Cinta, Allah yang tahu. |
Cinta itu bukan hanya antara hati kawan, tapi dengan saksi dan Yang Maha Memberi. Allah, Yang Maha Memberi cinta di hati manusia. Allah yang menjadi saksi ketika dua hamba saling sujud ditempat berbeda meminta diberi pasangan mulia. Ketika menyatakan apa yang ada di hati, manusia memang menggebu-gebu, tampak natural, selalu spontan dan menarik. Tetapi anda pernah melihat film India yang berjudul “Pyaar Impossible”? yups, cerita tentang seorang pemuda yang mencintai wanita sampai 7 tahun, hanya dia dan ayahnya yang tahu. Bahkan si wanita sampai punya anak besarpun belum mengetahui cinta sang pemuda itu (bujang tua tepatnya).
Itulah cinta yang romantis kawan, tak harus diteriakan kepada semua orang, tapi hati penuh dengan teriakan kata cinta untuknya. Sesuatu totalitas, pengorbanan, dan keinginan untuk memberi lebih, lebih dan lebih, itulah sebuah cinta yang romantis, tanpa peduli ada respon atau tidak. Terkadang rasa cinta terhadap lawan jenis kita harus “kalem” (perlahan) dalam menyampaikannya. Takut disrobot? Cinta itu bukan terburu-buru, tetapi perlahan penuh keyakinan (Baca Pantun Cinta).
Next kawan, mungkin banyak sekarang orang-orang galau, walau saya tetap selalu bermoto “galau rasa gula”, bagaimana galau itu boleh asal manis, dan membuat diri lebih baik (baca, galau rasa gula). Yang namanya orang kasmaran, tentulah hati akan dibolak-balik (inget, Allah Yang Maha membolak-balikan hati). Tetapi terkadang disaat dibolak-balik itu kebanyakan manusia terlalu mengumbar, tidak tahu bagaimana menyelesaikan yang tepat. Jika cinta ada di dada, semua hal bisa menjadi berbeda, jika cinta menghiasi hati, semua aktifitas hanya akan mengingatkan diri pada si do’i. Puitis ya? Potensi dari dahulu kawan… ^_^
Alangkah indah jika cinta itu tidak untuk berlebay ria, disana ada beberapa orang romantis yang mengatakan untuk menyampaikan walau dia tak harus mendengar. Sampaikanlah, walau hanya dengan tulisan, dan sampaikan agar isi hatimu tak terendap. Bayangin noh, kalau sungai tertutup alirannya oleh endapan, alirannya tentu tidak akan lancar, seperti itu pula aliran cinta. So, sampaikan kepada yang bersangkutan adalah alternatif satu agar aliran cintamu tetap mengalir. Dengan cara kita, seberani kita, tanpa tekanan, karena cinta itu dari hati, bukan karena paksaan.
Selanjutnya adalah alternatif dari Rasulullah, kalau cinta, Rasul tidak menyarankan untuk pacaran (sudah tidak mbois, cinta lalu pacaran) bisa baca "untukmu, calon ibu dari anak-anakku". Untuk tunangan mungkin agak mbois, karena memang menurut agama saya (islam), memiliki ajaran ini (walau saya juga tidak tahu ini zaman Rasul atau dari ulama). Saran yang lebih baik adalah katakana kepada orangtua atau wali dari yang kau cintai itu kawan. ^_^ | langsung lamar, itu baru lelaki jantan, insyaAllah islami pula, tapi sebelumnya juga harus ta’aruf, jangan asal sruduk, ayam aja lo ada pendekatan (maaf agak kasar, tapi lebih natural kan? :D).
Sekarang alternatif terutama adalah sampaikan pada Allah, nih solusi SIP kawan. “punapa?” (kenapa, b.jawa), karena yang ngasih cinta kan Allah, balikin dah sama Allah, bagaimana kita harus melakukan tindakan, bagaimana harus merespon cinta itu. Apakah akan dipendam, apakah langsung ngelamar, apakah juga ingin ta’aruf dahulu? Allah bakal ngasih jawaban kawan, jika kita cinta seseorang makhluk (terutama lawan jenis), Allah sumbernya. Cintai pula kerena Allah, dan biarkan Allah yang mengetahui rahasianya. Kita mah tenang-tenang saja, jodoh sudah dibagi, kadang cinta itu muncul seketika dan lenyap perlahan. Wallahu’alam, semoga bermanfaat kawan, salam dari SangPenggembala, Tyas Haryadi…. ^_^
Next kawan, mungkin banyak sekarang orang-orang galau, walau saya tetap selalu bermoto “galau rasa gula”, bagaimana galau itu boleh asal manis, dan membuat diri lebih baik (baca, galau rasa gula). Yang namanya orang kasmaran, tentulah hati akan dibolak-balik (inget, Allah Yang Maha membolak-balikan hati). Tetapi terkadang disaat dibolak-balik itu kebanyakan manusia terlalu mengumbar, tidak tahu bagaimana menyelesaikan yang tepat. Jika cinta ada di dada, semua hal bisa menjadi berbeda, jika cinta menghiasi hati, semua aktifitas hanya akan mengingatkan diri pada si do’i. Puitis ya? Potensi dari dahulu kawan… ^_^
Alangkah indah jika cinta itu tidak untuk berlebay ria, disana ada beberapa orang romantis yang mengatakan untuk menyampaikan walau dia tak harus mendengar. Sampaikanlah, walau hanya dengan tulisan, dan sampaikan agar isi hatimu tak terendap. Bayangin noh, kalau sungai tertutup alirannya oleh endapan, alirannya tentu tidak akan lancar, seperti itu pula aliran cinta. So, sampaikan kepada yang bersangkutan adalah alternatif satu agar aliran cintamu tetap mengalir. Dengan cara kita, seberani kita, tanpa tekanan, karena cinta itu dari hati, bukan karena paksaan.
Selanjutnya adalah alternatif dari Rasulullah, kalau cinta, Rasul tidak menyarankan untuk pacaran (sudah tidak mbois, cinta lalu pacaran) bisa baca "untukmu, calon ibu dari anak-anakku". Untuk tunangan mungkin agak mbois, karena memang menurut agama saya (islam), memiliki ajaran ini (walau saya juga tidak tahu ini zaman Rasul atau dari ulama). Saran yang lebih baik adalah katakana kepada orangtua atau wali dari yang kau cintai itu kawan. ^_^ | langsung lamar, itu baru lelaki jantan, insyaAllah islami pula, tapi sebelumnya juga harus ta’aruf, jangan asal sruduk, ayam aja lo ada pendekatan (maaf agak kasar, tapi lebih natural kan? :D).
Sekarang alternatif terutama adalah sampaikan pada Allah, nih solusi SIP kawan. “punapa?” (kenapa, b.jawa), karena yang ngasih cinta kan Allah, balikin dah sama Allah, bagaimana kita harus melakukan tindakan, bagaimana harus merespon cinta itu. Apakah akan dipendam, apakah langsung ngelamar, apakah juga ingin ta’aruf dahulu? Allah bakal ngasih jawaban kawan, jika kita cinta seseorang makhluk (terutama lawan jenis), Allah sumbernya. Cintai pula kerena Allah, dan biarkan Allah yang mengetahui rahasianya. Kita mah tenang-tenang saja, jodoh sudah dibagi, kadang cinta itu muncul seketika dan lenyap perlahan. Wallahu’alam, semoga bermanfaat kawan, salam dari SangPenggembala, Tyas Haryadi…. ^_^
0 komentar:
Post a Comment