Satu Keluarga, GEMA INFOPUB. |
Kegiatan wisata dan juga menyalurkan kemampuan fotografi ini memang banyak dilalui di bus, kalau tidak mau dikatakan bikin capek di bus. Tetapi, jika dipikirkan lebih dalam, waktu di buslah yang paling cocok untuk mengetahui satu sama lain. Bus yang digunakan adalah bus UIN Maliki Malang yang kecil, saya sendiri lupa plat nomor apalagi jenisnya. Tapi ingatan saya selalu tertuju pada bus “PUSPA INDAH” jurusan Malang Jombang yang sering saya naiki kalau mudik. Kenapa di bus menjadi waktu yang memupuk kekeluargaan? Eh, jika kita pernah dengar atau baca kata bijak, “untuk mengenal dan menjadikan seseorang menjadi keluargamu, jangan lihat dia dari sudut baiknya, tapi lihat dia dari apa adanya dia.” (sebenarnya kata bijak ini saya karang sendiri, tapi jang bilang siapa-siapa).
Benar saja, di bus, semua akan menjadi dirinya sendiri, mudah tertidur setiap saat, bisa keluar air liur, bisa menyandarkan kepala kesebelahnya. Di bus, semua bisa bicara ngalor ngidul tidak jelas arahnya, bisa ngaco dan bisa menghibur. Di bus pula, ketika bangun bagaimana ekspresi, kebiasaan sehari-hari, hal-hal kecil dalam hidupnya akan diceritakan. Di bus itu, kebiasaan disaat tidak ada kerjaan, kebiasaan dalam merespon sesuatu, dan segala hal tentang diri seseorang akan lebih terlihat. Apalagi, di bus itu kita bisa saling melihat tampang lesu, kucel, seperti jemuran belum disetrika, masih lembek, istimewa. Itulah, sedikit hal yang membuat di bus menjadi hal istimewa dalam mengenal satu dan yang lain, tentu selain obrolan ringan dan saling do’a.
Di tempat wisata gunung Bromo nan indah juga menjadi suguhan menarik untuk kekeluargaan Unit INFOPUB dan GEMA ini. Beberapa error and noise, seperti bus yang tidak kuat menanjak, menunggu waktu lama untuk kendaraan wisata, tergenjot teman jika anda berada di bagian belakang mobil jeep. Ini juga menjadi warna tersendiri dalam mempererat kekeluargaan. Dalam pekerjaan dan tugas di dunia modern sekarang ini, memang sangat diperlukan rasa kekeluargaan. Walaupun mengedepankan profesionalisme, tetapi dengan kekeluargaan, bekerja di suatu tempat itu seperti dirumah sendiri. Karena sedang berada dalam keluarga, suasana akan bahagia, dan lebih produktif dalam bekerja. Penantian keberangkatan yang tak sesuai jadwal juga memberikan kesempatan untuk ngobrol ringan, dengan joke-joke istimewa. Dalam bingkaian senyum dan tawa, dengan tindakan konyol tapi penuh kesan, semua memang perlu interaksi.
Selesai semua wisata, saatnya pulang, dan masih mampir dahulu kerumah orangtua mb’ Eva (salah satu reporter GEMA) dan mas Ajay (Layouter GEMA dan INFOPUB). Di kedua rumah ini, semakin mempererat saja kekeluargaan. Selain silaturohim, yang itu akan memanjangkan umur, rejeki, pahala, dan lain sebagainya. Dalam bahasa saya “ndawakne sembarang kalir” bisa dimaknai ‘memanjangkan segala hal’. Ketika semua sudah lelah, letih, lesu, maka hanya tindakan alamiah yang ada, natural. Itulah sedikit tentang perjalanan ke wisata Gunung Bromo, perjalanan 18 jam itu memang sebuah event pemupukan kekeluargaan. Keluarga dahulu, sekarang dan selama-lamanya, itulah sekiranya kata yang dapat terungkap. semoga bermanfaat, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi.... ^_^
0 komentar:
Post a Comment