Tahun baru adalah sesuatu yang tidak bisa delewatkan begitu saja, baik oleh kaum muda, tua, sampai instansi ataupun organisasi tertentu. Seperti saat tahun 2010 berganti ke tahun 2011, sesuatu hal yang rutin dilakukan kaum muda (kaum yang berapi-api, bung rhoma) merayakannya dengan peata kembang api dan konvoi di jalan. Begitu pula saya dan teman saya punya pikiran untuk mencari inspirasi serta mengunjungi karunia Allah swt. Pada awalnya kami memiliki rencana ke yogyakarta ataupun jakarta, dua kota yang belum saya pahami daerahnya. Tapi sehubung dengan waktu dan keadaan maka kami putuskan untuk melewati kembali jembatan suramadu lalu menikmati indahnya kota Bangkalan (Madura). Sebelumnya saya juga telah membuat postingan dengan label hunting tentang porong, postingan kali ini adalah kelanjutan dari yang perjalanan dari porong.
Setelah selesai dari porong dan menikmati keindahan hidup ini, kami melanjutkan perjalanan ke surabaya. Pagi di tahun baru 2011, kami masih berada di sidoarjo karena terjebak kemacetan luar biasa malam tahun baru. Selesai sholat subuh dan baca Al Quran kamipun melanjutkan tidur lagi, karena hujan mengguyur. Ketika tidur baru mau dimulai ada bapak-bapak datang memberi kami minum dan memberi uang 10 ribu. Bukan banyak tidaknya itu uang, tetapi barokahnya istirahat dirumah Allah dan mengaji, Allah maha pengasih lagi maha penyayang. Dengan sedikit tersenyum gembira dan bingung serta bersyukur kami melanjutkan tidur menunggu hujan berhenti. Ternyata pagi itu baru jam8 lebih hujan berhenti, kamipun bersiap melanjutkan perjalanan. Saya dan Asas (teman hunting kali ini), silaturohmi dahulu ke surabaya. Sesampai dirumah teman itupun kami sarapan dan istirahat sampai siang, dan mengobrol dengan keluarganya. Sesampai waktu sore, kurang lebih pukul 3.30 selesai sholat ashar, kami melanjutkan perjalanan. Perjalanan kali ini hanya kami lakoni berdua, dengan menggunakan sepeda motor.
Seharian penuh di tanggal 1 januari 2011 penuh dengan grimis dan juga hujan, mulai dari berangkat sampai pulang ke tujuan. Setelas melesat dan melejit dijalanan surabaya nan padat kendaraan kamipun sampai di pintu gerbang jembatan ikon jawa timur, suramadu. Suramadu adalah jembatan yang menghubungkan pulau jawa dan madura dengan panjang kurang lebih 5,3KM. Jembatan ini diberi nama suramadu yang berasal dari singkatan surabaya madura, jembatan ini diresmikan pada tahun 2010. Disanapun kami sempatkan untuk berfoto ria di atas jembatan yang menjadi jembatan terpanjang di Indonesia ini, sambil menikmati indahnya sun set serta angin sepoi yang cukup kencang sebenarnya menyapu kami. Inilah salah satu hasil karya negeri ini, walaupun masih diarsiteki oleh tiongkok (dulunya cina), tetapi bagunan ini berada di Indonesia kawan, negeri tercinta. ^_^
Setelah menikmati sun set di Suramadu, kami melanjutkan perjalan dengan megapro plat S menuju kota bangkalan. “Wah, apik yo rek madura yen wayah sore.” Suasana sore hari yang berada didaerah padang rumput sekitar jembatan suramadu membuat semakin terkenang akan keindahan pulau yang dulunya satu dengan jawa ini. Seterusnya kami melanjutkan perjalanan ke Bangkalan, kabupaten paling barat di pulau Madura. Dalam perjalanan menuju daerah kota (alun-alun) kota Bangkalan, kami sering melewati jembatan yang desainnya sangat mirip dengan jembatan merah yang ada di Surabaya. Seperti kembali ke zaman penjajahan ketika menyebrangi jembatan-jembatan dengan desain colonial Belanda ini. Dan sampailah kami di alun-alun ketika waktu menunjukan pukul 18.15.
Ketika itupun kami mampir ke rumah dinas wakil bupati yang ada disebelah alun-alun, hanya sekedar mampir sholat magrib sekaligus melihat beberapa elemen di rumah dinas itu. Bertemu bapak penjaga yang kelihatannya berasal dari jawa (terlihat dari logatnya), wah tempat besar yang tidak efektif. Bagaimanan tidak, tanah dan rumah yang cukup megah itu seperti tak berguna ketika sang pemimpin tidak menggunakannya dengan baik. Musholapun seperti hanya tempat persinggahan yang tidak terurus, sungguh hal yang sangat miris. Selesai dari rumah dinas wakil bupati itu kami mampir ke alun-alun dan makan nasi goreng Jakarta disana. Memang hobi dagang orang Madura, beberapa poin yang dapat kami pelajari dari orang Madura.
Selesai makan kami langsung saja balik ke Surabaya, mampir ke sunan Ampel. Begitulah hunting kali ini, sedikit mengorek tentang kota bangkalan. Semoga bermanfaat dan terimakasih. ^_^
Seharian penuh di tanggal 1 januari 2011 penuh dengan grimis dan juga hujan, mulai dari berangkat sampai pulang ke tujuan. Setelas melesat dan melejit dijalanan surabaya nan padat kendaraan kamipun sampai di pintu gerbang jembatan ikon jawa timur, suramadu. Suramadu adalah jembatan yang menghubungkan pulau jawa dan madura dengan panjang kurang lebih 5,3KM. Jembatan ini diberi nama suramadu yang berasal dari singkatan surabaya madura, jembatan ini diresmikan pada tahun 2010. Disanapun kami sempatkan untuk berfoto ria di atas jembatan yang menjadi jembatan terpanjang di Indonesia ini, sambil menikmati indahnya sun set serta angin sepoi yang cukup kencang sebenarnya menyapu kami. Inilah salah satu hasil karya negeri ini, walaupun masih diarsiteki oleh tiongkok (dulunya cina), tetapi bagunan ini berada di Indonesia kawan, negeri tercinta. ^_^
Setelah menikmati sun set di Suramadu, kami melanjutkan perjalan dengan megapro plat S menuju kota bangkalan. “Wah, apik yo rek madura yen wayah sore.” Suasana sore hari yang berada didaerah padang rumput sekitar jembatan suramadu membuat semakin terkenang akan keindahan pulau yang dulunya satu dengan jawa ini. Seterusnya kami melanjutkan perjalanan ke Bangkalan, kabupaten paling barat di pulau Madura. Dalam perjalanan menuju daerah kota (alun-alun) kota Bangkalan, kami sering melewati jembatan yang desainnya sangat mirip dengan jembatan merah yang ada di Surabaya. Seperti kembali ke zaman penjajahan ketika menyebrangi jembatan-jembatan dengan desain colonial Belanda ini. Dan sampailah kami di alun-alun ketika waktu menunjukan pukul 18.15.
Ketika itupun kami mampir ke rumah dinas wakil bupati yang ada disebelah alun-alun, hanya sekedar mampir sholat magrib sekaligus melihat beberapa elemen di rumah dinas itu. Bertemu bapak penjaga yang kelihatannya berasal dari jawa (terlihat dari logatnya), wah tempat besar yang tidak efektif. Bagaimanan tidak, tanah dan rumah yang cukup megah itu seperti tak berguna ketika sang pemimpin tidak menggunakannya dengan baik. Musholapun seperti hanya tempat persinggahan yang tidak terurus, sungguh hal yang sangat miris. Selesai dari rumah dinas wakil bupati itu kami mampir ke alun-alun dan makan nasi goreng Jakarta disana. Memang hobi dagang orang Madura, beberapa poin yang dapat kami pelajari dari orang Madura.
Selesai makan kami langsung saja balik ke Surabaya, mampir ke sunan Ampel. Begitulah hunting kali ini, sedikit mengorek tentang kota bangkalan. Semoga bermanfaat dan terimakasih. ^_^