Rasulullah saw. adalah sebuah lambang kecerdasan, ikon kedamaian, dan sumber cahaya keindahan akhlak. Beliau memiliki keceradasan yang terbaik diantara semua manusia, baik kecerdasan emosi, kecerdasan intelejensi, dan kecerdasan spiritual. Sebagaimana sifat Rasulullah yaitu sifat pintar (fathanah), dan mari kita ingat beberapa kejadian yang menunjukkan kecerdasan Rasulullah. Butuh kejeniusan tingkat tinggi untuk memilih selembar kain untuk mengangkat hajar aswat yg ujung-ujungnya di angkat oleh setiap pimpinan kaum qurais saat itu. Karena semua pimpinan merasa berhak memindahkan batu itu, dan hampir terjadi peperangan, ini terjadi saat terjadi perbaikan ka’bah. Perlu kecerdasan emosi yangg luar biasa untuk sabar menghadapi semua masalah dan selalu tersenyum di semua kondisi ketika dicaci, dihina, dan tidak sombong ketika islam mulai berjaya. Seperti sunah beliau, “tabassumuka fii wajhi akhika sodakoh”. Dan apa yang perlu diragukan dari kepintaran seorang pemimpin perang seperti beliau, mulai perang badar, perang uhud, perang-perang lainnya lainnya.
Kecerdasan adalah sesuatu yang bisa direprentasikan dari kehidupan seseorang itu sendiri untuk menilai kecerdasannya. Lalu apakah kecerdasan yang bisa kita lihat dari Rasul dan apa yang dapat kita terapkan? Kita bisa melihat Rasulullah dari tiga kecerdasan yang patut kita pelajari, kecerdasan beliau dalam hubungan vertical, kecerdasan dalam hubungan horizontal, dan kecerdasan dalam menyeimbangkan semua elemen (dunia akhirat).
Pertama adalah kecerdasan dalam hubungan vertical, yaitu sesuatu yang sekarang lebih dikenal sebagai kecerdasan spiritual. Tetapi bisa kita bahasakan sebagai kecerdasan dalam berhubungan kepada sang pencipta, Allah swt. Beliau adalah sang utusan yang memberikan petunjuk untuk semua umat, dan disetiap tindakan serta ucapan selalu terjaga karena beliau tahu Allah selalu melihat, karena Allah Maha Mengetahui. Inilah kecerdasan yang harus kita teladani dari Rasul, dalam menjaga hubungan dengan Allah swt. Bagaimana kita harus saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran, karena kalau memberi petunjuk belum tentu kita mampu, karena kita hanya manusia biasa yg penuh salah dan dosa. Dan mari kita tanamkan kedalam hati kita, bahwa Allah tahu apa saja yg kita lakukan, ucapkan, bahkan yang masih dihatipun Allah mengetahui. Allah yang tahu kelahiran, jodoh, dan kematian kita tentu Allah pulalah yang berhak tahu apa saja yang ada pada diri kita, melebihi diri kita sendiri. Oleh karena itu ada istilah “kenalilah dirimu, maka kamu akan mengenal tuhanmu.”, karena Allah yang lebih mengenal tujuan-tujuan kita diciptakan seperti sekarang, jika kita mengenal tujuan-tujuan kita seperti ini tentu akan lebih membuka jalan mengenal Allah swt.
Yang kedua adalah kecerdasan dalam menjaga hubungan horizontal, Rasulullah adalah Manusia yang sangat ramah, baik kepada lawan ataupun kawan. Beliaulah yang selalu menebar senyuman di sepanjang kehidupan beliau. Selalu membantu tanpa mengharap imbalan, karena yang cukup bagi beliau adalah balasan dari Allah swt. Dalam hubungan horizontal yang harus kita amalkan benar-benar adalah belajar jujur dan tidak membeda-bedakan. Baik kepada musuh, atau orang terdekat beliau sangat jujur. Bahkan oleh kaum qurays beliau diberi gelar Al-amin (yang dapat dipercaya), sebuah gelar yang diakui mulai ketika beliau menginjak dewasa sampai semua memusuhi beliau karena membawa ajaran islam. Hanya Rasul pula yang mampu duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan semua umatnya, bahkan ketika berada di madinah beliau dapat menerapkan hal ini kepada rakyat yang homogen, seperti Indonesia sekarang ini.
Yang ketiga adalah kecerdasan beliau dalam menyeimbangkan berbagai elemen, dunia dan akhirat, budaya dan agama, hak serta kewajiban, ketegasan dan kelembutan, lelucon dan keseriusan, lapar dan kenyang. Tentu masih kita ingat sunah beliau yang menganjurkan kita untuk “makanlah setelah lapar dan berhentilah setelah kenyang”. sesuatu yang mengajarkan keseimbangan yang sungguh luar biasa, beliau juga mengajarkan kita untuk tidak mencintai kehidupan dunia ataupun akhirat saja. Dalam sebuah sastra arab ada sebuah kata bijak “bekerjalah di siang hari seperti engkau akan hidup 1000th lagi, dan beribadahlah di malam hari seperti engkau besok akan mati”. Janganlah terlalu berlebih dalam menggapai atau mengidolakan sesuatu, karena fanatik itu membuat kita menutup pintu demokrasi, menolak pendapat orang lain, dan janganlah terlalu membenci sesuatu, itu juga akan menutup hati kita. Bisa jadi yang kita sukai itu tidak baik untuk kita dan bisa jadi yang tidak kita sukai itu baik untuk kita.
Demikianlah sedikit dari kecerdasan Rasulullah yang dapat kita bahas, karena bakal lebih banyak lagi jika kita mau membahasnya. Semoga Allah menganugrahi kita kesempatan untuk meneladani kecerdasan ala Rasulullah, amin ya rabb. Semoga bermanfaat, ^_^
Kecerdasan adalah sesuatu yang bisa direprentasikan dari kehidupan seseorang itu sendiri untuk menilai kecerdasannya. Lalu apakah kecerdasan yang bisa kita lihat dari Rasul dan apa yang dapat kita terapkan? Kita bisa melihat Rasulullah dari tiga kecerdasan yang patut kita pelajari, kecerdasan beliau dalam hubungan vertical, kecerdasan dalam hubungan horizontal, dan kecerdasan dalam menyeimbangkan semua elemen (dunia akhirat).
Pertama adalah kecerdasan dalam hubungan vertical, yaitu sesuatu yang sekarang lebih dikenal sebagai kecerdasan spiritual. Tetapi bisa kita bahasakan sebagai kecerdasan dalam berhubungan kepada sang pencipta, Allah swt. Beliau adalah sang utusan yang memberikan petunjuk untuk semua umat, dan disetiap tindakan serta ucapan selalu terjaga karena beliau tahu Allah selalu melihat, karena Allah Maha Mengetahui. Inilah kecerdasan yang harus kita teladani dari Rasul, dalam menjaga hubungan dengan Allah swt. Bagaimana kita harus saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran, karena kalau memberi petunjuk belum tentu kita mampu, karena kita hanya manusia biasa yg penuh salah dan dosa. Dan mari kita tanamkan kedalam hati kita, bahwa Allah tahu apa saja yg kita lakukan, ucapkan, bahkan yang masih dihatipun Allah mengetahui. Allah yang tahu kelahiran, jodoh, dan kematian kita tentu Allah pulalah yang berhak tahu apa saja yang ada pada diri kita, melebihi diri kita sendiri. Oleh karena itu ada istilah “kenalilah dirimu, maka kamu akan mengenal tuhanmu.”, karena Allah yang lebih mengenal tujuan-tujuan kita diciptakan seperti sekarang, jika kita mengenal tujuan-tujuan kita seperti ini tentu akan lebih membuka jalan mengenal Allah swt.
Yang kedua adalah kecerdasan dalam menjaga hubungan horizontal, Rasulullah adalah Manusia yang sangat ramah, baik kepada lawan ataupun kawan. Beliaulah yang selalu menebar senyuman di sepanjang kehidupan beliau. Selalu membantu tanpa mengharap imbalan, karena yang cukup bagi beliau adalah balasan dari Allah swt. Dalam hubungan horizontal yang harus kita amalkan benar-benar adalah belajar jujur dan tidak membeda-bedakan. Baik kepada musuh, atau orang terdekat beliau sangat jujur. Bahkan oleh kaum qurays beliau diberi gelar Al-amin (yang dapat dipercaya), sebuah gelar yang diakui mulai ketika beliau menginjak dewasa sampai semua memusuhi beliau karena membawa ajaran islam. Hanya Rasul pula yang mampu duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan semua umatnya, bahkan ketika berada di madinah beliau dapat menerapkan hal ini kepada rakyat yang homogen, seperti Indonesia sekarang ini.
Yang ketiga adalah kecerdasan beliau dalam menyeimbangkan berbagai elemen, dunia dan akhirat, budaya dan agama, hak serta kewajiban, ketegasan dan kelembutan, lelucon dan keseriusan, lapar dan kenyang. Tentu masih kita ingat sunah beliau yang menganjurkan kita untuk “makanlah setelah lapar dan berhentilah setelah kenyang”. sesuatu yang mengajarkan keseimbangan yang sungguh luar biasa, beliau juga mengajarkan kita untuk tidak mencintai kehidupan dunia ataupun akhirat saja. Dalam sebuah sastra arab ada sebuah kata bijak “bekerjalah di siang hari seperti engkau akan hidup 1000th lagi, dan beribadahlah di malam hari seperti engkau besok akan mati”. Janganlah terlalu berlebih dalam menggapai atau mengidolakan sesuatu, karena fanatik itu membuat kita menutup pintu demokrasi, menolak pendapat orang lain, dan janganlah terlalu membenci sesuatu, itu juga akan menutup hati kita. Bisa jadi yang kita sukai itu tidak baik untuk kita dan bisa jadi yang tidak kita sukai itu baik untuk kita.
Demikianlah sedikit dari kecerdasan Rasulullah yang dapat kita bahas, karena bakal lebih banyak lagi jika kita mau membahasnya. Semoga Allah menganugrahi kita kesempatan untuk meneladani kecerdasan ala Rasulullah, amin ya rabb. Semoga bermanfaat, ^_^
0 komentar:
Post a Comment