambil intisari hikmahmu?
Lalu, sehangat apa kaum homo itu, membalas kehangatanmu?
Kujawab,
Orang-orang itu, tak melihat nikmat kecil depan matanya
Manusia pandai mengambil kekayaan alam
Homo itu malah bikin panas, sampai hangatmu salah arti, jadi panas di bumi.
Homo memang homo
Lalu bercermin! Apa aku homo?
Bisa jadi, kata kawan homo sapiens
Tapi lidah berucap homo
Homo itu makin tak mengerti
Sementara mentari pagi selalu memberi arti
Ku harap homo semakin manusiawi
Memberi, meminta, membagi
Bersama mentari pagi
Semoga bermanfaat, salam dr Sang Penggembala, Tyas Haryadi... :)
0 komentar:
Post a Comment