20 Jul 2011

Para Pemimpin, tuh Belajar ma Induk Ayam!

Kartun induk ayam & anaknya
       Pagi ini saya belajar banyak dari kegiatan rutin dirumah, dibelakang rumah ada beberapa ekor ayam kampung. Sebuah kebiasaan unik dari masyarakat pedesaan, memiliki piaraan dirumah, yaitu ayam, kambing, ataupun lembu (sapi). Ketika memberi makan ayam di pagi ini, melihat induk yang baru menetaskan anak2 yang lucu dan berbulu lembut. Sang induk mendatangi saya yang membawa tempat makan, yg ada isinya (buat apa kalau g’ada isinya). Ketika makanan saya taruh, sang induk malah memanggil anak-anaknya, menunggui mereka makan sampai kenyang, barulah sang induk makan sedikit demi sedikit (jd ingat ibu saya).
        Lalu saya yg tadi malam melalui dua kali pembelajaran dari teman-teman yg berbeda, antara ilmu penyemangat & agama (pengajian + share). Beralih ke mentalitas dan berbau beberapa hal jorok (pengalaman teman2 di dunia malam & pendidikan kepolisian), tapi memang membuat pikiran semakin paham tentang indahnya posisi pemimpin. Harus tahu segala hal, yang gelap dan terang, yang baik dan yang buruk, terpenting harus mampu menunjukkan ke yang terang dan mengajak pada kebaikan (serangkaian kata bijak untuk pemimpin).
        Saya jadi berpikir ketika melihat induk ayam itu, dan ketika memberi makan para burung darat ini (ingat cerita ayam kenapa tidak bisa terbang). Ini dia filsafah sang pemimpin, “induk ayam.” Induk ayam akan mencari makanan untuk anaknya dulu baru mencari makan untuk dirinya sendiri, seperti itulah pemimpin yang seharusnya mencarikan makan kepada rakyatnya baru memenuhi kebutuhannya sendiri. Bahkan lebih sering saya melihat induk ayam tak punya isi dalam kantong makanannya, tetapi anak-anaknya tak pernah kekurangan. Tetapi sekarang para pemimpin malah lebih suka menggendutkan perut masing-masing daripada mengisi perut rakyatnya (agar tidak kelaparan).
        Induk ayampun akan melawan siapapun yang mengganggu anaknya, bahkan ketika ada garangan (Herpestes javanicus) mengganggu sang indukpun melawan demi sang anak. Pemimpin haruslah berani membela rakyat yang tidak mampu, kalau rakyatnya memang benar dan di dzolimi. Dan sempat saya ragu ketika ada anak ayam yang di patok induk lain, sang induk sendiri hanya diam tak memberi perlawanan. Bukan karena takut atau bagaimana, tapi karena sang anak mematok anak dari sang induk berbeda (yg lebih muda umurnya). Sayapun tersenyum, karena jika salah maka rakyat, ataupun orang kesayangan pemimpin haruslah dihukum sesuai dengan apa perbuatannya tadi.
        Ini juga yang diajarkan oleh baginda Rasulullah SAW. beliau menjadi pemimpin yang sangat belas kasih kepada umatnya, seperti kisah beliau menyuapi rutin orang tua yahudi yg buta. Pemimpin yang membela umat dan kaum lemah dengan semaksimal mungkin, dan menghukum kepada siapapun sesuai dengan perbuatannya. Terlintas dipikiran saya, manusia dan para pemimpin seharusnya bisa belajar dari Rasulullah sebagai uswatun khasanah. Sebagai suri teladan baik manusia seutuhnya maupun pemimpin dan khalifah di muka bumi ini. Kalaupun tak bisa belajar dari Rasul, belajarlah dari induk ayam, apakah lebih mulia induk ayam yang tak punya logika & perasaan seperti manusia ini?
        Semoga pemimpin kelak mampu belajar dari hal kecil dan mengaplikasikannya kepada hal-hal besar. Karena pemimpin haruslah mampu belajar tiap saat, mengubah pemikiran, mempengaruhinya, dan menjadikan lebih baik. Barokallah untuk umat manusia karena anda semua adalah pemimpin di muka bumi ini…
referensi: otak dan hati sang pengembala Tyas Haryadi. semoga bermanfaat kawan... ^_^

0 komentar:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com