31 Oct 2011

"Cuma 11, 12" pengalaman di youth power 2011.

UI berdampingan dg UI Negeri.
       Sebuah kisah sederhana, yang dijelaskan dengn kompleks, menyentuh hati, serta diperkuat logika adalah sebuah kisah yang sangat sulit ditolak oleh siapapun. Dan kisah kali ini adalah sebuah lomba paper tingkat nasional dengan nama “youth power 2011”, yang diadakan oloh fakultas fisipol UGM (universitas gajah mada). Ini bermula ketika saya yang punya kemampuan dalam hal “ngoceh”, kerena semasa kecil sering diberi makan pisang oleh orangtua (semacam burung). Dapat tawaran dari saudara fuad (anak TI semester 5, UIN malang), untuk sama-sama jadi satu tim dalam final lomba paper di UGM, karena saya punya kemampuan presentasi “pinter ngomong”.
        Tak pikir lama saya “iyakan”, karena tak ada masalah yang harus merubah mimpi dengan hal itu, serta kesempatan untuk banyak-banyak beribadah kawan. Satu poin pembelajaran kawan * “kita harus mengasah kemampuan khusus, walaupun kita mampu segala hal, dan pastikan jika ada masalah tentang suatu hal kita kuasai mereka akan mencari kita.” Next, disini lomba papernya sangat mudah menurut saya, mudah dalam hal resiko dan pendanaan pendaftaran tentunya. Karena kita tinggal membuat sebuah judul beserta abstrak sesuai dengan tema yang ditentukan oleh panitia. Setelah itu akan disisihkan menjadi 50 judul dan abstrak terbaik dan masuk final di UGM. “puncak gunung selalu memiliki jalan berliku serta menantang dalam mencapainya!” sebuah kata bijak yang lewat begitu saja di otak saya, ini kenapa? Karena tiap @ harus bayar Rp. 300.000,-. Saya yang sudah bermotto untuk tidak meminta dana dari orangtua dalam penggapaian mimpi mulai pegang dompet tipis disaku belakang celana. “macam mana kalau g’cukup?”, “ah, kan Allah Maha memberi rizki tanpa hitungan, banyak-banyak sedekah saja setelah ini!” jawab hati juga dengan cara tegas dan lugas. :D
        Tak lama, tiap @ mendapat bantuan dari jurusan Rp 150.000,-, dan tim kami bertambah dua orang, nanang dan andy (sama-sama jurusan TI angkatan 09). Keduanya rekomendasi dari kajur, bu Ririen, dan kami sudah siap sertasetuju untuk berangkat ke jogja bersama. Poin pembelajaran kali ini * “jangan pernah bingung dengan masalah uang, karena Allah sudah menyiapkan rizki untuk setiap nyawa. Dan uang itu akan berguna ketika berputar, bukan didalam dompet saja.” Setelah persiapan panjang dengan lika likunya, datanglah malam terakhir sebelum berangkat ke jogja. Dengan kelengkapan tim, kami sangat yakin dan optimis, ada desainer handal (andy), otak lobiing dan pekerja keras (nanang), sang pemilik ide merangkap ketua tim kami (fuad), dan saya sendiri sebagai penggendor, creator, serta pemberi sedikit masalah merangkap pembeda (sedikit Bengal). Lalu kami buat yell (ide sang creator), dengan bunyi “karena kita (kata satu orang), ulul albab (serempak)”.
        Kami berangkat naik bus AC, langsung dari malang ke jogja, dijemput avanza dr UIN dengan tarif 80rb rupiah. Kami berangkat pukul 19.00 dari malang dan sampai di jogja pukul 02.00 dini hari, dan turun di depan hotel quality. Jogja masih lebih panas dari malang, sampai berempat pakai baju super tipis dan celana pendek, padahal kalo dimalang waktunya pakai jaket. Malamnyapun kami langsung ceck in ke hotel tempat menginap para peserta. Satu hal yang special dari kompetisi tahunan ini adalah pelayanan super kepada peserta, setiap kelompok memiliki pendamping masing2 (satu pendamping satu kelompok). Hotel kelas bintang 3 lumayanlah, pelayanan makanan juga tidak amatir, dan ini perlu dimodifikasi lebih baik kepada panitia lain dalam mengadakan lomba-lomba yang lain.
        Setelah makan, kami mendapatkan technical meeting dari panitia tentang lomba esok hari. Mulai dari acara awal sampai selesainya acara ini, no urutan presentasi paper, hadiah, sampai hal-hal teknis. Poin pembelajaran kali ini * “jadi pesarta itu juga cara belajar yang sangat baik untuk menjadi panitia dan seorang penyelenggara sebuah kegiatan.” Waktu presentasi untuk esok harinya hanya 5menit dan tanya jawabnya adalah 10menit, jadi kami harus merevisi presentasi juga kawan. Harus lebih simple, lebih mantap, tidak ngawang, dan menarik. Tetapi memang kami sebagai tim masih butuh pengompakan lebih, sebagai individu masih kurang pengalaman dalam bidang ini, jadi masih kurang tenang dan kurang kreatif dalam mengambil keputusan. Setelah selesai kamipun kembali, ditutup yel serta cuap-cuap ria dengan tetangga (kelompok sekitar) yg juga nglembur, serta panitia. Poin pembelajaran * “hangatlah, maka hangatmu akan selalu dibalas, senyumlah, maka senyummu akan jadi hal yg berharga, dan sosialislah itu bikin hidup lebih hidup.”
        Acara ini menjangkau WIB dan WITA, jadi sangat ideal untuk kita mencari kawan, bertukar pengalaman dan mencari reverensi kehidupan. Ingetkan kenapa Allah nyiptain kita laki-laki perempuan dan bersuku-suku, tidak lain adalah “agar kita saling mengenal”. Mulai dari aceh, medan, padang, Palembang, riau, lampung, bandung, Jakarta, semarang, jogja sendiri, solo, Surabaya, malang, Madura, jember, dan Sulawesi. Dari situ pula saya mulai paham bagaimana pentingnya kita ingin tahu tentang apa saja ditempat mereka *prinsip_banyak_mendengar. Mulai dari kata wa’ang yang dipakai orang minang, dan kata kotor untuk orang melayu, serta beberapa prinsip dalam bicara sunda. Kembali ke presentasinya kawan, kelompok kami kebagian waktu sebelum ishoma siang hari, lalu sebelumnya kami gladi dahulu. Melihat beberapa kelompok pertama ternyata cukup membuat kami terasa jauh, jadi kami putuskan untuk memperbaiki slide dan memilih dua orang untuk presentasi.
        Saya yang memang tahu, bahwa konsep dari kami belum mengerucut, masih ngambang dan simpang siur. Tapi apapun, bagaimanapun, waktu itu bukan waktunya membahas konsep atau masalah paper, waktu itu adalah waktunya kebersamaan, semangat pantang menyerah, dan doa tentunya. Akhirnya saya izin dulu buat duha, itung-itung persiapan spiritual sama mau tidur pagi di musholla juga sih. :D,,, sementara dua yang lain masih edit slide presentasi biar lebih menarik lagi. Sekembali saya dari musholla, kami rundingan sebentar, dan hasilnya, saya dan nanang yang presentasi, lalu kami berdua gladi dulu untuk siap mental serta materi didepan. Selesai, dan kami maju presentasi setelah isoma, maklum kawan jam Indonesia.
        Kami maju, mempresentasikan judul “membuka peluang meski tanpa pendidikan”, sebuah ide dari hasil PM (pengabdian masyarakat). Setelah saya dan nanang bercuap ria kurang lebih 4,3 menit, saya tutup dengan sebuah kata bijak tentang pendidikan yang kami analogikan sebagai arus (pernah saya tulis jg di status jejaring sosial). “jika anda melawan arus, maka suatu saat anda akan menciptakan arus. Jika anda mengikuti arus seperti air disungai, maka suatu saat anda akan sampai ke samudera.” Tepuk tangan meriah menutup presentasi kami, pelajaran kali ini * “jika menyampaikan sesuatu sampaikanlah dari hati, maka orang lain akan mendengarkan dengan senang hati. Jika menyampaikan sesuatu sampaikanlah dengan keyakinan tinggi, maka orang lain akan meng’iya’kannya.” Selain itu masih saya ingat ketika diberi pertanyaan, jawaban yang kami berikan masih kurang seiya-sekata, karena ide kami masih terlalu kompleks, belum mengkhusus, tapi itulah yang membuat kami menikmatinya.
        Satu lagi, "jika ada yang bertanya dan menyebutkan nama serta asalnya sekali lagi sebelum anda menjawab, mereka akan merasa dihargai "(ada yg sedikit histeris waktu saya jawab tanyanya dengan menyebut nama dan asal universitasnya). Dan presentasipun berakhir pukul 20.00, ditutup oleh saudara TI kami dari ITS (kenal lewat KOMHIKI). Yang mendapat juara 1,2,3 secara berurutan adalah UB (univ. Brawijaya), UI (univ. Indonesia), UNAER (univ. Erlangga). Dan kami delegasi UIN Maliki Malang juga menjadi juara, juara dalam hal mengenalkan ulul albab kepada semua. ^_^,,, karena waktu ada konfrensi pemuda setelah acara ini, kami menyempatkan diri untuk berbicara dengan nama UIN Maliki Malang, termasuk salah satunya membahas tentang “kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan professional”. Dalam beberapa hal mungkin kita berpikir kita sebagai mahasiswa UIN maliki Malang masih kalah jauh dengan saudara-saudara kita dikampus yang lebih besar, dan kampus umum. Padahal dari acara ini, saya berani berkata bahwa kita “Cuma 11, 12”, beda tipis, itupun kita yang 12, kita lebih unggul kawan. Tanpa mengurangi rasa hormat dan kagum saya kepada saudara-saudara dari kampus lain, kita punya hal yang berbeda cara pandang dan kemampuan untuk bergerak, bukan komentator ulung macam komentator bola. Inilah singkat cerita pengalaman mengikuti sebuah kompetisi “youth power 2011”, sebenarnya masih ada beberapa waktu dan hal yang belum tersampaikan, tapi semoga ini bermanfaat. Sebagai janji seorang Penggembala kepada saudarinya, salam dari Tyas Haryadi…. ^_^

2 comments:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com