Kambingan, itulah asal dusun saya (meskipun anda langsung berpikir hewan berkaki empat yang berbau g’enak saat mendengar nama ini), tapi memang begitu namanya dari dulu. Desa dan dusun adalah dua hal yang mirip tapi berbeda, sebuah desa bisa terdiri dari beberapa dusun sementara dusun terdiri dari RW dan RT. Desa dipimpin oleh kades (kepala desa), kalau dusun dikomandani oleh kadus (kepala dusun). Setiap daerah pasti punya sejarah, kalau dusun saya mungkin dahulunya banyak hewan bernama kambing berkembang biak disana, tetapi saya kurang tahu persis karena sumber-sumbernya (nenek ataupun sesepuh) tidak mengatahuinya apalagi saya. Tapi “laa muskila” (g’masalah bahasa kerennya), biar belum tahu artinya tapi itu tetap tempat saya dilahirkan dan dibesarkan (tentunya sangat saya cintai).
Lalu apakah nama daerah anda? Kemudian apa maknanya? Tentu kita tidak wajib mengetahuinya, tapi alangkah bagus jika kita mengetahui makna nama asal daerah kita. Seperti yang saya tanyakan kepada Rillah, teman sekelas PKPBA (Program Khusus Pendidikan Bahasa Arab) di perkuliahan. Sewaktu saya main kerumahnya itulah hal saya tanyakan kepadanya, Gondang legi adalah nama desa asalnya. “Kata orang desa dulu didaerah desa ini ada buah Gondang yang rasanya manis, yang tidak seperti selayaknya (karena buah godang biasanya berasa pahit.” Seperti itulah katanya, cowok yang notabene wajahnya mirip ariel peterpan. Dialah anak bungsu dari empat bersaudara, anak tumpuan dan juga kebanggaan keluarga seperti kita dan orang tua kita. Karena setiap anak adalah sesuatu yang akan diperjuangkan orang tuanya sampai titik darah penghabisan (baik masa depannya, pendidikannya, kesehatannya, akhlaknya, dan lain sebagainya.)
Saya juga sangat berterimakasih dengan keluarga Rillah karena saya bisa belajar banyak dari keluarga ini. Sebuah hobi yang mulai menjangkit pada diri saya sejak menginjak bangku SMA kelas 2 (melihat suasana tiap keluarga dengan segala pernik didalamnya). Subhanallah, keluarga ini adalah keluarga yang terbuka (bukan kemana-mana pakai u can see). Terbuka antara satu dan yang lain, baik tentang masalah yang tengah dihadapi, kebahagiaan yang dirasakaan, maupun dilema dalam percintaan (hal ini khusus bagi tiga anak cowok yang masih lajang dalam keluarga ini). Saya dan Rillah yang sama-sama menggunakan laptop Compaq seri persario 510 juga sedang mengahadapi masalah yang serupa, bukan masalah lupa kode akses wifian di kampus, apalagi tertukar latop. Trial, masalahnya Sistem Operasi yang kami gunakan masih sekedar sponsor atau uju coba dan harus diaktifkan dalam jangka waktu 14hari.Tapi tak apalah, namanya juga sementara setelah ini bisa menggunakan LINUX.
Mari kita menyambung nama yang sedikit terlalaikan tadi, apapun nama tempat asal kita (baik itu nama buah, hewan, orang berpengaruh, ataupun suatu peristiwa) yang penting bukan bagaimana nama itu bisa diubah tapi bagaimana nama itu menjadi sesuatu yang berkesan dan diingat orang lain. Begitu pula dengan nama kita (pemberian orang tua yang akan kita bawa sampai mati). Siapa nama kita? Tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, atau karena nama ini kita sering diolok-olok oleh teman kita? Yang pasti bukan anda saja yang pernah berpikir seperti itu, setiap orang yang punya nama pasti pernah memikirkan hal itu. Begitu pula halnya dengan saya pada masa SD, SMP, dan juga sampai SMA kelas2. Apakah nama anda terlalu panjang, terlalu pendek, terlalu ndeso (tradisional), terlalu kota (sampai tidak bisa diucapkan seorang kakek), atau mungkin salah tempat (karena tidak sesuai dengan gender kita.)
Hal pertama yang harus kita ingat ketika mengalami hal itu, itulah pemberian pertama dan pasti sampai mati akan kita bawa (sampai nama kita terpampang di batu nisan). Apakah kita sudah membalas budi kepada orangtua kita? Rata-rata pasti menjawab belum, salah satu caranya adalah dengan membanggakan atas apa yang diamanahkan kepada kita yaitu nama. Asma (nama dalam bahasa jawa) kita itu adalah sesuatu yang dengan sepenuh hati diberikan malaikat yang selalu menjaga dan menyayangi kita yaitu tiang sepah (orangtua dalam bahasa jawa pula). Bukan bagaimana kita ingin megubah nama kita, tapi bagaimana nama yang sederhana atau kurang cocok dihati kita bisa menjadi harum (bukan karena dimandikan bunga tujuh rupa tiap malam jumat). Tetapi apa yang kita lakukan dan kita kerjakan sehingga ketika orang mendengar nama kita mereka akan tersenyum dan teringat akan tidakan mulia kita. Lakukanlah yang terbaik bagi kita, karena yang akan diingat orang tentang apa yang kita lakukan. Jika berbuat mulia dan baik tentu yang akan membuat nama kita menjadi indah dan membanggakan.
Jikapun ada seseorang bernama uswatun khasanah (suri tauladan yang baik), akan tetapi kelakuannya lebih mirip syaitan khasanah (setan yang baik, sementara setan yang baik adalah yang menjerumuskan manusia ke maksiat). Lain halnya dengan orang yang bernama cikrak (sama artinya dengan tempat untuk mengeruk kotoran ternak), akan tetapi kelakuannya baik, suka menolong, dalam setiap tatap muka atau berkeliaran wajahnya selalu dihiasi senyum dan selalu ingat akan kewajibannya sebagai hamba allah swt. Dari kedua contoh ini tentu kita akan lebih ingat kepada yang bernama kurang bagus tetapi kelakuannya mumtas (istimewa dalam bahasa arab). Walupun masih bagus yang mempunyai nama bagus sebagus tidak-tanduknya. Tapi apakah ada didunia ini? Tentu ada, ingatlah Rasulullah saw dan para sahabat (mempunyai nama yang bagus dan juga akhlak istimewa).
Kalaupun sekarang kita tidak punya nama yang cukup bagus, maka kita wajib mensyukuri apa yang kita miliki. Karena dengan bersyukurlah allah akan menambah rejeki kepada hambanya, semoga kita termasuk golongan yang tidak merugi. Amin ya rabb,,,,,,,,,,,,,,,