Animasi Ujian Nasional. |
UJIAN NASIONAL-memang sudah berakhir, tetapi PRnya masih sama, yaitu tentang penyelenggaraan UN (Ujian Nasional) itu sendiri. Mulai dari perannya sebagai penentu kelulusan, sampai perannya dalam mendidik penerus bangsa untuk jujur dan percaya akan dirinya sendiri. Sungguh ironis ketika sekarang ini UN juga menjadi sebuah kewajiban untuk para guru berbuat curang pula. Sudah banyak terungkap disini disana, dan masih banyak pula yang belum terungkap.
Ujian tanpa pengawas bisa jadi salah satu solusi permasalahan diatas, tentu tak hanya itu. Tetapi juga dengan penetapan UN bukan sebagai nilai ukur utama, bahkan satu-satunya dalam penentu kelulusan. Melainkan lebih kepada kegiatan dan aktivitas sehari-hari siswa itu sendiri. Sehingga para siswa juga akan merasa lebih bersemangat untuk melakukan aktivitas belajar setiap hari. Bukan pula para siswa ketakutan dengan UN, dan menjadikan UN sebagai media melatih diri serta menunjukan kujujuran. Bisa juga hasil UN ini sebagai syarat untuk masuk perguruan tinggi, jadi tidak perlu ada SNMPTN, jadi satu saja dengan UN. Ini akan menghemat biaya dan juga kerja keras para siswa. Jadi Ujian tanpa pengawas bisa menjadi elemen penting untuk mengubah konsep UN dan ujian-ujian lainnya di negeri ini. Cukup Tuhan yang mengawasi, seperti itu pesan pancasila sila pertama. (*)
TYAS HARYADI, jurusan Teknik Informatika UIN Maliki Malang.
Tentang gagasan kali ini saya terinspirasi dengan buku yang saya baca kemarin kawan, judulnya mah “Murid Goblok ketemu Guru Goblok”. Buku itu berisi tentang motivasi dan pengajaran tentang entrepreneur, istimewa, dan di buku itu saya makin yakin tentang pentingny sebuah kejujuran. Semangat mengajarkan kejujuran itupun kembali lagi, dan ini tertuang dalam gagasan “ujian tanpa pengawas!” Mungkin memang sangat terlalu berani, tapi butuh keberanian lebih untuk mengajarkan kejujuran kawan. Dan itu pula yang ingin diajarkan ketika kita mengadakan ini “ujian tanpa pengawas”.
Kedepan ini akan lebih memiliki efek yang luar biasa, apakah itu? Itu adalah efesiensi kerja masa depan. Karena kedepan tidak perlu lagi ada badan-badan pengawas yang terlalu berlebih, karena akhlak kejujuran sudah baik. Selain itu juga tak perlu menghabiskan waktu yang lama dalam birokrasi yang berbelit untuk mengetes sebuah kejujuran, karena semua sudah tertanamakan tentang sebuah kejujuran itu sendiri. Jujur itu Mujur, Luhur, dan Derajatnya tanpa bisa Luntur kawan, yakinlah. Salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi…. ^_^
0 komentar:
Post a Comment