“Tuntutlah ilmu hingga ke negeri cina” sabda rasulullah saw. Inilah salah satu sabda rasulullah untuk menuntut ilmu, bahkan sampai ke negeri cina. Ilmu adalah sesuatu yang membuat orang menjadi terhormat tanpa harus berpangkat, banyak teman tanpa harus mencari teman di jejaring sosial, menjadi terkenal tanpa harus jadi artis, dan yang pasti dekat dengan kesuksesan. Dengan memiliki banyak ilmu kita akan terjaga, terjaga dari kebodohan, kesalahan, pencurian, dan juga pembajakan. Tetapi jika punya harta, kitalah yang akan menjaganya, sesuatu yang merepotkan bukan?
Saat kita lahir suara adalah pembelajaran yang paling berkesan untuk kita, karena bayi lebih terasah pendengarannya. Sejak lahir kita sudah belajar, sesuatu yang sangat erat hubungannya dengan ilmu, tepatnya proses untuk mendapatkan ilmu. Alir mengalir dari atas kebawah, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, begitu pula ilmu yang menyalur dari yang berilmu tinggi ke pemilik yang belum terlalu banyak ilmunya. itulah siklusnya, bukan siklus mentruasi, apalagi siklus perkembang biakan.
Jika bicara kekayaan alam negeri kita adalah raja di raja, mengenai fauna di lautnya sungguh tak terbantahkan. Akan tetapi, sedalam-dalamnya laut, seluas-luas laut, masih berada satu tingkat dibawah Samudra. Samudra ilmu lebih luas dari lautan ilmu, jika perpustakaan, sekolah negeri adalah lautan ilmu, maka pesantrenlah samudranya. Belajar tidak harus dalam kelas, bukan berarti harus ada dosen, guru, ataupun mualim, belajar bisa dilakukan dari sharing2 kecil, halaqah-halaqah terbatas, yang semuanya ada di pesantren.
Belajar dengan sangat alami, tanpa ada efek samping ataupun bahan pengawet untuk ilmu (agar tidak lepas dan hilang dengan mudah!). Selain itu barokahnya ilmu yang membuat pesantren sangatlah mempunyai 1002 keajaiban (bukan 1001 malam), ibadah, dekat dengan allah, tentulah ilmu akan mengalir dengan mudah dan tahan lama. Baik ilmu agama, sains, bisnis, sosial, politik, dan lain-lain. Sebuah samudra ilmu dibentuk dari berbagai partikel (yaitu santri yang berasal dari berbagai penjuru, status sosial, dan latar belakang), yang bertemu dan berinteraksi untuk saling melengkapi, mengisi, dan menopang di sebuah wadah yaitu pesantren.
Masih adakah suatu tempat yang membuat orang nyaman disana lama, lama untuk menghabiskan waktu mengaruminya, seperti naik kapal pesiar? Atau menjalani proses yang memerlukan waktu, ketekunan, kegigihan, dan pada akhir perjalanan mendapat kepuasan, dan kerinduan akan proses itu? Itulah mengarungi samudra ilmu di pesantren dengan menggunakan pendidikan sebagai kapal pesiarnya. Selain ijazah, ilmu yang membuat kita puas dan bangga, kerinduan akan samudra ilmu ini juga akan membuat kita tersenyum, tertawa, diam, mengilhami, dan merenung. Inilah samudra para pembajak, pembajak ilmu, ilmu dunia dan akhirat, para perantau, perantau yang ingin menemukan hakikat hidup untuk terjun ke kehidupan yang penuh warna ini.
Semua tempat pendidikan adalah lautan ilmu, jika ada samudra akankah melewatkan kesempatan untuk mengarumi samudra? Akankah mencegah keluarga kita untuk menikmatinya? Akankah hal itu bertentangan dengan tradisi atau budaya? Mari renungkan sejenak, karena setiap manusia mempunyai hak untuk memilih, yang terbaik untuk hidupnya dan keluarganya.
Belajar dengan sangat alami, tanpa ada efek samping ataupun bahan pengawet untuk ilmu (agar tidak lepas dan hilang dengan mudah!). Selain itu barokahnya ilmu yang membuat pesantren sangatlah mempunyai 1002 keajaiban (bukan 1001 malam), ibadah, dekat dengan allah, tentulah ilmu akan mengalir dengan mudah dan tahan lama. Baik ilmu agama, sains, bisnis, sosial, politik, dan lain-lain. Sebuah samudra ilmu dibentuk dari berbagai partikel (yaitu santri yang berasal dari berbagai penjuru, status sosial, dan latar belakang), yang bertemu dan berinteraksi untuk saling melengkapi, mengisi, dan menopang di sebuah wadah yaitu pesantren.
Masih adakah suatu tempat yang membuat orang nyaman disana lama, lama untuk menghabiskan waktu mengaruminya, seperti naik kapal pesiar? Atau menjalani proses yang memerlukan waktu, ketekunan, kegigihan, dan pada akhir perjalanan mendapat kepuasan, dan kerinduan akan proses itu? Itulah mengarungi samudra ilmu di pesantren dengan menggunakan pendidikan sebagai kapal pesiarnya. Selain ijazah, ilmu yang membuat kita puas dan bangga, kerinduan akan samudra ilmu ini juga akan membuat kita tersenyum, tertawa, diam, mengilhami, dan merenung. Inilah samudra para pembajak, pembajak ilmu, ilmu dunia dan akhirat, para perantau, perantau yang ingin menemukan hakikat hidup untuk terjun ke kehidupan yang penuh warna ini.
Semua tempat pendidikan adalah lautan ilmu, jika ada samudra akankah melewatkan kesempatan untuk mengarumi samudra? Akankah mencegah keluarga kita untuk menikmatinya? Akankah hal itu bertentangan dengan tradisi atau budaya? Mari renungkan sejenak, karena setiap manusia mempunyai hak untuk memilih, yang terbaik untuk hidupnya dan keluarganya.