Pinokio icon dari sikap jujur. |
Saya juga berpikir, meresapi, baca-baca buku tentang sunah-sunah Rasul, riwayat-riwayat Nabi, saya semakin yakin bahwa jujur itu memang akan hancur. Tapi yang hancur adalah kesempatan untuk bertindak maksiat atau tercela, dan hancur pula kesempatan masuk neraka, insyaAllah. Kenapa? Ada sebuah hadist yang menjelaskan bahwa “bertindak jujurlah kamu, karena jujur itu dekat dengan kebaikan, dan kebaikan itu dekat dengan surga”. “dan janganlah kamu berbuat dusta, karena dusta itu mendekatkan kepada keburukan, dan keburukan itu mendekatkannya kepada neraka.” Sebuah hadits yang perlu kita pahami, resapi dan terapkan tentunya, betapa pentingnya sebuah kejujuran kawan. Kalau hidup ini tak dihiasi kejujuran untuk apa arti semua yg kita meliki? Harta yg berharga adalah sebuah kejujuran.
Saya pernah juga memberi kuliah subuh pertama di mimbar, ya, kali itu adalah waktu pengabdian masyarakat di sebuah masjid besar, dengan jamaah yang rata-rata adalah mereka paham akan agama (bukan hanya abal-abal). Yang saya bahas kali itu adalah tentang kejujuran, atau bahasa kerennya “blak-blakan”. Bagaimana seorang yang jujur itu adalah seseorang yang mujur, karena kejujuran adalah suatu kemujuran yang sedang kita rangkai melalui janji Allah. Orang jujur ini adalah orang yang luhur, karena orang luhur akan mengatakan apa adanya dan ada apanya, tanpa rekayasa, tanpa skenario dan arahan produser. Seperti pemimpin-pemimpin yg jujur, semisal Rasul, Khilafaur Rosyidhin, para tabi’in, dan alim ulama’, serta pemimpin negeri yg jujur, tentu mereka mendapat posisi yang luhur didepan semua orang bukan? Yang terakhir adalah drajatnya tiada luntur, kenapa? Karena orang jujur itu adalah orang yg membangun derajat, derajat dibangun dengan harta maka dia akan tinggi derajat kekayaannya, orang yang membangun derajatnya dengan ilmu maka dia akan tinggi drajat keilmuannya, sementara orang yang kaya kejujuran, maka dia adalah orang yg drajat kejujurannya tinggi. Tingkatan kejujuran lebih penting daripada sebuah ilmu dan kekayaan, bagaimana jadinya jika ilmu dan kekayaan itu tanpa sebuah kejujuran?
Katanya “jujurlah walau itu menyakitkan!”, padahal tiada kata menyakitkan dalam kejujuran. Karena dalam kejujuran yang ada adalah keindahan, dalam kejujuran pula ada rejeki, dan dalam kejujuran juga terdapat solusi. Kejujuran sekarang ini memang cukup asing dihadapan masyarakat, orang jujur sangatlah langka. Padahal dengan kejujuran itu masalah akan lebih selesai, kenapa? Coba kita pikirkan jika para koruptor itu jujur, tentu tak perlu mendatangkan seribu saksi, tak perlu habis dana untuk menjemputnya diluar negeri, tak perlu pula untuk memasang penyadap yg dilakukan oleh KPK. Bukankah sebuah kejujuran itu sangatlah penting, sampai dikisahkan pada masa Rasulullah ketika menyuruh seorang sahabat yang hobi zina. Dan dilanjutkan untuk belajar kejujuran, dengan perlahan sang sahabat membenahi diri dan akhirnya sudah terbebas dari zina karena kejujuran yang diperintahkan oleh Rasul.
Inilah prinsip kejujuran untuk kita semua, semoga bangsa ini akan menjadi bangsa yang jujur. Jujur dengan keterpurukan yang tengah menerpa kita semua, lalu dengan semangat kejujuran ini bersama-sama membenahi diri agar lebih baik dan lebih baik lagi. Amin, alfatehah… salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi ^_^
0 komentar:
Post a Comment