Anak cucu kaum Nabi Nuh AS , mulai ingkar, mereka menyembah berhala. Allah SWT mengutus Nabi Hud AS, tapi mereka tetap ingkar. Akhirnya mereka dibinasakan.
Sebagian Kaum Nabi Nuh yang beriman berhasil selamat. Mereka mendarat dengan mulus setelah berlayar mengarungi samudra akibat banjir bandang. Mereka yang kemudian disebut Kau “Ad” menetap di desa Al-Ahqaf, dan kembali hidup dengan tenteram.
Nabi Hud AS adalah keturunan Sam bin Nuh AS (cucu nabi Nuh) ia di utus kepada kaumnya yang bernama kaum “Ad”, suatu kaum yang bertempat tinggal di sebelah utara Hadramaut negeri Yaman. Kaum Ad adalah kaum yang sangat mahir membikin benteng yang kokoh dan kuat, tetapi sayang, mereka menyembah berhala.
Untuk beberapa zaman sesudah itu, ajaran Tauhid Nabi Nuh dapat tetap tegak. Namun, setelah generasi demi generasi berganti, mereka mulai melupakannya. Mereka bahkan membuat patung dari nenek moyang – yang selamat dari banjir bandang – untuk dipuja dan disembah. Penghormatan terhadap nenek moyang seperti itu berkembang terus dari generasi ke generasi.
Sampai akhirnya penghormatan itu berubah menjadi penghambaan dan syirik. Mereka menyembah patung nenek moyang dan mulai melupakan Allah SWT. Mereka menjadi musyrik dan kafir kembali. Mereka juga mengklaim sebagai kaum yang terkuat sehingga sombong. Kata mereka, “Siapakah yang lebih kuat dari kami?” (QS Fushshilat: 15).
Di tengah kaum Ad yang mulai kufur dan musyrik itulah, Allah SWT mengutus Nabi Hud, seperti Nabi-nabi lain juga berseru, ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, yang tiada tuhan lain bagi kalian selain Dia.” (QS Hud: 50). Tapi kaum Ad bukannya menurut, mereka malah marah, sebab mereka merasa lebih terhormat dari Nabi Hud.
Dengan sombong mereka bilang, “Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami dengan dakwahmu itu? Imbalan apa yang engkau inginkan? Mereka menantang, dan memang bersedia memberi apa saja yang diminta asal Nabi Hud menghentikan dakwahnya.
Nabi Hud tidak mengharapkan imbalan apa-apa selain agar kaum Ad mau berpikir jernih, menerangi pemikiran dengan cahaya kebenaran. Nabi Hud hanya ingin mereka bersyukur akan nikmat Allah: bagaimana Allah menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi Nuh; memberi mereka kekuatan fisik, banyak kenikmatan yang melimpah, dan memakmurkan bumi.
Bukannya sadar, mereka bahkan semakin ingkar. Kata mereka, “bagaimana engkau bisa menyalahkan tuhan-tuhan kami sedangkan kami mendapati nenek moyang kami juga menyembah mereka?” maka jawab Nabi Hud, “Sesungguhnya nenek moyanag kalian telah berbuat salah!” tentu saja kaum Ad semakin marah. Maka mereka pun mengejek Nabi Hud, “Wahai Hud, apakah engkau akan mengatakan bahwa setelah kami mati dan jadi tanah akan hidup kembali?”
“Kalian akan kembali hidup pada hari kiamat, dan Allah SWT akan bertanya tentang apa yang kalian lakukan selama kalian hidup di bumi!” tapi mereka malah tertawa. “Alangkah aneh pandanganmu itu!” seru mereka. “Mana mungkin orang yang sudah mati bisa hidup kembali!” teriak mereka.
SIKSA PEDIH
Tidak berhenti sampai disitu, mereka bahkan terus mengejek. “Apa itu hari kiamat?” bagaimana mungkin ada hari dimana manusia yang sudah mati bisa dihidupkan kembali?” kata mereka serempak
Nabi Hud menjelaskan, kepercayaan akan datangnya hari kiamat sangat penting. Sebab, di hari kiamatlah kelak keadilan akan di tegakkan. Orang yang berbuat kebajikan akan mendapat pahala dan surga, sementara yang ingkar akan mendapat siksa yang amat pedih, masuk kedalam neraka. Meski sudah berkali-kali di ingatkan, kaum Ad malah berani berkata, “Jauh sekali dari kebenaran apa yang kamu ancamkan kepada kami. Kehidupan ini tak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan sekali lagi tak akan di bangkitkan lagi.” (QS Al-Mukminun: 36-37).
Singkat cerita, tantangan terhadap dakwah Nabi Hud semakin keras terutama dari para Ruasa, alias para pembesar kaum Ad, atau mereka yang berstatus bangsawan yang kaya raya yang disebuat kaum Ma’la dengan sangat sombong, mereka bilang, “Bagaimana kita mau mengikuti manusia biasa yang makan dan minum dari piring dan gelas yang terbuat dari emas dan perak? Bukankah aneh kalau Allah memilih manusia biasa menerima wahyu?”
“Apa anehnya? Justru karena mengasihi kalian, Allah SWT mengutus aku kepada kalian. Jangan lupa, sesungguhnya kisah Nabi Nuh masih segar dalam ingatan kita. Orang-orang yang mengingkari Allah SWT telah dan pasti hancur, sekuat apapun mereka!” jawab Nabi Hud.
“Siapa yang dapat menghancurkan kami?” teriak para Ruasa’. “Allah SWT, jawab Nabi Hud tak kalah lantang.
“Tuhan-tuhan kami akan menyelamtkan kami!”
“Tuhan yang kalian sembah tidak akan mungkin dapat menolong, sebaliknya justru akan semakin menjauhkan kalian dari Allah SWT.”
“Kamu sudah gila, wahai Hud! Kami memahami rahasia kegilaanmu. Kamu menghina tuhan kami, dan tuhan kami akan marah kepadamu, karena itu kamu jadi gila!” teriak pemimpin kaum Ad itu. “Hai Hud kenapa tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan tuhan kami karena argumentasimu.” (QS Hud: 53).
Bersambung
“Aad” adl nama bapa suatu suku yg hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama “Al-Ahqaf” terletak di utara Hadramaut atr Yaman dan Umman dan termasuk suku yg tertua sesudak kaum Nabi Nuh serta terkenal dgn kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yg besar dan sasa. Mereka dikurniai oleh Allah tanah yg subur dgn sumber-sumber airnya yg mengalir dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka bercucuk tanam utk bhn makanan mrk. dan memperindah tempat tinggal mereka dgn kebun-kebun bunga yg indah-indah. Berkat kurnia Tuhan itu mereka hidup menjadi makmur sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yg singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yg terbesar diantara suku-suku yg hidup di sekelilingnya.
Sebagaimana dgn kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adl penghidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yg diberi nama ” Shamud” dan ” Alhattar” dan itu yg disembah sebagai tuhan mereka yg menurut kepercayaan mereka dpt memberi kebahagiaan kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Keni’matan hidup yg mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat tanah yg subur dan menghasilkan yg melimpah ruah menurut anggapan mereka adl kurniaan dan pemberian kedua berhala mereka yg mereka sembah. Karenanya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau kekeringan.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yg sesat itu pergaulan hidup mereka menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis di mana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yg menonjol sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yg kuat menindas yg lemah yg besar memperkosa yg kecil dan yg berkuasa memeras yg di bawahnya. Sifat-sifat sombong congkak iri-hati dengki hasut dan benci-membenci yg didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasihan sayang menyayang jujur amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku Aad tatkala Allah mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka. Nabi Hud Berdakwah Di Tengah-tengah Sukunya
Sudah menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahawa dari masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yg sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yg dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yg bertugas utk menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yg sebelumnya mengembalikan masyarakat yg sudah tersesat ke jalanlurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusiadari segala tahayul dan syirik menggantinya dan mengisinya dgn iman tauhid dan aqidah yg sesuia dgn fitrah.
Demikianlah maka kepada suku Aad yg telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan keni’matan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yg mengurniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang drp suku mereka sendiri dari keluarga yg terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dgn kelakuan yg baik budi pekerti yg luhur dan sgt bijaksana dalam pergaulan dgn kawan-kawannya.
Nabi Hud memulai dakwahnya dgn menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yg berupa alam sekeliling mereka dan bahawa Allahlah yg mencipta mereka semua dan mengurniakan mereka dgn segala keni’matan hidup yg berupa tanah yg subur air yg mengalir serta tubuh-tubuhan yg tegak dan kuat. Dialah yg seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yg mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adl makhluk Tuhan paling mulia yg tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yg sewaktunya dpt mereka hancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.
Di terangkan oleh Nabi Hud bahaw adia adl pesuruh Allah yg diberi tugas utk membawa mereka ke jalan yg benar beriman kepada Allah yg menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeki atau mencabutnya drp mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yg benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahawa jika mrk tetap menutup telinga dan mata mrk menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yg mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yg mereka sembah dan puja itu.
Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yg tidak pernah mrk dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahawa ajaran yg dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yg telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa hairan bahawa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dgn sesuatu yg baru yg mereka tidak kenal dan tidak dpt dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dgn berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yg diterimanya dgn kepala dingin dan penuh kesabaran.
Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud:”Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yg engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yg berkuasa ini dan menyembah tuhan mu yg tidak dpt kami jangkau dgn pancaindera kami dan tuhan yg menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yg kami lakukan ini ialah yg telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yg seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jgn mencederai kepercayaan dan agama mereka dgn memebawa suatu agama baru yg tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak akan direstuinya.”
Wahai kaumku! jawab Nabi HudSesungguhnya Tuhan yg aku serukan ini kepada kamu utk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dgn pancainderamu namun kamu dpt melihat dam merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri sebagai ciptaannya dan dalam alam semesta yg mengelilingimu beberapa langit dgn matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dgn gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yg kesemuanya dpt bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dpt meni’mati kehidupan yg sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yg harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu kepada-Nya.Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakan yg walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dgn pancainderamu Dia dekat drp kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah lakumu mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan itulah yg harus disembah oleh manusia dgn kepercayaan penuh kepada Keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan bukan patung-patung yg kamu perbuat pahat dan ukir dgn tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yg pasif tidak dapat berbuat sesuatu yg menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu yg sesat itu dan menolak ajaran dan agama yg telah diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu.” salam dari Sang Pengembala, tyas Haryadi... ^_^
Untuk beberapa zaman sesudah itu, ajaran Tauhid Nabi Nuh dapat tetap tegak. Namun, setelah generasi demi generasi berganti, mereka mulai melupakannya. Mereka bahkan membuat patung dari nenek moyang – yang selamat dari banjir bandang – untuk dipuja dan disembah. Penghormatan terhadap nenek moyang seperti itu berkembang terus dari generasi ke generasi.
Sampai akhirnya penghormatan itu berubah menjadi penghambaan dan syirik. Mereka menyembah patung nenek moyang dan mulai melupakan Allah SWT. Mereka menjadi musyrik dan kafir kembali. Mereka juga mengklaim sebagai kaum yang terkuat sehingga sombong. Kata mereka, “Siapakah yang lebih kuat dari kami?” (QS Fushshilat: 15).
Di tengah kaum Ad yang mulai kufur dan musyrik itulah, Allah SWT mengutus Nabi Hud, seperti Nabi-nabi lain juga berseru, ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, yang tiada tuhan lain bagi kalian selain Dia.” (QS Hud: 50). Tapi kaum Ad bukannya menurut, mereka malah marah, sebab mereka merasa lebih terhormat dari Nabi Hud.
Dengan sombong mereka bilang, “Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami dengan dakwahmu itu? Imbalan apa yang engkau inginkan? Mereka menantang, dan memang bersedia memberi apa saja yang diminta asal Nabi Hud menghentikan dakwahnya.
Nabi Hud tidak mengharapkan imbalan apa-apa selain agar kaum Ad mau berpikir jernih, menerangi pemikiran dengan cahaya kebenaran. Nabi Hud hanya ingin mereka bersyukur akan nikmat Allah: bagaimana Allah menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi Nuh; memberi mereka kekuatan fisik, banyak kenikmatan yang melimpah, dan memakmurkan bumi.
Bukannya sadar, mereka bahkan semakin ingkar. Kata mereka, “bagaimana engkau bisa menyalahkan tuhan-tuhan kami sedangkan kami mendapati nenek moyang kami juga menyembah mereka?” maka jawab Nabi Hud, “Sesungguhnya nenek moyanag kalian telah berbuat salah!” tentu saja kaum Ad semakin marah. Maka mereka pun mengejek Nabi Hud, “Wahai Hud, apakah engkau akan mengatakan bahwa setelah kami mati dan jadi tanah akan hidup kembali?”
“Kalian akan kembali hidup pada hari kiamat, dan Allah SWT akan bertanya tentang apa yang kalian lakukan selama kalian hidup di bumi!” tapi mereka malah tertawa. “Alangkah aneh pandanganmu itu!” seru mereka. “Mana mungkin orang yang sudah mati bisa hidup kembali!” teriak mereka.
SIKSA PEDIH
Tidak berhenti sampai disitu, mereka bahkan terus mengejek. “Apa itu hari kiamat?” bagaimana mungkin ada hari dimana manusia yang sudah mati bisa dihidupkan kembali?” kata mereka serempak
Nabi Hud menjelaskan, kepercayaan akan datangnya hari kiamat sangat penting. Sebab, di hari kiamatlah kelak keadilan akan di tegakkan. Orang yang berbuat kebajikan akan mendapat pahala dan surga, sementara yang ingkar akan mendapat siksa yang amat pedih, masuk kedalam neraka. Meski sudah berkali-kali di ingatkan, kaum Ad malah berani berkata, “Jauh sekali dari kebenaran apa yang kamu ancamkan kepada kami. Kehidupan ini tak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan sekali lagi tak akan di bangkitkan lagi.” (QS Al-Mukminun: 36-37).
Singkat cerita, tantangan terhadap dakwah Nabi Hud semakin keras terutama dari para Ruasa, alias para pembesar kaum Ad, atau mereka yang berstatus bangsawan yang kaya raya yang disebuat kaum Ma’la dengan sangat sombong, mereka bilang, “Bagaimana kita mau mengikuti manusia biasa yang makan dan minum dari piring dan gelas yang terbuat dari emas dan perak? Bukankah aneh kalau Allah memilih manusia biasa menerima wahyu?”
“Apa anehnya? Justru karena mengasihi kalian, Allah SWT mengutus aku kepada kalian. Jangan lupa, sesungguhnya kisah Nabi Nuh masih segar dalam ingatan kita. Orang-orang yang mengingkari Allah SWT telah dan pasti hancur, sekuat apapun mereka!” jawab Nabi Hud.
“Siapa yang dapat menghancurkan kami?” teriak para Ruasa’. “Allah SWT, jawab Nabi Hud tak kalah lantang.
“Tuhan-tuhan kami akan menyelamtkan kami!”
“Tuhan yang kalian sembah tidak akan mungkin dapat menolong, sebaliknya justru akan semakin menjauhkan kalian dari Allah SWT.”
“Kamu sudah gila, wahai Hud! Kami memahami rahasia kegilaanmu. Kamu menghina tuhan kami, dan tuhan kami akan marah kepadamu, karena itu kamu jadi gila!” teriak pemimpin kaum Ad itu. “Hai Hud kenapa tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan tuhan kami karena argumentasimu.” (QS Hud: 53).
Bersambung
“Aad” adl nama bapa suatu suku yg hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama “Al-Ahqaf” terletak di utara Hadramaut atr Yaman dan Umman dan termasuk suku yg tertua sesudak kaum Nabi Nuh serta terkenal dgn kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yg besar dan sasa. Mereka dikurniai oleh Allah tanah yg subur dgn sumber-sumber airnya yg mengalir dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka bercucuk tanam utk bhn makanan mrk. dan memperindah tempat tinggal mereka dgn kebun-kebun bunga yg indah-indah. Berkat kurnia Tuhan itu mereka hidup menjadi makmur sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yg singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yg terbesar diantara suku-suku yg hidup di sekelilingnya.
Sebagaimana dgn kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adl penghidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yg diberi nama ” Shamud” dan ” Alhattar” dan itu yg disembah sebagai tuhan mereka yg menurut kepercayaan mereka dpt memberi kebahagiaan kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Keni’matan hidup yg mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat tanah yg subur dan menghasilkan yg melimpah ruah menurut anggapan mereka adl kurniaan dan pemberian kedua berhala mereka yg mereka sembah. Karenanya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau kekeringan.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yg sesat itu pergaulan hidup mereka menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis di mana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yg menonjol sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yg kuat menindas yg lemah yg besar memperkosa yg kecil dan yg berkuasa memeras yg di bawahnya. Sifat-sifat sombong congkak iri-hati dengki hasut dan benci-membenci yg didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasihan sayang menyayang jujur amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku Aad tatkala Allah mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka. Nabi Hud Berdakwah Di Tengah-tengah Sukunya
Sudah menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahawa dari masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yg sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yg dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yg bertugas utk menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yg sebelumnya mengembalikan masyarakat yg sudah tersesat ke jalanlurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusiadari segala tahayul dan syirik menggantinya dan mengisinya dgn iman tauhid dan aqidah yg sesuia dgn fitrah.
Demikianlah maka kepada suku Aad yg telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan keni’matan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yg mengurniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang drp suku mereka sendiri dari keluarga yg terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dgn kelakuan yg baik budi pekerti yg luhur dan sgt bijaksana dalam pergaulan dgn kawan-kawannya.
Nabi Hud memulai dakwahnya dgn menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yg berupa alam sekeliling mereka dan bahawa Allahlah yg mencipta mereka semua dan mengurniakan mereka dgn segala keni’matan hidup yg berupa tanah yg subur air yg mengalir serta tubuh-tubuhan yg tegak dan kuat. Dialah yg seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yg mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adl makhluk Tuhan paling mulia yg tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yg sewaktunya dpt mereka hancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.
Di terangkan oleh Nabi Hud bahaw adia adl pesuruh Allah yg diberi tugas utk membawa mereka ke jalan yg benar beriman kepada Allah yg menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeki atau mencabutnya drp mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yg benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahawa jika mrk tetap menutup telinga dan mata mrk menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yg mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yg mereka sembah dan puja itu.
Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yg tidak pernah mrk dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahawa ajaran yg dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yg telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa hairan bahawa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dgn sesuatu yg baru yg mereka tidak kenal dan tidak dpt dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dgn berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yg diterimanya dgn kepala dingin dan penuh kesabaran.
Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud:”Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yg engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yg berkuasa ini dan menyembah tuhan mu yg tidak dpt kami jangkau dgn pancaindera kami dan tuhan yg menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yg kami lakukan ini ialah yg telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yg seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jgn mencederai kepercayaan dan agama mereka dgn memebawa suatu agama baru yg tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak akan direstuinya.”
Wahai kaumku! jawab Nabi HudSesungguhnya Tuhan yg aku serukan ini kepada kamu utk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dgn pancainderamu namun kamu dpt melihat dam merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri sebagai ciptaannya dan dalam alam semesta yg mengelilingimu beberapa langit dgn matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dgn gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yg kesemuanya dpt bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dpt meni’mati kehidupan yg sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yg harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu kepada-Nya.Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakan yg walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dgn pancainderamu Dia dekat drp kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah lakumu mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan itulah yg harus disembah oleh manusia dgn kepercayaan penuh kepada Keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan bukan patung-patung yg kamu perbuat pahat dan ukir dgn tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yg pasif tidak dapat berbuat sesuatu yg menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu yg sesat itu dan menolak ajaran dan agama yg telah diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu.” salam dari Sang Pengembala, tyas Haryadi... ^_^
0 komentar:
Post a Comment