Bumi berputar pada rotasinya, bulan juga mengelilingi bumi karena bulan adalah satelit bumi, anak selalu mencari orangtuanya sebagai pelindung karena merekalah yang paling mengerti jika sang anak punya masalah. Seperti itulah tak dapat dipisahkannya ma’had dengan ajaran islam di Indonesia ini, apalagi dengan santri dan juga ulamanya. Ma’had atau yang lebih akrab disebut pondok pesantren oleh berbagai kalangan, mulai dari bapak tukang becak, penjual sayur, PNS, TNI, DPR, bahkan oleh para santri beserta kyainya. Lalu apa potensi dan juga guna dari ma’had itu sendiri? Sesuatu yang seharusnya sudah diketahui oleh orang luas, yaitu membentuk individu-individu yang soleh dan solehah dengan menempatkan pada tempat yang khusus untuk mengajarkan tentang agama islam, membiasakan diri didalamnya untuk menjadi insan yang mampu mengamalkan al-quran dan al-hadis. Seperti apakah ma’had itu sendiri? Yang pasti ma’had lebih baik dari restoran, lebih ramai dari gajayana(jika pada hari biasa).
Ma’had adalah tempat yang penuh barokah, disinilah para alim ulama muncul, para hafits al-quran (penghafal al-quran) lahir, golongan sufi terbentuk, segolongan polotikus terdidik, sebagian besar pengusaha memdapat bekal paling berharga, dan tentu masih ada orang yang melenceng dari tujuan ma’had itu sendiri. Sebersih-bersihnya kolam pasti masih ada lumut yang tertinggal, seperti itu pula ma’had. Sebersih-bersihnya ma’had tentu masih ada yang membuat kotor didalamnya, karena itulah keseimbangan yang dibuat allah. Ada yang rajin sholat jamaah, tapi ada yang sholat hanya waktu jumatan itupun kalau mau. Ada yang tiap minggu tidak lepas dari puasa sunah, namun juga banyak yang puasa ramadhannya tidak penuh, bahkan banyak bolong tanpa alasan yang bisa diterima. Karena penghuni ma’had juga manusia, tempatrnya salah dan khilaf karena kesempurnaan hanya milik allah swt. semata.
Tapi jangan memandang ma’had dari satu sudut pandang saja, mari kita lihat ma’had dari segi sosial, ekonomi, politik, iptek, dan pembantu perkembangan ahlak beserta wawasan. Di ma’had berbagai golongan, suku, bahasa daerah, cita-cita, hobi, kebiasaan, berkumpul menjadi satu tanpa ada kata pilah dan pilih, tak ada sortir apalagi pack rank. Yang ada adalah saling melengkapi, mengisi, membantu, dan yang paling penting adalah berbagi (lebih mirip simbiosis mutualisme, yaitu hubungan yang saling menguntungkan). Berbagi disini meliputi banyak hal, mulai dari berbagi pengalaman, makanan, ilmu, doa, rizki, penyakit (terutama penyakit kulit), sandal, minyak rambut, sampho, baju, bahkan sampai barang yang bukan miliknya bisa jadi diminta tanpa sepengetahuan sang pemilik (atau bahasa mudahnya pindah tangan dengan akad dicuri). Barokah dari para malaikat yang mendoakan orang-orang soleh di ma’had juga punya lawan cerdiknya setan merayu para penghuninya untuk berbuat maksiat, itulah salah satu penyebabnya.
Jika anda pernah mendengar “kawah condro dimuko” ( itu adalah tempat penggemblengan orang-orang hebat), itulah kata yang cocok untuk ma’had. Jangankan tidak mengakui, meragukanpun tidak akn pernah terbesit dipikiran kebanyakan orang (kecuali orang-orang kafir atau fasik). Social yang sangat didik di ma’had membuat alumnusnya peka terhadap lingkungan, bukan hanya kepada hiduhnya sendiri. Belajar hemat, hidup, sederhana, tetapi juga tidak kikir adalah salah satu yang dapat diambil dari kebersamaan disana, baik saat kekenyangan maupun kurang makan. Bagaimana cara memperoleh perhatian orang lain, membuat orang berkesan dengan kita, dan membuat jaringan yang cukup luas adalah salah satu skill para alumni ma’had. Semua itu muncul karena interaksi antar ras, suku, dll tadi, sehingga membuat orang menjadi fleksibel dan dapat menempatkan diri dimanapun.
Ma’hadpun menjadi tempat yang sangat berpontensi sebagai tempat berkembangnya ilmu bisnis, dan juga teknologi. Jika kita mengetahui berapa usaha yang bisa dibuat oleh para penghuni ma’had, saya pastikan akan tercengang. Mulai dari hal sepele jualan pulsa, rokok, roti ( makanan kecil lain sejenis ), laundri, es, sarapan pagi, kaset CD/DVD, pembuatan film kelas, desain web, hosting, pernak-pernik, sampai makelar tempat tinggal, dan lain sebagainya. Diam-diam di ma’had perputaran uangnya tidak kalah dengan perputaran uang diluar sana.
Inilah ma’had, “kawah condro dimuko” bagi para pemimpin masa depan, penerus perjuangan agama allah, penegak kebenaran dan pembasmi kebatilan. Karena ditempat yang penuh barokahlah allah akan memberikan ilmu-ilmu yang sangat berguna bagi manusia, di dunia dan akherat. Semoga ma’had di negeri ini semakin menjamur dan memberikan kontribusi maksimal kepada Negara ini, bangsa ini, tanah air kita Indonesia.
Tapi jangan memandang ma’had dari satu sudut pandang saja, mari kita lihat ma’had dari segi sosial, ekonomi, politik, iptek, dan pembantu perkembangan ahlak beserta wawasan. Di ma’had berbagai golongan, suku, bahasa daerah, cita-cita, hobi, kebiasaan, berkumpul menjadi satu tanpa ada kata pilah dan pilih, tak ada sortir apalagi pack rank. Yang ada adalah saling melengkapi, mengisi, membantu, dan yang paling penting adalah berbagi (lebih mirip simbiosis mutualisme, yaitu hubungan yang saling menguntungkan). Berbagi disini meliputi banyak hal, mulai dari berbagi pengalaman, makanan, ilmu, doa, rizki, penyakit (terutama penyakit kulit), sandal, minyak rambut, sampho, baju, bahkan sampai barang yang bukan miliknya bisa jadi diminta tanpa sepengetahuan sang pemilik (atau bahasa mudahnya pindah tangan dengan akad dicuri). Barokah dari para malaikat yang mendoakan orang-orang soleh di ma’had juga punya lawan cerdiknya setan merayu para penghuninya untuk berbuat maksiat, itulah salah satu penyebabnya.
Jika anda pernah mendengar “kawah condro dimuko” ( itu adalah tempat penggemblengan orang-orang hebat), itulah kata yang cocok untuk ma’had. Jangankan tidak mengakui, meragukanpun tidak akn pernah terbesit dipikiran kebanyakan orang (kecuali orang-orang kafir atau fasik). Social yang sangat didik di ma’had membuat alumnusnya peka terhadap lingkungan, bukan hanya kepada hiduhnya sendiri. Belajar hemat, hidup, sederhana, tetapi juga tidak kikir adalah salah satu yang dapat diambil dari kebersamaan disana, baik saat kekenyangan maupun kurang makan. Bagaimana cara memperoleh perhatian orang lain, membuat orang berkesan dengan kita, dan membuat jaringan yang cukup luas adalah salah satu skill para alumni ma’had. Semua itu muncul karena interaksi antar ras, suku, dll tadi, sehingga membuat orang menjadi fleksibel dan dapat menempatkan diri dimanapun.
Ma’hadpun menjadi tempat yang sangat berpontensi sebagai tempat berkembangnya ilmu bisnis, dan juga teknologi. Jika kita mengetahui berapa usaha yang bisa dibuat oleh para penghuni ma’had, saya pastikan akan tercengang. Mulai dari hal sepele jualan pulsa, rokok, roti ( makanan kecil lain sejenis ), laundri, es, sarapan pagi, kaset CD/DVD, pembuatan film kelas, desain web, hosting, pernak-pernik, sampai makelar tempat tinggal, dan lain sebagainya. Diam-diam di ma’had perputaran uangnya tidak kalah dengan perputaran uang diluar sana.
Inilah ma’had, “kawah condro dimuko” bagi para pemimpin masa depan, penerus perjuangan agama allah, penegak kebenaran dan pembasmi kebatilan. Karena ditempat yang penuh barokahlah allah akan memberikan ilmu-ilmu yang sangat berguna bagi manusia, di dunia dan akherat. Semoga ma’had di negeri ini semakin menjamur dan memberikan kontribusi maksimal kepada Negara ini, bangsa ini, tanah air kita Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment