Kreativitas adalah sesuatu yang langka dan perlu dikembangkan di dunia pendidikan indonesia dewasa ini. Sesuatu yang mampu dihargai lebih mahal dari pada hafalan rumus, penemuan soal, apalagi akting untuk bisa membolos. Pengasahan kreatifitas sangat erat hubungannya dengan otak kanan, terlebih dengan imajinasi dan keberanian mengungkapkan ide. Berpikir adalah anugrah alamiah dari allah swt. karena itu adalah salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan mahluk lain (selain hati tentunya).
Melakukan hal-hal yang berbeda dari pada yang lain dan bermanfaat (walaupun manfaatnya belum tentu dipahami orang lain), itu bisa dikatakan kreatif. Bicara soal kreatif, pesantren tidak mau kalah menciptakan produk-produk kreatif. Saya ingat ketika masih di MSAA (ma’had sunan ampel al ali), asrama saya selama di semester 1 & 2. Teman-teman disana adalah orang-orang super kreatif, bahkan bisa dikatan hiper kreatif. Ada-ada saja tingkah lakunya, mulai dari ambil listrik dari kabel lampu, membuat hiter dari logam dan kabel sendiri, bahkan sampai mengumpulkan karet untuk membuat bola.
Sayapun ikut mengumpulkan dan membuat bola karet, saya termasuk terlambat karena disaat yang lain sudah memulai barulah saya merintis. “tak ada kata telat atau terlalu dini untuk belajar dan memulai sesuatu.”, itulah motto yang saya usung. Start saya boleh dibelakang, tetapi dalam prosesnya saya akan lebih cepat dan finish di depan. Sebuah hal kreatif yang mengajarkan banyak hal, mulai dari mental ketekunan, fokus, semangat, dan pantang menyerah. Ilmu yang akhirnya membuat saya perlahan-lahan mengenal dunia bisnis dan usaha.
Segala sesuatu pasti diawali dengan yang pertama, begitupula dengan membuat bola karet ini. Saya ingatkan 100% dari karet, awalnya menjadi masalah tetapi tidak dengan saya. Apa yang ada saya manfaatkan saja sebagai fondasi, seperti itupula para entrepreneur mengawali usahanya, bermodal nekat dan semangat dengan memanfaatkan semua potensi yang ada. Ketika sesuatu sudah dimulai maka sudah waktunya anda menjalaninya dengan rutin dan mengumumkannya kepada masyarakat luas. Seperti seorang lelaki yang telah memutuskan untuk menikahi seorang gadis, maka dia harus mempublikasikan dan memberi nafkah lahir batin serta menjadi imam siwanita. Tidak berbeda jauh dengan bola karet ini, hari-hari berikutnya saya harus mencarikan teman untuk mereka (karet-karet) dan mengumumkan bahwa saya membuat bola karet.
Setiap hal ada yang pro dan contra, itulah dilema didunia ini. Ada yang memberi semangat, bantuan, tetapi adapula yang mengejek, merendahkan, bahkan tidak yakin. Tapi semuanya akan berlalu dengan berjalannya waktu, ketika kita tetap tekun untuk melakukan suatu hal tersebut. Jangan ragu untuk mengakui hasil karya kita sendiri, karena itu adalah jerih payah dan keringat kita sendiri, siapa yang akan mau membanggakan atau memberi sebuah apresiasi kalau tidak kita mulai dari kita (satu ilmu lagi dari bola karet ini, percaya diri). Sudah ada dua hal penting yang dapat kita ambil dari proses terbentuknya sebuah bola karet (dari karet gelang). Inilah salah satu bukti bahwa kalimat allah yang pertama diturunkan untuk manusia berbunyi “iqrok”, yang artinya bacalah. Bukan berarti hanya membaca buku, tetapi membaca semua yang ada di dunia ini, dari alam sekitar, proses yang terjadi.
Setelah masanya pengakuan HCdM (hak cipta dan milik), maka masuklah ke inti perjuangan, yaitu keuletan. Nabi Muhammad saw. pun pernah bersabda, “allah itu suka kepada ibadah yang terus menerus”. Sesuatu yang dimaksud dengan terus menerus disini adalah berkelanjutan, rajin, atau bisa dikatakan tekun. Bukan seberapa lama dan berat, orang yang membaca al-quran hanya satu lembar tetapi setiap hari itu lebih baik daripada mengkatamkan al-quran hanya pada lebaran idul fitri (hanya mengaji pada hari itu dalam satu tahun). Seperti itu pula dengan bola karet dan usaha kita yang lainnya, perlu sebuah ketekunan, rajin, atau ketekunan untuk mendapat sebuah hasil yang memuaskan.
Ketika kita menekuni sebuah ibadah, usaha, ataupun kegiatan, kata tekun menjadi salah satu kuncinya. Ketika setiap hari kita merintisnya sedikit demi sedikit itu akan lebih berarti dan menghasilkan, daripada banyak tapi setahun sekali. Sayapun mengumpulkan karet dari hari ke hari, mulai menelusur kamar perkamar, berpesan kepada teman satu dan teman lain. Dalam proses ini ejekanpun sering datang, kadang malah meniru ide ini, tetapi itulah yang membuat ketekunan terasah. Lama kelaman bola karet sayapun berkembang dengan perlahan, dan mulai melampaui bola teman-teman saya. Sebuah ketekunan yang tidak sia-sia, karena mendapat ilmu dan pengalaman yang sangat berharga, untuk saya terapkan dalam ibadah dan usaha. Bola karet ini telah mengajarkan ketekunan dan usaha pantang menyerah bagi saya, tanks god….
Segala sesuatu pasti diawali dengan yang pertama, begitupula dengan membuat bola karet ini. Saya ingatkan 100% dari karet, awalnya menjadi masalah tetapi tidak dengan saya. Apa yang ada saya manfaatkan saja sebagai fondasi, seperti itupula para entrepreneur mengawali usahanya, bermodal nekat dan semangat dengan memanfaatkan semua potensi yang ada. Ketika sesuatu sudah dimulai maka sudah waktunya anda menjalaninya dengan rutin dan mengumumkannya kepada masyarakat luas. Seperti seorang lelaki yang telah memutuskan untuk menikahi seorang gadis, maka dia harus mempublikasikan dan memberi nafkah lahir batin serta menjadi imam siwanita. Tidak berbeda jauh dengan bola karet ini, hari-hari berikutnya saya harus mencarikan teman untuk mereka (karet-karet) dan mengumumkan bahwa saya membuat bola karet.
Setiap hal ada yang pro dan contra, itulah dilema didunia ini. Ada yang memberi semangat, bantuan, tetapi adapula yang mengejek, merendahkan, bahkan tidak yakin. Tapi semuanya akan berlalu dengan berjalannya waktu, ketika kita tetap tekun untuk melakukan suatu hal tersebut. Jangan ragu untuk mengakui hasil karya kita sendiri, karena itu adalah jerih payah dan keringat kita sendiri, siapa yang akan mau membanggakan atau memberi sebuah apresiasi kalau tidak kita mulai dari kita (satu ilmu lagi dari bola karet ini, percaya diri). Sudah ada dua hal penting yang dapat kita ambil dari proses terbentuknya sebuah bola karet (dari karet gelang). Inilah salah satu bukti bahwa kalimat allah yang pertama diturunkan untuk manusia berbunyi “iqrok”, yang artinya bacalah. Bukan berarti hanya membaca buku, tetapi membaca semua yang ada di dunia ini, dari alam sekitar, proses yang terjadi.
Setelah masanya pengakuan HCdM (hak cipta dan milik), maka masuklah ke inti perjuangan, yaitu keuletan. Nabi Muhammad saw. pun pernah bersabda, “allah itu suka kepada ibadah yang terus menerus”. Sesuatu yang dimaksud dengan terus menerus disini adalah berkelanjutan, rajin, atau bisa dikatakan tekun. Bukan seberapa lama dan berat, orang yang membaca al-quran hanya satu lembar tetapi setiap hari itu lebih baik daripada mengkatamkan al-quran hanya pada lebaran idul fitri (hanya mengaji pada hari itu dalam satu tahun). Seperti itu pula dengan bola karet dan usaha kita yang lainnya, perlu sebuah ketekunan, rajin, atau ketekunan untuk mendapat sebuah hasil yang memuaskan.
Ketika kita menekuni sebuah ibadah, usaha, ataupun kegiatan, kata tekun menjadi salah satu kuncinya. Ketika setiap hari kita merintisnya sedikit demi sedikit itu akan lebih berarti dan menghasilkan, daripada banyak tapi setahun sekali. Sayapun mengumpulkan karet dari hari ke hari, mulai menelusur kamar perkamar, berpesan kepada teman satu dan teman lain. Dalam proses ini ejekanpun sering datang, kadang malah meniru ide ini, tetapi itulah yang membuat ketekunan terasah. Lama kelaman bola karet sayapun berkembang dengan perlahan, dan mulai melampaui bola teman-teman saya. Sebuah ketekunan yang tidak sia-sia, karena mendapat ilmu dan pengalaman yang sangat berharga, untuk saya terapkan dalam ibadah dan usaha. Bola karet ini telah mengajarkan ketekunan dan usaha pantang menyerah bagi saya, tanks god….
0 komentar:
Post a Comment