19 Apr 2013

PEMBALASAN!

Cinta ibu dan ayah tidaklah terukur, maka siapkan pembalasan.
       Saya beberapa waktu lalu berpisah dengan keponakan yang masih U1 (Umur 1 tahun), namanya Yuan Tristan. Sewaktu baru kencing digendongan ibunya (bulikku), "yah, anakku yang cakep sendiri nyuruh ibunya mandi", kata bulikku sambil nyium Yuan. Lalu ku memandang ibuku, dahulu tentu ibu seperti itu, tapi nanti ketika ibu tua? Beliau kencing di kasur? Kebanyakan kita akan ngoceh2, padahal waktu kecil kita kencing di gendongannya. Seharusnya kita juga bilang, "alhamdulillah ibuku yang cantik kencing," lalu cium kening dan tangan beliau! 
       Belum lagi kalau belum mandi, de' Yuan masih dicium, digendong, di suapi & diberi minum susu terbaik, begitu pula ibu kita dulu. Lalu ketika ibu kita tua, demam tak bisa dimandikan, di kursi roda, maukah kita menciumnya, mendorong kursi roda dengan penuh sayang, menyuapi & menyiapkan susu terbaik? Begitu juga kepada Ayah kita? Padahal perjuangan beliau berdua untuk kita sangatlah besar, itu hanya waktu kecil, belum sampai kita sukses seperti sekarang. Ingat 'Ridho Allah ada di ridho kedua orangtua, murka Allah ada di murka kedua orangtua.' Salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi, inilah sebuah tanggungan 'pembalasan' kita kelak.

0 komentar:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com