27 Feb 2012

Ojek Pasar.

       Sebuah puisi lagi-lagi tercipta ketika mengantarkan ibu, kemanapun tujuannya. Namanya juga tukang ojek euy, mau ibu bisa naik motor, punya sim, tetep, sayalah tukang ojeknya. Alhamdulillah banget dah, bisa berbakti ma ortu, sekaligus bisa bikin puisi-puisi dan tulisan macam gini, ntar tinggal diketik waktu balik kerumah. Semoga puisi kali ini bermanfaat mas bro / mbak sis… ^_^
 
Kalau liburan, kembali ke kampung halaman,
Yang halamannya luas, walau tak seluas hatiku,
Yang hatiku tertaut, tautan kekeluargaan,
Yang ada keluargaku, keluarga ojek pasar.
     Pagiku kadang tak ke musholla,
     Sholat subuh jamaah disana,
     Mengaji sampai adikku siap berangkat sekolah,
     Sekolahnya, yang hanya berjarak beberapa langkah.
Jadi rutinitas tiap minggu,
Dirumah ku punya profesi baru,
Yang tetap serta berulang,
Bak hama pada musimnya.
      Berangkat ku di depan,
      Menunggu,
      Lalu pulang jg didepan,
      Begitu berulang.
Ojek pasar,
Jadi tukang ojek,
Ojek keluarga besar,
Kalau mau kepasar.
      Tak bisa digambar karena ku buat puisi bukan lukisan,
      Tak masuk hati, lebih tepatnya masuk memory lalu dihikmahi,
      Kotak, katik, kituk, katak,
      Kadang menunggu jadi serba tak bermakna.
Tapi, menunggu memberiku waktu baca buku,
Membuat tanganku menulis puisi yang tak basi,
Membuatku terpaksa merenung dalam alunan dzikir,
Membuatku teringat jika belum dhuha,
Bagiku, ceritaku bermakna walau banyak dua.

Terimakasih, semoga bermanfaat, salam dari sang Penggembala, Tyas Haryadi……. ^_^

0 komentar:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com