pelabuhan bakawuni lampung |
Setelah lebih dari dua tahun saya tak berkunjung kembali ke Lampung, sebuah provinsi di ujung tenggara pulau sumatera. Masih teringat di otak saya, ketika sebuah perjalanan panjang dengan naik bus saya lewati dari kampung halaman, Magetan, sampai Bandar lampung. Mulai dari pelabuhan merak saya mulai merasakan suasana di kota itu, sebuah tempat yang sangat banyak dihuni oleh para perantau. Terutama dari daerah jawa, dan berbagai daerah lain di Indonesia pada umumnya. Kali ini saya hanya ingin membahas sedikit tentang perkembangan sebuah kota yang dihuni oleh pendatang.
Lampung memang masih baru, dibandingkan dengan kota-kota di daeraha jawa timur seperti di Magetan, Ponorogo, pacitan, lamongan & Magetan. Akan tetapi masih banyak perbedaan jauh, antara kota yang didatangi dan kota yang ditinggal pergi. Kedatangan para perantau di lampung memberikan angin segar kepada provinsi ini, perkembangan menjadi pesat, layaknya semangat para pendatang untuk segera mendapatkan kesuksesan. Seharusnya ada semacam acara kembali ke kampung halaman, agar negeri ini juga rata perkembangannya. Kenapa? Karena kota-kota kecil di jawa mulai tertinggal dengan kota-kota yang ada diluar jawa. Bukan luar jawa sekarang yang harus dikembangkan, tetapi daerah jawa sendiri masih sangat butuh untuk dikembangkan.
Para perantau adalah orang-orang yang punya semangat besar untuk maju, sementara orang-orang yang masih berada di daerah asal adalah orang yang kurang bersemangat dalam malakukan pemabangunan. Sehingga sekarang yang bergerak lebih cepat adalah kota-kota yang didatangi oleh para perantau. Lalau apa yang harus kita lakukan? Mari sebagian dari para pedagang sukses atau para pencari ilmu, segera kembali ke kampung halaman. Majukan kampung halaman ini, jangan sampai tertinggal jauh dari daerah-daerah perantauan itu. Saju jiwa semangat untuk membangun kampung halaman kawan. ^_^
Lalu apa yang harus kita berikan untuk kampung halaman, yang kita anggap sangat tertinggal dan tidak patut sebagai tempat kita untuk mengembangkan kemampuan. Itu hanya persepektif negative, lalu apa persepektif positifnya? Ketika kita hijrah (dalam bahasa arab) ke suatu tempat tentu ada harapan yaitu untuk menambah ilmu,atau memenuhi kebutuhan lahirian ataupun batiniah. Hal yang kita dapat dari tujuan kita semula itulah yang seharusnya kita bawa dari tempat perantauan untuk ditularkan kembali ke kampung halaman kita. Di kampung halaman tentu berbeda dengan tempat rantau kita, karena di tempat rantau potensi berkembang sangatlah tinggi, sedikit orang-orang yang bermalas-malasan. Sementara di tanah kelahiran kita, masih banyak orang-orang malas yang kolot pula. Inilah tantangan yang seharusnya menjadi motivasi untuk kita berkembang lebih baik, dari hari kehari kawan.
Setelah kita mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu dari perantauan kita juga harus mampu menyalurkannya kepada semua orang. Dan juga mampu memilihkan sesuatu yang cocok dengan yang dibutuhkan tanah halaman kita. Jadi misi besar ketika kita merantau bukan hanya memperoleh ilmu atau penghasilan sebanyak mungkin, bukan pula ketenangan hati dalam memilih tempat tinggal. Tapi kembali ke kampung halaman untuk membagi ilmu kita serta memajukan kembali tanah leluhur ini. Salam cinta kampung halaman, dari Sang Pengembala ilmu Tyas Haryadi. ^_^
Lampung memang masih baru, dibandingkan dengan kota-kota di daeraha jawa timur seperti di Magetan, Ponorogo, pacitan, lamongan & Magetan. Akan tetapi masih banyak perbedaan jauh, antara kota yang didatangi dan kota yang ditinggal pergi. Kedatangan para perantau di lampung memberikan angin segar kepada provinsi ini, perkembangan menjadi pesat, layaknya semangat para pendatang untuk segera mendapatkan kesuksesan. Seharusnya ada semacam acara kembali ke kampung halaman, agar negeri ini juga rata perkembangannya. Kenapa? Karena kota-kota kecil di jawa mulai tertinggal dengan kota-kota yang ada diluar jawa. Bukan luar jawa sekarang yang harus dikembangkan, tetapi daerah jawa sendiri masih sangat butuh untuk dikembangkan.
Para perantau adalah orang-orang yang punya semangat besar untuk maju, sementara orang-orang yang masih berada di daerah asal adalah orang yang kurang bersemangat dalam malakukan pemabangunan. Sehingga sekarang yang bergerak lebih cepat adalah kota-kota yang didatangi oleh para perantau. Lalau apa yang harus kita lakukan? Mari sebagian dari para pedagang sukses atau para pencari ilmu, segera kembali ke kampung halaman. Majukan kampung halaman ini, jangan sampai tertinggal jauh dari daerah-daerah perantauan itu. Saju jiwa semangat untuk membangun kampung halaman kawan. ^_^
Lalu apa yang harus kita berikan untuk kampung halaman, yang kita anggap sangat tertinggal dan tidak patut sebagai tempat kita untuk mengembangkan kemampuan. Itu hanya persepektif negative, lalu apa persepektif positifnya? Ketika kita hijrah (dalam bahasa arab) ke suatu tempat tentu ada harapan yaitu untuk menambah ilmu,atau memenuhi kebutuhan lahirian ataupun batiniah. Hal yang kita dapat dari tujuan kita semula itulah yang seharusnya kita bawa dari tempat perantauan untuk ditularkan kembali ke kampung halaman kita. Di kampung halaman tentu berbeda dengan tempat rantau kita, karena di tempat rantau potensi berkembang sangatlah tinggi, sedikit orang-orang yang bermalas-malasan. Sementara di tanah kelahiran kita, masih banyak orang-orang malas yang kolot pula. Inilah tantangan yang seharusnya menjadi motivasi untuk kita berkembang lebih baik, dari hari kehari kawan.
Setelah kita mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu dari perantauan kita juga harus mampu menyalurkannya kepada semua orang. Dan juga mampu memilihkan sesuatu yang cocok dengan yang dibutuhkan tanah halaman kita. Jadi misi besar ketika kita merantau bukan hanya memperoleh ilmu atau penghasilan sebanyak mungkin, bukan pula ketenangan hati dalam memilih tempat tinggal. Tapi kembali ke kampung halaman untuk membagi ilmu kita serta memajukan kembali tanah leluhur ini. Salam cinta kampung halaman, dari Sang Pengembala ilmu Tyas Haryadi. ^_^
0 komentar:
Post a Comment