Masa yang paling indah, pasti semua akan setuju mengatakan SMA. Jikapun diadakan survey atau data angket pasti jawabannya adalah 90% setuju. Bagaimana dengan anda? Jika pernyataan dan hipotesa saya salah, tentu bukan salah bunda mengandung, yang pasti karena saya bukan peramal ulung ( peramal kondangpun masih banyak salah ramal, apalagi suruh meramal dirinya sendiri ). Kembali lagi ke masa abu-abu, kenapa masa ini disebut masa terindah, karena inilah masa tersingkat kita, yang penuh warna-warni, serba-serbi, dan kelap-kelip kehidupan ABG ( bukan anak bau gambir ). Masanya kita mencari jati diri, mencari obsesi, merajut cita-cinta, mendaki mimpi-obsesi, memperat pertemanan dan pembelajaran hal-hal baru ( baik yang positif ataupun negative). Saat kita keluar dari SMA kita pasti rindu akan suasana ramai dan bau kringat, teman-teman yang lebih sering cerita soal bola ataupun infotiment, kebiasaan tidur atau pergi kekantin saat guru datang, guru-guru yang killer tapi semakin killer semakin membuat ngantuk, senda gurau yang tek pernah ada ujungnya, dsb.
Tapi itu pasti terjadi, karena setiap yang bernyawa pasti akan mati, yang muda pasti akan tua, yang sehat pasti akan sakit, begitu pula yang berjumpa pasti akan berpisah. Apakah dengan perpisahan semua berakhir? Yang pasti berakhir, berakhir karena raga tak dapat lagi berjumpa, tapi amalan dan ibadah-ibadah kita pasti akan bertemu dengan mereka. Saat kita sudah sangat sulit untuk berjumpa dengan teman satu bangku kuliah, TTM kita dulu ( temen tukang molor, bukan teman tapi mesra ), bahkan sesama murid telatan ( “telatan”, bukan teladan ), ataupun imam solat dhuhur kita. Yang pasti rasa rindu, kangen, dan segala kata serumpun yang bisa mewakili rasa ingin bertemu lagi itu. Disinilah bergunanya teknologi yang semakin maju, hanya dengan membuka contact dan menekan tombol call kita sudah bisa berbicara dengan teman bahkan bisa bertatap muka ( tentunya dengan syarat saldo pulsa cukup untuk melakukan pangilan dan HP dalam keadaan normal).
Sesuatu akan hilang setelah kita melakoni perpisahan ( itupun bagi yang mengalaminya secara meriah), baik secara meriah ataupunn tidak yang terpenting adalah hikmah dibalik itu semuanya. “Demi masa. Sungguh, manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, dan berbuat kebajikan serta saling mengingatkan untuk kebaikan dan saling mengingatkan untuk kesabaran.” Surah an-nasr ayat 1-3. Kita dapat mengambil hikmah dari surah ini, sesungguhnya kita dalam kerugian karena menyia-nyiakan waktu. Mungkin masa SMA kita sudah hilang, masih dijalani, ataupun akan dijalani. Jikalau sudah terlewati tidak akan mungkin kembali lagi, seperti kentang yang sudah jadi sop, tidak mungkin dikembalikan menjadi kentang lagikan ( lain cerita dengan mrs.V yang bisa dioperasi di Singapore ).
Sekaranglah saatnya kita tidak menyia-nyiakan, memperbanyak tidur, ataupun memperbenyak kegiatan yang kurang bermanfaat. Inginkah kita kehilangan waktu-waktu yang sudah terbuang kemarin? Atau ingin lebih terbuang lagi dan kita tidak melakukan apa-apa? Tentunya tidak bukan, dan kita manfaatkan waktu itu dengan sebaik mungkin dengan beriman kepada allah swt. melakukan semua hal terbaik yang dapat kita gapai tentunya. Mari kita bersabar, sabar dengan cobaan apapun yang kita terima, bukan berarti pasrah akan nasib ataupun menyerah. Mari kita saling mengingatkan dalam hal baik, karena hal baik maka akan berbuah yang baik pula kepada kita, begitu pula sebaliknya. Seperti kata orang jawa “sapa nandur mesti ngunduh”, jika ditarjim,siapa yang menanam pasti akan memanen. Jika kita menamam hal baik tentunya hasilnya baik, jika menanam bibit yang jelek akankah dapat hasil yang memuaskan pula?
Sayapun berkesempatan mengikuti masa abu-abu leg 2, ditempat kuliah saya ada program wajib PKPBA ( program khusus pendidikan bahasa arab ). Kegiatan masuknya rutin dari pukul 14.00-16.30 dan 18.30-20.00, hari senin sampai jumat dan dosennya hampir setiap harinya sama. Hanya saat masuk kelas tidak ada abu-abu putih, walaupun suasana hampir sama( sama-sama mewah, kalau kuliah mewah dalam arti sebenarnya kalau di sma menengahi sawah). Anak-anak yang masih hobi terlambat, menggapai mimpi dikelas ( tanamu, atau tidur ), beberapa kenakalan kecil yang masih dapat saya rasakan. Kadang membuat flashback kemasa SMA, sehingga euphoria menyentuh lembut ke otak kanan yang mampu menyimpan data lebih lama dan permanen. Bukan berarti otak kiri kita tidak terlalu penting, karena keduanya sama-sama penting seperti kebutuhan kita akan makanan dan minuman.
Di universitas islam ini memang sangat beragam, beragam penghuni mabnanya, beragam bahasanya, beragam pula kemampuannya. Hafist Al-Quran adalah satunya, saya pastikan setiap anda masuk ke angkatan baru pasti ada pula hafist baru di kampus ini. Banyak pulan ahli hisab ( bukan ahli penghitug, melainkan penghisab rokok ), merokok bak air dimusim hujan (tidak ada hentinya dan terus berkembang) di Negara berkembang seperti Indonesia ini. Masih ada pula orang yang menyambung-nyambung 4-5 bahasa saat berbicara, yang pasti adalah bahasa Indonesia, arab, dan juga bahasa inggris. Karena ketiga bahasa itu wajib dipelajari di kampus ini, belum lagi bekal bahasa daerah masing-masing itupun masih ada les privat kepada 2 bahasa daerah yang paling dominan dikampus, yaitu bahasa jawa dan Madura. Minimal 5 bahasakan? Belum lagi kalau ada yang belajar bahasa jepang, mandarin, atau berasal dari luar jawa dan Madura (semakin banyak kosa kata, vocab, mufrodad, dasanama, lan sak sanesipun).
Inilah salah satu pengaruh globalisasi, bisa dikatakan positif bisa juga dikatakan negative, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat hal ini. Yang pasti kita harus bersyukur akan keadaan ini, dimana islam telah berkembang dan mulai bangkit dari tidur lamanya. Satu sisinyang saya suka dari masa abu-abu leg 2 ini, islam dapat saya laksanakan dengan sepenuh hati. Masa abu-abu yang islami di kota santri. Allah member kita pendengaran yang berfungsi saat lahir, baru setelah itu mata kita, kulit kita, berlanjut pada indra pembau yang terakhir adalah mulut. Agar kita menjaga perkataan, karena perkataan adalah pisau bermata dua.
Tapi itu pasti terjadi, karena setiap yang bernyawa pasti akan mati, yang muda pasti akan tua, yang sehat pasti akan sakit, begitu pula yang berjumpa pasti akan berpisah. Apakah dengan perpisahan semua berakhir? Yang pasti berakhir, berakhir karena raga tak dapat lagi berjumpa, tapi amalan dan ibadah-ibadah kita pasti akan bertemu dengan mereka. Saat kita sudah sangat sulit untuk berjumpa dengan teman satu bangku kuliah, TTM kita dulu ( temen tukang molor, bukan teman tapi mesra ), bahkan sesama murid telatan ( “telatan”, bukan teladan ), ataupun imam solat dhuhur kita. Yang pasti rasa rindu, kangen, dan segala kata serumpun yang bisa mewakili rasa ingin bertemu lagi itu. Disinilah bergunanya teknologi yang semakin maju, hanya dengan membuka contact dan menekan tombol call kita sudah bisa berbicara dengan teman bahkan bisa bertatap muka ( tentunya dengan syarat saldo pulsa cukup untuk melakukan pangilan dan HP dalam keadaan normal).
Sesuatu akan hilang setelah kita melakoni perpisahan ( itupun bagi yang mengalaminya secara meriah), baik secara meriah ataupunn tidak yang terpenting adalah hikmah dibalik itu semuanya. “Demi masa. Sungguh, manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, dan berbuat kebajikan serta saling mengingatkan untuk kebaikan dan saling mengingatkan untuk kesabaran.” Surah an-nasr ayat 1-3. Kita dapat mengambil hikmah dari surah ini, sesungguhnya kita dalam kerugian karena menyia-nyiakan waktu. Mungkin masa SMA kita sudah hilang, masih dijalani, ataupun akan dijalani. Jikalau sudah terlewati tidak akan mungkin kembali lagi, seperti kentang yang sudah jadi sop, tidak mungkin dikembalikan menjadi kentang lagikan ( lain cerita dengan mrs.V yang bisa dioperasi di Singapore ).
Sekaranglah saatnya kita tidak menyia-nyiakan, memperbanyak tidur, ataupun memperbenyak kegiatan yang kurang bermanfaat. Inginkah kita kehilangan waktu-waktu yang sudah terbuang kemarin? Atau ingin lebih terbuang lagi dan kita tidak melakukan apa-apa? Tentunya tidak bukan, dan kita manfaatkan waktu itu dengan sebaik mungkin dengan beriman kepada allah swt. melakukan semua hal terbaik yang dapat kita gapai tentunya. Mari kita bersabar, sabar dengan cobaan apapun yang kita terima, bukan berarti pasrah akan nasib ataupun menyerah. Mari kita saling mengingatkan dalam hal baik, karena hal baik maka akan berbuah yang baik pula kepada kita, begitu pula sebaliknya. Seperti kata orang jawa “sapa nandur mesti ngunduh”, jika ditarjim,siapa yang menanam pasti akan memanen. Jika kita menamam hal baik tentunya hasilnya baik, jika menanam bibit yang jelek akankah dapat hasil yang memuaskan pula?
Sayapun berkesempatan mengikuti masa abu-abu leg 2, ditempat kuliah saya ada program wajib PKPBA ( program khusus pendidikan bahasa arab ). Kegiatan masuknya rutin dari pukul 14.00-16.30 dan 18.30-20.00, hari senin sampai jumat dan dosennya hampir setiap harinya sama. Hanya saat masuk kelas tidak ada abu-abu putih, walaupun suasana hampir sama( sama-sama mewah, kalau kuliah mewah dalam arti sebenarnya kalau di sma menengahi sawah). Anak-anak yang masih hobi terlambat, menggapai mimpi dikelas ( tanamu, atau tidur ), beberapa kenakalan kecil yang masih dapat saya rasakan. Kadang membuat flashback kemasa SMA, sehingga euphoria menyentuh lembut ke otak kanan yang mampu menyimpan data lebih lama dan permanen. Bukan berarti otak kiri kita tidak terlalu penting, karena keduanya sama-sama penting seperti kebutuhan kita akan makanan dan minuman.
Di universitas islam ini memang sangat beragam, beragam penghuni mabnanya, beragam bahasanya, beragam pula kemampuannya. Hafist Al-Quran adalah satunya, saya pastikan setiap anda masuk ke angkatan baru pasti ada pula hafist baru di kampus ini. Banyak pulan ahli hisab ( bukan ahli penghitug, melainkan penghisab rokok ), merokok bak air dimusim hujan (tidak ada hentinya dan terus berkembang) di Negara berkembang seperti Indonesia ini. Masih ada pula orang yang menyambung-nyambung 4-5 bahasa saat berbicara, yang pasti adalah bahasa Indonesia, arab, dan juga bahasa inggris. Karena ketiga bahasa itu wajib dipelajari di kampus ini, belum lagi bekal bahasa daerah masing-masing itupun masih ada les privat kepada 2 bahasa daerah yang paling dominan dikampus, yaitu bahasa jawa dan Madura. Minimal 5 bahasakan? Belum lagi kalau ada yang belajar bahasa jepang, mandarin, atau berasal dari luar jawa dan Madura (semakin banyak kosa kata, vocab, mufrodad, dasanama, lan sak sanesipun).
Inilah salah satu pengaruh globalisasi, bisa dikatakan positif bisa juga dikatakan negative, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat hal ini. Yang pasti kita harus bersyukur akan keadaan ini, dimana islam telah berkembang dan mulai bangkit dari tidur lamanya. Satu sisinyang saya suka dari masa abu-abu leg 2 ini, islam dapat saya laksanakan dengan sepenuh hati. Masa abu-abu yang islami di kota santri. Allah member kita pendengaran yang berfungsi saat lahir, baru setelah itu mata kita, kulit kita, berlanjut pada indra pembau yang terakhir adalah mulut. Agar kita menjaga perkataan, karena perkataan adalah pisau bermata dua.
0 komentar:
Post a Comment