tampang sewaktu semester 2. |
Kawan, sedikit berbagi tentang dunia bisnis. Saya sudah memutuskan untuk mengatakan, bahwa “BISNIS IS DAKWAH” dan diniatkan utama untuk ibadah. Tetapi untuk menatap dan merintis kehidupan sebagai pebisnis memang tidak semudah membali telapak tangan. Terlebih ketika meminta restu orangtua kawan, ingat “ridho Allah berada di ridho kedua orangtua, dan murka Allah berada di murka kedua orang tua”. Saya zaman SMA (masih jadul, suka kelayapan, dan serba suka-suka gue, baca Rabbit head, masa putih abu-abu), sangat mengidamkan posisi sebagai TNI AU, sampai kelas 3 SMA fokus untuk jadi prajurit Negara. Tetapi karena kegagalan yg dikehendaki Allah (keberhasilan tepatnya, berhasil mengambil takdir), saya memilih untuk kuliah.
Menempuh jalur studi Teknik Informatika (bukan pendidikan), itupun setelah mental STAN (Sekolah Tinggi Administrasi Negara) dan AMG (Akademi Meteorologi Geofisika). Tanpa sadar, saya telah menuju step untuk menjadi pengusaha sukses (sekarang dilihat dari omset belum). Tahukan anda, tantangan terberat pengusaha setelah dirinya sendiri adalah keluarga. Kenapa? Mencari restu dari keluarga terutama kedua orangtua tidaklah mudah kawan, apalagi dengan mindset pekerja. Ibu dan Bapak saya bukanlah pengusaha, beliau berdua adalah pekerja (Bapak karyawan perusahaan swasta, ibu bekerja di Badan Kredit Desa).
Beliau berdua masih berpikir bahwa kuliah nantinya harus menjadi pekerja, kerja di kantor besar dengan pekerjaan ringan (bukan mengandalkan otot) atau paling tidak jadi PNS (profesi idaman di Magetan). Sayapun pada awal tidak terlalu berani membangkang ketika beliau berdua berkata setelah lulus kuliah nanti kerja ya nak, kerja yang enak, jadi PNS atau di kantor pemerintahan. Itu hanya berlaku di semester 1 saya kuliah, walau disemester yang sama saya sudah bicara lain dihadapan teman-teman lain. Yups, saya tidak mau bekerja kepada orang, perusahaan, dan lain-lain (intinya pekerja), saya mau mempekerjakan orang setelah lulus nantinya. Jadi pengusaha kawan, bukan jadi pekerja, untuk apa kuliah jauh-jauh, habiskan biaya banyak kalau hanya untuk menjadi pekerja? *motivasi saya.
Tetapi orangtua berpikir lain, Ibu misal, beliau berpikir kalau menjadi pengusaha itu tak perlu pintar, tak perlu sekolah tinggi-tinggi, habiskan uang banyak. Bapak juga selalu mengatakan harapannya untuk melihat saya kerja ringan, tidak seperti beliau yang menjadi mekanik kapal laut, bergulat dengan oli dan mesin-mesin. Tetapi dengan yakin di semester 2, saya mengatakan kepada ibu dan bapak “setelah lulus saya tak mau bekerja, tapi saya mau mempekerjakan orang!” Hal ini sudah tak bisa ditawar, beliau berdua tetap kontra dengan pilihan saya. Dan dengan perlahan saya menjelaskan kepada ibu dan bapak, baik dengan ucapan ketika telpon (saya kuliah di UIN Maliki Malang, tapi 1 semester tidak pernah pulang sebelum libur panjang, misi efisiensi dan bisnis). Juga dengan tindakan dan usaha (menceritakan apa saja yang telah saya lakukan dan perbuat).
Hal ini ternyata mulai mengubah mindset Ibu Bapak saya, Alhamdulillah, sekarang beliau berdua mendukung saya menjadi pengusaha. Dan tahukah anda kawan, dari restu itu yang saya peroleh dengan perjuangan lebih dari 2 semester, Alhamdulillah sekarang bisnis mulai berjalan lancar. Walau terkadang Ibu Bapak lagi-lagi mengungkit masalah untuk kerja, terpengaruh keluarga lain atau lingkungan mungkin. Karena tergiur sebulan dapat 3juta, 4juta, dll, sementara sebulan saya belum bisa dapat income lebih dari 1juta sekarang ini. Tapi penting bagi sebuah pengusaha untu memiliki visi dari awal kawan, jangan tergiur, tetap fokus dengan apa yang anda inginkan, itulah pengusaha.
Mungkin akan banyak orang berkata “bukannya kamu jadi pekerja pula jika bekerja untuk perusahaanmu?” (sudah berlaku). Tapi maaf, saya hanya akan mendengarkan, membaca, mengapresiasi, tersenyum ( ^_^ ), tapi tak akan saya ikuti pikiran itu. Saya tak mau kerja setelah lulus, “kerja” jadi pekerja oranglain, saya hanya akan bekerja untuk aturan saya, pemikiran saya, ide saya, dalam bisnis saya yaitu CMS (Cah Magetan Studio), dan bisnis yang total untuk dakwah saya CML (Cah Magetan Library). Hidup itu harus tegas, keras, kalau tidak silahkan pulang, ngempeng lagi, tak butuh pengusaha pengecut. Walau bau kecut itu tak masalah, asal mental bukan pengecut. (pengusaha), sekian semoga bermanfaat, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi…. ^_^
bs jd rekan bisnis sy ni?
ReplyDeleteinsyaAllah, slhkan inbox ke FB/ DM di Twitter/ sms ke num/ kirim email... terimakasih :)
ReplyDelete