Berlanjut di edisi hunting jateng, kali ini saya akan membahas ketika melakukan perjalanan di Jogjakarta. Setelah selesai dari semarang kami melanjutkan perjalanan ke jogja lewat magelang, yang dikabarkan kemarin terkena banjir lahar dingin. Alhamdulillah, ketika kami lewat sana sudah dikeruk dan sudah bisa dilewati walaupun tumpukan pasir dan material masih ada di kanan kiri jalan. Rumah-rumah terkubur dengan pasir yang bercampur dengan batu-batu besar, bahkan sungaipun juga habis ditutupi material lahar ini. Jalan-jalan menjadi rusak parah, padahal sebelum kami sampai di area ini jalannya mulus kawan. Mau macu kendaraan seperti disirkuitpun bisa, licin jalannya, sayang ini semua mengalahkan kesadaran akan kehijauan, sehingga sekitar daerah ini sepi dengan tanaman. Kami beristirahat jam duaan untuk solat duhur sekaligus kami sampaikan ashar, karena jogja sudah dekat sementara pantat kami belum mau untuk diajak nekat.
Dalam perjalanan tiga hari ini, benar-benar pom bensin jadi kos-kosan kami. Memberi tempat perlindungan dari panas dan hujan, memberi kesempatan untuk kusyuk beribadah serta kusyuk tidurnya. Serta memberikan tempat MCK gratis, tidak jarang juga saya dan asas minum toya petak (air putih) untuk obat dahaga. Kami melanjutkan perjalanan ke jogja, waktu menunjukan 17.02 ketika kami membaca tulisan salamat datang di Yogyakarta. Hati menjadi berbunga-bunga kawan, lebih berbunga-bunga daripada dapat kekasih atau apapun. ^_^,,, setelah sampai di kota ini, kami putar-putar dulu, melihat keraton, malioboro, dan fasilitas trans jogja. Subhanallah, tatanan kota nan unik dan indah, ini Indonesia kawan. Tetapi kemacetan tetap menjadi masalah sebagian kota besar negeri ini termasuk jogja. Malam itu kami mampir dulu ke masjid kampus UIN sunan kalijaga, subhanallah, bagus juga itu masjid tapi lebih bagus masjid UIN maliki malang. Itu juga yang saya katakana ke temen di sana, seperti itu juga ketika membahas kampusnya.
Malam harinya kami disambut dengan ayam bakar, sangat tepat juga ni mumpung lagi lapar dan lagi kehabisan duit. Ni juga berkahnya silaturohmi kawan, malamnya kami tidur di pesantren mahasiswa milik seorang habib (keturunan rasulullah), lupa namanya. Alhamdulillah bisa buka facebook juga untuk update pengalaman, dan bisa tidur nyenyak, plus solat jama’ah bersama santri-santri lain. Pagi-pagi kami bersiap untuk melakukan perjalanan ke paris (parang tritis), sebelum berangkatpun kami dikasih sarapan, Alhamdulillah. Sebenarnya tidak enak, tapi ini juga rejeki, semoga sering-sering saja.hehe,,, buat teman-teman di UIN jogja, yang menjamu kami dan semua mahasiswa disana, terimakasih banyak. Barokallah kawan, kapan-kapan main ke malang, kami siap jadi guide. Begitu pula redaksi yang saya ucapkan kepada mereka, kurang lebih.
Setelah memperhatikan peta (salah satu tips melakukan hunting), kami sudah bisa membuat analogi dan juga algoritma perjalanan kali ini. Berangkat melalui ringroad jalur timur kami menuju ke parang tritis, dan mampir dulu ke daerah yang mirip padang gurun safana (hasil lihat on the spot). Setalah sedikit berputar ria di kota ini kami mengambil jalan alternative dengan harapan bisa masuk gratis, ternyata tetap saja bayar kawan. Ini untuk pemasukan negeri kita, astagfirlah, masih ada juga ya pikiran seperti ini? Masuk daerah dekat pantai pemandangan mirip di afrika bisa dilihat, sedikit gersang dan ditanami tumbuhan-tumbuhan perdu. Akhirnya ketemu juga kawan daerah yang mirip dengan gurun sahara ini, pernah juga untuk video klipnya agnes monica di album cinta tak ada logika. Narsis dulu, ambil menerapkan ilmu fotografi sedikit-sedikit, lumayanlah, buat documenter dan bisa untuk gambar waktu bikin postingan ini.
Bagian dari gurun ini memang tidak terlalu luas, cukup kecil jika dibandingkan dengan gurun sebenarnya. Udara juga sudah mirip, panas, tapi lebih sering terkena hujan, apalagi kalu di musim penghujan. Pohon-pohon palem juga ada disini, dihiasi tanaman mirip di timur tengah sana. Setelah selesai di gurun ini kami melanjutkan edisi cuci mata ke parang tritis, subhanallah, makin indah saja ini pantai. ^_^,,, hari itu masih cukup sepi, tetapi tetap saja ada pasangan muda-mudi yang berpansangan ditempat ini, astagfirlah. Bahkan saking biasanya tempat ini jadi ajang seperti ini, bapak tukang parker bertanya kepada kami “kok g’bawa gandengan sendiri mas?”, dg pede saya jawab “lha ini berdua bisa gandengan pak!”, bapaknya hanya tersenyum. Dikira kami homo kali.hehe
Di paris sekarang juga ada sebuah wisata baru yaitu paralayang yang diterbangkan dari tebing sebelah timur pantai. Harganya kurang lebih 250-350 ribu setiap terbangnya, cukup memacu adrenalin dan indahnya pantai bisa dinikmati dari atas. Setelah selesai melampiaskan lelah dipantai, kami melanjutkan perjalanan ke kota, mampir ke ISI (institute seni Indonesia), stadion Mandala krida, yang kali ini menunjukkan kalau standart stadion di Indonesia memang belum terlalu memnuhi syarat. Tapi disana menjadi tempat latihan yang paling favorit untuk pembalab di daerah malang. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan ke UGM, dan kembali ke UIN untuk berpamitan kembali ke Magetan tercinta. Demikian cerita singkat hunting jateng kali ini, somoga bermanfaat kawan. Terimakasih, ^_^
Malam harinya kami disambut dengan ayam bakar, sangat tepat juga ni mumpung lagi lapar dan lagi kehabisan duit. Ni juga berkahnya silaturohmi kawan, malamnya kami tidur di pesantren mahasiswa milik seorang habib (keturunan rasulullah), lupa namanya. Alhamdulillah bisa buka facebook juga untuk update pengalaman, dan bisa tidur nyenyak, plus solat jama’ah bersama santri-santri lain. Pagi-pagi kami bersiap untuk melakukan perjalanan ke paris (parang tritis), sebelum berangkatpun kami dikasih sarapan, Alhamdulillah. Sebenarnya tidak enak, tapi ini juga rejeki, semoga sering-sering saja.hehe,,, buat teman-teman di UIN jogja, yang menjamu kami dan semua mahasiswa disana, terimakasih banyak. Barokallah kawan, kapan-kapan main ke malang, kami siap jadi guide. Begitu pula redaksi yang saya ucapkan kepada mereka, kurang lebih.
Setelah memperhatikan peta (salah satu tips melakukan hunting), kami sudah bisa membuat analogi dan juga algoritma perjalanan kali ini. Berangkat melalui ringroad jalur timur kami menuju ke parang tritis, dan mampir dulu ke daerah yang mirip padang gurun safana (hasil lihat on the spot). Setalah sedikit berputar ria di kota ini kami mengambil jalan alternative dengan harapan bisa masuk gratis, ternyata tetap saja bayar kawan. Ini untuk pemasukan negeri kita, astagfirlah, masih ada juga ya pikiran seperti ini? Masuk daerah dekat pantai pemandangan mirip di afrika bisa dilihat, sedikit gersang dan ditanami tumbuhan-tumbuhan perdu. Akhirnya ketemu juga kawan daerah yang mirip dengan gurun sahara ini, pernah juga untuk video klipnya agnes monica di album cinta tak ada logika. Narsis dulu, ambil menerapkan ilmu fotografi sedikit-sedikit, lumayanlah, buat documenter dan bisa untuk gambar waktu bikin postingan ini.
Bagian dari gurun ini memang tidak terlalu luas, cukup kecil jika dibandingkan dengan gurun sebenarnya. Udara juga sudah mirip, panas, tapi lebih sering terkena hujan, apalagi kalu di musim penghujan. Pohon-pohon palem juga ada disini, dihiasi tanaman mirip di timur tengah sana. Setelah selesai di gurun ini kami melanjutkan edisi cuci mata ke parang tritis, subhanallah, makin indah saja ini pantai. ^_^,,, hari itu masih cukup sepi, tetapi tetap saja ada pasangan muda-mudi yang berpansangan ditempat ini, astagfirlah. Bahkan saking biasanya tempat ini jadi ajang seperti ini, bapak tukang parker bertanya kepada kami “kok g’bawa gandengan sendiri mas?”, dg pede saya jawab “lha ini berdua bisa gandengan pak!”, bapaknya hanya tersenyum. Dikira kami homo kali.hehe
Di paris sekarang juga ada sebuah wisata baru yaitu paralayang yang diterbangkan dari tebing sebelah timur pantai. Harganya kurang lebih 250-350 ribu setiap terbangnya, cukup memacu adrenalin dan indahnya pantai bisa dinikmati dari atas. Setelah selesai melampiaskan lelah dipantai, kami melanjutkan perjalanan ke kota, mampir ke ISI (institute seni Indonesia), stadion Mandala krida, yang kali ini menunjukkan kalau standart stadion di Indonesia memang belum terlalu memnuhi syarat. Tapi disana menjadi tempat latihan yang paling favorit untuk pembalab di daerah malang. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan ke UGM, dan kembali ke UIN untuk berpamitan kembali ke Magetan tercinta. Demikian cerita singkat hunting jateng kali ini, somoga bermanfaat kawan. Terimakasih, ^_^
0 komentar:
Post a Comment