Saya dan ibu sewaktu sama2 muda. |
Berawal dari akhir-akhir ini (akhir juni dan awal juli), rumah orangtua di Jl. Yos Sudarno no. 24, Takeran Magetan hampir tiap hari dikunjungi gadis-gadis sholeha (insyaAllah), nan cantik pula (bukan tampan). Yups, karena memang dalam hari-hari ini CML (Cah Magetan Library) tengah ada gawe yaitu “Pekan Ngangsu Kaweruh” dalam acara liburan musim kemarau. Dalam acara ini memang melibatkan banyak pihak, mulai pihak donatur (para pemberi dana yg ikhlas mengirimkan sebagian rejeki untuk CML), pihak publikasi(dari radio dan panitia), pihak tuan rumah (ibu bapak saya selaku pemilik rumah), dan panitia (jumlah ada15, 14 cewek, 1 cowok).
Dari sedikit penjelasan di atas mulai paham bukan? Benar, saya satu-satunya panitia yang bergender laki-laki. Dalam hal ini, bukan kurang publikasi kepada kaum lelaki atau bagaimana, tapi kepekaan dan kemauan untuk mengabdi itu memang dimiliki oleh kaum hawa, bukan kaum adam. Karena yang saya ajak kebanyakan adalah anak SMA sederajat atau yang baru saja lulus, tapi kesimpulan lebih lagi adalah karena pikirannya belum sampai. Catat: kedewasaan wanita itu berkembang lebih cepat daripada kaum adam, karena mereka pakai hati, bukan logika.
Ibu, sosok yang sering bilang saya untuk tidak nikah cepat-cepat, nanti-nanti saja. Nunggu dapat kerja dulu, nunggu adiknya di kuliahin dulu, dkk, (walau saya tak mau kerja, lihat saya tak mau kerja setelah lulus kuliah). Tetapi siang itu, mungkin ibu saya tengah menunjukkan apa yang ada dihati beliau. Hari sabtu tepatnya kawan (7/7 12), kawan-kawan panitia baru saja selesai hunting foto dan berita di daerah rawa-rawa dekat CML. Mereka nampak lesu, jika tidak saya bilang kelaparan, karena setengah harian berada disekitar daerah pesawahan. Ibu yang baru saja selesai goreng tempe dan masak sambalpun menyuruh saya untuk ngajak adik-adik itu makan. Saya persilakan merekapun, tetapi masih ada beberapa anak yang metik jeruk dulu di sebelah rumah. Maklum, sedang berbuah kawan, Alhamdulillah, bisa bermanfaat dan dirasain yang lain. ^_^
Saya hari itu sedang puasa (nyoba istiqomah dengan puasa nabi Daud, baca Indahnya puasa Nabi Daud), jadi tidak ikut makan. Dan memilih ngobrol berdua dengan ibu tercinta di teras rumah, ibu sudah memancing sebelum adik-adik ketempat makan. “yoganipun jenengan katah bu’,” (anak anda banyak bu)sahut saya, “iyo, tapi siji ae, ojo kabeh,” (iya, tapi satu saja, jangan semua) jawab ibu *aha, saya mulai tahu maksud ibu. Ibu bermaksud jangan jadikan anak semua (istri saya), satu saja, ini karena ibu tahu saya SMA dulu playboy (baca, rabbit head, sebuah cerita masa putih abu-abu). Dan dengan mesra (kan cuma berdua, aku dan ibu ^_*), kami ngobrol hangat, singkat di teras rumah.
Ibu bilang, segera milih, satu saja, jangan banyak-banyak. Sayapun juga merespon, “ia bu, satu saja nggak habis-habis kok, tapi belum mikirin, kan nunggu U25” (redaksi bahasa jawa sudah diubah, biar tidak pusing non jawa). “Yak an nggak harus nikah sekarang, tapi pagerin dulu, bilang nanti mau dilamar,” jawab ibu seperti berpengalaman. “wah, iya ta bu, ibu bapak dulu juga gitu to?”. Ternyata tidak, bapak dulu datang dua kali ke kos ibu (beliau berdua bekerja di pabrik dulunya, beda devisi). Sekali bapak datang dengan teman, sekali datang sendirian dan mengungkapkan ingin menikahi ibu (subhanallah, Romantis banget). :D | itulah yang membuat wanita suka lelaki yang “to do point”, mereka suka melihat ekspresi lelaki, kejujuran hatinya (baca Jujur itu mujur, luhur, dan derajatnya tak luntur) dan ketulusan niatnya.
Ibu juga bilang, bahwa Bapak dulu juga banyak yang naksir, dibawakan telur, bahkan ada yang mau jual sawah untuk modal nikah dengan Bapak (mbois). Ah, prestasi saya belum seperti itu, masih kalah, tapi ibu bilang Bapak ragu-ragu dan malu-malu untuk mendekati wanita-wanita itu, tetapi setelah tahu Ibu (Bapak bilang sendiri). “langsung berani, tidak takut, pantang menyerah, maju terus pantang mundur.” Kata ibu sambil senyum-senyum. “Tetapi saya berbeda bu, saya kalau ketemu wanita yang ada rasa di hati, saya malu, kik kuk, terkadang hanya tersenyum, terpana melihat senyumnya. Berbeda ketika ketemu wanita yang saya anggap saudari, gombalpun biasa.” Itulah kawan, ketika anda ketemu yang bergetar dihati, maka sifat asli akan muncul, saya itu pemalu.
Lalu ibupun berkata, ya pokoknya nyari dulu itu tidak ada salahnya nak, apalagi kalau kamu sudah ada pandangan. Cari yang cantik, “sak kabehane” (jelas ibu dengan logat jawa). Tapi juga jangan lupa cari yang perhatian dengan kamu, ibu pesan ngresep ke hati. Cinta itu bukan tentang suka atau nafsu saja kawan, tetapi juga tentang perhatian. Hal ini berlaku untuk semua orang, itulah PERHATIAN. Utama pesan Ibu untuk saya, karena memang tidak terlalu memperhatikan konsumsi, dan beberapa hal tentang diri, terpenting adalah maju terus pantang mundur. Bincang-bincang kamipun segera berakhir, hal pentingnya adalah, setiap ibu juga memikirkan tentang menantu kawan. Saran saya tetap cari bini’, jangan pacar, kalau bisa seperti Bapak saya, lamar. Ibu juga takut anaknya tak dapat jodoh, tapi santai, kalau dapatnya akhir-akhir nanti juga dapat yang muda… :D | sekian dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi…. ^_^
sy boleh daftar??? :D
ReplyDeleteboleh, dftr ke ibu sy sj... :)
ReplyDeletesiiipp kang Tyas...
ReplyDeletelanjutkan :)
siap kang, :)
ReplyDelete