at Bromo setelah erupsi. |
Sudah lama tangan ini tak membuat kata-kata dan juga mengeja pengalaman kawan. Melanjutkan perjalanan tahun 2011 yang sempat tertunda, yaitu perjalanan hunting jawatimur. Di daerah probolinggo dan kali ini menyinggahi indahnya kawah pasir putih di Gunung Bromo yang baru saja terkena erupsi. Masih bersama dua kuda besi, dan F4, saya, fauzi, sefi dan umam. Kali ini kami melakukan perjalanan dari kota kraksaan menuju G.Bromo. Kurang paham berapa jarak yang kami tempuh, karena memang kami bukan orang yg terlalu suka menghitung-hitung sesuatu untuk menyebut dan menilai sesuatu berdasarkan kuantitas saja.
Setelah berlika-liku, dua belokan (kanan-kiri), sedikit injak rem banyak gas dan kopling. Mendaki gunung, lewati lembah *bukan lagu kartun ini. Kami beristirahat disebuah tikungan sedikit naik, dekat dengan sebuah air terjun. Saya juga kurang paham nama air terjun itu kawan, yang pasti ada di tikungan kekiri dan terlihat dari pinggirnya. Melihat ke bawah sudah mirip jurang lah, kalaupun jatuh minimal rumahsakit maksimal kuburan. :) ….
Sebentar beristirahat dan berfoto-foto ria, sendiri, dan juga bersama-sama. Pelajaran yg diterima oleh otak dan diproses dihati kali ini adalah ==> foto-foto itu juga penting, bukan hanya ketika anda sendiri tapi juga bersama-sama, karena jd dokumentasi dan penguat emosi persaudaraan ketika kita melihatnya kembali. Di seberang tempat kami beristrirahat (melewati area air terjun), ada sebuah tebing nan dipenuhi tumbuhan yang hijau “ijo royo-royo” dalam istilah jawanya. Istilah ini mah gambarin hijau yang membuat mata tak mau bertolak untuk memandangnya, kayak lihat cewek cantik yg mau dilamar…. Waduh keceplosan. :D
Setelah selesai berfoto ria, bertanya satu dua hal kecil tapi membuat hal fondasi besar dalam diri kami (keterbukaan). Yups, karena pertanyaan-pertanyaan kecil yang dijawab dengan reflek, tanpa pikir panjang serta apa adanyalah yang membuah kita semakin terbuka dengan orang lain. Wah, pinter juga ni otak kadang-kadang kawan. :D,,, tp jangan anggap yg dibuka itunya. Ini keterbukaan dalam hal pengalaman, daya pikir, terutama modal terpenting dari kejujuran. Berlanjut ke saya dan umam yg masih harus membuang urea dulu untuk menyuburkan tanaman sekitar. *kandungan di air seni…
Kami melanjutkan perjalanan kawan, menuju bromo yang berliku. Karena kami mengambil filosof “malu bertanya sesat g’ketemu jalan!”, akhirnya kami berkali-kali tanya jarak ke bromo, kurang berapa jauh. Sampailah kami di G.Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia. Indah sekali kawan, bahkan berkali-kali indahnya… :D, subhanallah, wala illahaillallah… :)
Sebelum masuk area Wisata G.Bromo, ada dua cabang jalan. Yang kekiri jalannya lebih landai, tetapi berliku, sementara di kanan lebih menanjak dan cukup jauh. Tetapi disarankan oleh penduduk sekitar untuk mengambil jalur sebelah kiri, dan kamipun tekan kopling masukin gigi (bukan yg didalam mulut), tancap gas dah. Masuk ke area Wisata G.Bromo, tiap sepeda motor terkena biaya 15 ribu. Suasana masih sangat sepi dan lengang, jelas saja, hari itu adalah hari senin kawan, mungkin sebagian orang baru saja kembali dari liburannya dan mulai bekerja, terbalik dengan kami yang masih wisata dahulu.
Sepanjang perjalanan tadi, kami sudah disuguhi dengan pemandangan super berdebu, serba vulkanik dan dengan keindahan alami setelah erupsi. Inilah poin pembelajaran lg ==> disetiap hal yg buruk tersimpan keindahan, jika kita bisa menghikmahinya maka keburukan menurut orang lain menjadi keindahan untuk kita jika mengalamai hal yg sama. Jalanan ada debu mulai dari 0,5-10 cm, karena ada jalan yang cekung sanggup menerima debu yg lebih banyak dari pada yg datar atau cembung. Suhu memang dingin, tetapi hangatnya belerang yang terdapat dipasir juga tersa kawan. Sempat kami foto-foto sebentar di daerah yg bisa memandang langsung G.Bromo, subhanallah yaa… :)
Masih juga saya melihat warga sekitar mencari rumput untuk pakan ternak mereka, halaman yang masih ditanami oleh daun bawang, merekapun merawatnya dengan baik. Wah, ini dia kawan, hal yang harus kita pikir juga (pembelajaran). Kehidupan manusia itu selalu berjalan, mereka yang terkena musibah jg butuh makan kawan, cobalah kita datang dan member rejeki kepada mereka, minimal doa kita yang datang. “wah, kok bau minyak kayu putih kayak gini.” Saya mencoba cari sumber bau, eh, saya lupa kalau baru saja memperoleh kerokan perdana dan tak terasa sudah melewati perjalan, sempat joki pula. Pembelajaran ==> beban atau derita seperti apapun jika kita lewati dengan bahagia, kebersamaan dan rasa ikhlas maka itu akan menjadi nikmat kawan… :D
Pasir yang dahulunya hitam di dekat pura dan jalan utama ke kawah saat itu menjadi pasir putih, bukan pantai kawan, apalagi padang pasir. Saya juga tahunya lewat searching di internet, tetapi lebih keren waktu itu kawan. Serasa berada di G.Bromo yang berbeda, terlebih ketika mulut ini juga ikut makan pasir, gigi bergerak serasa makan yang gurih-gurih. Pohon-pohon tumbang, kering dan penuh dengan pasir menggambarkan betapa mematikannya erupsi yang terjadi, semua pohon mati, tak bersisa satupun. Lalu kami masuk ke arean pasir putih, yg sangat luar terhampar, inilah kuasa Allah azza wa jalla kawan. Kalaupun Allah mau, gunung Bromo bisa saja diratakan dengan pantai. Tapi Allah Maha Mengetahui, Hanya Allahlah yang paling indah rencananya.
Setelah puas berfoto-foto ria, beberapa posisi model dan cameramen juga kami coba. Yang terpenting dari foto adalah mewakili siapa yang ada disana, kapan, dimana dan dalam kondisi bagaimana. *ilmu dari fotographer RADAR MADIUN, ini pengalaman waktu pelatihan jurnalistik dahulu kawan #SMAkelasXII. :D… lalu kami menuju ke pura! Sebenarnya saya ingin naik ke kawahnya, kata bapak2 penunggang kuda sudah aman, saya juga lihat dari kejauhan ada orang di pinggiran kawahnya #dengan_kacamata. Tapi apa boleh dikata, ketiga kawanq masih belum terketuk hatinya, dan fisikku yang masih bau minyak kayu putih serta merah2 kerokan juga tak kuasa. Alhasil berfoto ria kembali di pura lalu cabut pulang.
Satu hal lagi yang saya ingin ungkapkan, kalau di sebelah pura itu ada masjid dan gereja, tentu akan Indonesia sekali. :D… sebagai umat muslim saya juga risau jika para turis adalah umat islam dan kesulitan dalam melaksanakan ibadahnya. Inilah indahnya negeri ini, Indonesia, Bhineka tunggal ika. Semoga bermanfaat pengalaman hunting kali ini, salam dari Sang Pengembala, Tyas Haryadi…. ^_^
Setelah berlika-liku, dua belokan (kanan-kiri), sedikit injak rem banyak gas dan kopling. Mendaki gunung, lewati lembah *bukan lagu kartun ini. Kami beristirahat disebuah tikungan sedikit naik, dekat dengan sebuah air terjun. Saya juga kurang paham nama air terjun itu kawan, yang pasti ada di tikungan kekiri dan terlihat dari pinggirnya. Melihat ke bawah sudah mirip jurang lah, kalaupun jatuh minimal rumahsakit maksimal kuburan. :) ….
Sebentar beristirahat dan berfoto-foto ria, sendiri, dan juga bersama-sama. Pelajaran yg diterima oleh otak dan diproses dihati kali ini adalah ==> foto-foto itu juga penting, bukan hanya ketika anda sendiri tapi juga bersama-sama, karena jd dokumentasi dan penguat emosi persaudaraan ketika kita melihatnya kembali. Di seberang tempat kami beristrirahat (melewati area air terjun), ada sebuah tebing nan dipenuhi tumbuhan yang hijau “ijo royo-royo” dalam istilah jawanya. Istilah ini mah gambarin hijau yang membuat mata tak mau bertolak untuk memandangnya, kayak lihat cewek cantik yg mau dilamar…. Waduh keceplosan. :D
Setelah selesai berfoto ria, bertanya satu dua hal kecil tapi membuat hal fondasi besar dalam diri kami (keterbukaan). Yups, karena pertanyaan-pertanyaan kecil yang dijawab dengan reflek, tanpa pikir panjang serta apa adanyalah yang membuah kita semakin terbuka dengan orang lain. Wah, pinter juga ni otak kadang-kadang kawan. :D,,, tp jangan anggap yg dibuka itunya. Ini keterbukaan dalam hal pengalaman, daya pikir, terutama modal terpenting dari kejujuran. Berlanjut ke saya dan umam yg masih harus membuang urea dulu untuk menyuburkan tanaman sekitar. *kandungan di air seni…
Kami melanjutkan perjalanan kawan, menuju bromo yang berliku. Karena kami mengambil filosof “malu bertanya sesat g’ketemu jalan!”, akhirnya kami berkali-kali tanya jarak ke bromo, kurang berapa jauh. Sampailah kami di G.Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia. Indah sekali kawan, bahkan berkali-kali indahnya… :D, subhanallah, wala illahaillallah… :)
Sebelum masuk area Wisata G.Bromo, ada dua cabang jalan. Yang kekiri jalannya lebih landai, tetapi berliku, sementara di kanan lebih menanjak dan cukup jauh. Tetapi disarankan oleh penduduk sekitar untuk mengambil jalur sebelah kiri, dan kamipun tekan kopling masukin gigi (bukan yg didalam mulut), tancap gas dah. Masuk ke area Wisata G.Bromo, tiap sepeda motor terkena biaya 15 ribu. Suasana masih sangat sepi dan lengang, jelas saja, hari itu adalah hari senin kawan, mungkin sebagian orang baru saja kembali dari liburannya dan mulai bekerja, terbalik dengan kami yang masih wisata dahulu.
Sepanjang perjalanan tadi, kami sudah disuguhi dengan pemandangan super berdebu, serba vulkanik dan dengan keindahan alami setelah erupsi. Inilah poin pembelajaran lg ==> disetiap hal yg buruk tersimpan keindahan, jika kita bisa menghikmahinya maka keburukan menurut orang lain menjadi keindahan untuk kita jika mengalamai hal yg sama. Jalanan ada debu mulai dari 0,5-10 cm, karena ada jalan yang cekung sanggup menerima debu yg lebih banyak dari pada yg datar atau cembung. Suhu memang dingin, tetapi hangatnya belerang yang terdapat dipasir juga tersa kawan. Sempat kami foto-foto sebentar di daerah yg bisa memandang langsung G.Bromo, subhanallah yaa… :)
Masih juga saya melihat warga sekitar mencari rumput untuk pakan ternak mereka, halaman yang masih ditanami oleh daun bawang, merekapun merawatnya dengan baik. Wah, ini dia kawan, hal yang harus kita pikir juga (pembelajaran). Kehidupan manusia itu selalu berjalan, mereka yang terkena musibah jg butuh makan kawan, cobalah kita datang dan member rejeki kepada mereka, minimal doa kita yang datang. “wah, kok bau minyak kayu putih kayak gini.” Saya mencoba cari sumber bau, eh, saya lupa kalau baru saja memperoleh kerokan perdana dan tak terasa sudah melewati perjalan, sempat joki pula. Pembelajaran ==> beban atau derita seperti apapun jika kita lewati dengan bahagia, kebersamaan dan rasa ikhlas maka itu akan menjadi nikmat kawan… :D
Pasir yang dahulunya hitam di dekat pura dan jalan utama ke kawah saat itu menjadi pasir putih, bukan pantai kawan, apalagi padang pasir. Saya juga tahunya lewat searching di internet, tetapi lebih keren waktu itu kawan. Serasa berada di G.Bromo yang berbeda, terlebih ketika mulut ini juga ikut makan pasir, gigi bergerak serasa makan yang gurih-gurih. Pohon-pohon tumbang, kering dan penuh dengan pasir menggambarkan betapa mematikannya erupsi yang terjadi, semua pohon mati, tak bersisa satupun. Lalu kami masuk ke arean pasir putih, yg sangat luar terhampar, inilah kuasa Allah azza wa jalla kawan. Kalaupun Allah mau, gunung Bromo bisa saja diratakan dengan pantai. Tapi Allah Maha Mengetahui, Hanya Allahlah yang paling indah rencananya.
Setelah puas berfoto-foto ria, beberapa posisi model dan cameramen juga kami coba. Yang terpenting dari foto adalah mewakili siapa yang ada disana, kapan, dimana dan dalam kondisi bagaimana. *ilmu dari fotographer RADAR MADIUN, ini pengalaman waktu pelatihan jurnalistik dahulu kawan #SMAkelasXII. :D… lalu kami menuju ke pura! Sebenarnya saya ingin naik ke kawahnya, kata bapak2 penunggang kuda sudah aman, saya juga lihat dari kejauhan ada orang di pinggiran kawahnya #dengan_kacamata. Tapi apa boleh dikata, ketiga kawanq masih belum terketuk hatinya, dan fisikku yang masih bau minyak kayu putih serta merah2 kerokan juga tak kuasa. Alhasil berfoto ria kembali di pura lalu cabut pulang.
Satu hal lagi yang saya ingin ungkapkan, kalau di sebelah pura itu ada masjid dan gereja, tentu akan Indonesia sekali. :D… sebagai umat muslim saya juga risau jika para turis adalah umat islam dan kesulitan dalam melaksanakan ibadahnya. Inilah indahnya negeri ini, Indonesia, Bhineka tunggal ika. Semoga bermanfaat pengalaman hunting kali ini, salam dari Sang Pengembala, Tyas Haryadi…. ^_^
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKeindahan Wisata Gunung Bromo memang tidak diragukan, Mulai dari menikmati Sunrise hingga kawah gunung Bromo yang sungguh menawan. Memang Rugi kalau datang ke Jawa Timur namun belum menikmati Indahnya gunung Bromo.
DeleteYang Ingin Berwisata ke gunung Bromo, Kami Menyediakan Paket Wisata Bromo Murah.
http://www.kantatatrans.com/paket-wisata-bromo/
Makasih Gan sudah menulis artikel tentang Wisata Bromo.