Paving itu keras rek! |
Dibilang biasa memang tak biasa kawan, tapi kali ini saya masukkan dalam kriteria cerita unik. Karena tak setiap hari saya melakukannya kawan, apakah itu? Tuh, ngetes seberapa keras paving di depan PESMA (pesantren mahasiswa) Darul Hijrah, tempat saya tinggal sebagai santri. Yups, di PESMA yang semuanya beranggotakan cowok (laki-laki). Sebagai kaum adam di negeri ini (Indonesia), kami punya budaya kecintaan sepakbola yang berlebih. Bahkan beberapa kali kami memilih menonton sepakbola daripada jadwal kajian, dan ini dilakukan berjamaah (imamnya bukan saya, hanya memplesetkan).
Tetapi yang membuat saya khawatir adalah ketika sholat kalah dengan nonton bola, terutama timnas, astagfirullah.
Bukan hanya maniak nonton bola, tetapi juga maniak main sepakbola, itulah hal dilakukan oleh para Mahasantri (karena sudah mahasiswa, jd bukan santri lagi) di PESMA kami. Tak terkecuali pada jumat 27 April 2012, dengan beberapa anak kecil di sekitar PESMA kamipun bermain bola di halaman kecil. Saya sebetulnya akhir-akhir ini jarang ikut main futsal, karena memang lagi menghemat tenaga karena sedang ikut kompetisi dan rutin latihan. Selain itu bagi saya waktu sore lebih efektif untuk menulis di MS word (ini mah windowsnya bajakan), karena bakal menghasilkan hal lebih. Maklum kawan, seorang jurnalis dan writer, yang ahli speaker pula. :D
Saya belum tertarik ketika setelah sholat ashar berjamaah, lebih memilih isi BBM (bahan bakar makanan) di salah satu warung dekat PESMA. Setelah balik dari warung saya barulah tertarik, dan akhirnya ganti kostum kaos persija dengan baju singlet. Wah bakal seru ni, setelah lama tak nendang-nendang bola sama temen PESMA. Sebelum masuk balik dulu ngaretin rambut yang sudah mulai gondrong, sedikit mengganggu mata. Permainan seperti biasa, saya masih santai, mengandalkan umpan satu dua, gerakan cepat, ketenangan dan akurasi.
Beberapa goal dan assist saya buat, maklumlah bolanya juga bola plastik, gawangnyapun gawang bambu dan paling penting, lantainya lantai paving. Dan setelah beberapa gerakan tenang, akhirnya saya kembali pada perform sebagai SS (second striker) yang mengandalkan kecepatan, ketenangan, akurasi, dan pandangan. Hasilnya berkali-kali buat goal dan peluang, dan sekali saya melewati bek dengan tipuan sederhana tapi mematikan. Melewati dengan lari kencang jarak dekat, tetapi kena tekel. *bruk….. “macam pohon pisang jatuh.” (dalam hati saya). Nah, secara bersamaan badan saya menghantam paving, bagian kanan terpelanting ketanah, dan bibir kiri saya menghantam paving. Terasa gigi juga hantam tu paving, Alhamdulillah, masih sadar dan langsung berdiri diajak ke pinggir, pemain berakhir (g’ada peluit panjang bero).
Baru terbukti, bahwa paving itu keras kawan, tahukan anda? Dan saya salut ama kerasnya tu paving, istimewa dah. Akhirnya setelah melihat-lihat sekujur badan, ada sedikit lecet di sela-sela jari tangan, di pinggul, lengan, dan bibir jontor, karena daging dalamnya sobek. Alhamdulillah, tuh kawan, kalau anda belum mencoba pasti belum berani mengatakannya sepenuh hati. “Paving itu keras, saya salum ama kerasnya tu paving, istimewa.” Di akhir cerita, semua perlu disyukuri kawan, kalo kita sudah mati kan orang lain yang bilang innalillah, semoga tidak berucap Alhamdulillah. :D | ini cerita unik yang sekian lama tak di update, semoga bermanfaat, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi…. ^_^