5 Apr 2012

Vertical Garden, solusi lahan minim

Masuk Gagasan di Jawa pos.
       TAMAN-mungkin menjadi hal yang sangat langka bagi mereka yang tinggal didaerah perkotaan, berbeda dengan yang tinggal di pedesaan, karena relatif memiliki halaman luas. Apalagi mereka yang tinggal di pemukiman padat penduduk, rumah susun, apartemen, atau perumahan yang sempit tentu akan kesulitan memiliki taman. Mengingat, pentingnya dalam rumah memiliki taman atau tanaman hijau sebagai sirkulasi udara dan penyedia oksigen bagi manusia. Maka, dewasa ini tentu Vertical Garden bisa menjadi solusi cerdasnya.
        Kenapa harus Vertical Garden? Karena taman jenis ini tidaklah terlalu membutuhkan tempat yang luas. Karena memang memanfaatkan media yang meninggi, dan bisa menggunakan bahan-bahan sederhana, seperti bambu, pipa paralon, dan juga botol minuman. Selain sederhana bahannya, perawatannya juga tidak ribet, air yang digunakan untuk menyirami jika berlebih akan turun langsung ke tanaman dibawahnya, begitu seterusnya. Dalam hal lain, taman ini bisa dipindah-pindah tempat tanpa kesulitan. Yang terpenting lagi, taman ini tidak harus berada diluar rumah, karena jenis tanamannya memang tidak terlalu membutuhkan sinar matahari. Jadi, sekarang punya rumah dikota yang sempit juga bisa punya taman yang hijau.
TYAS HARYADI, Jurusan Teknik Informatika UIN Maliki Malang.
 
        Tulisan inilah kawan yang terpampang dalam Gagasan di Halaman Koran harian Jawapos pada tanggal 03-04-2012. Dengan ilustrasi kencing ditoilet serasa kencing disemak belukar. Yups, inilah tulisan pertama saya yang tembus di Koran tingkat nasional kawan, terbesar di Indonesia (saat ini). Sekaligus duit aliran pertama dari sebuah sumber media cetak (Koran) untuk saya, tingkat nasional pula. Sebenarnya ide ini saya dapat sewaktu mewawancarai mahasiswa Arsitektur di kampus, dimana saya jadi reporter sebuah Majalah kampus di UIN Maliki Malang (yaitu GEMA). Dari dialog dengan beberapa mahasiswa itulah saya mulai memahami plus minusnya vertical garden. Namanya mahasiswa kawan, mereka terlalu asyik dengan dunia kemanjaannya (dimanja tugas, dimanja malas, dimanja galau dan dimanja kiriman orangtua). Terkadang membuat pikiran menjadi tidak terbuka, bahkan terkesan mati suri tak berarti dan tak memberi kontribusi.
        Inilah tujuan utama kenapa saya berjuang menembuskan tulisan ketingkat nasional, agar semua sadar, bahwa mahasiswa itu sudah waktunya untuk berpikir tentang karya. Jangan Cuma galau dan cinta, galau dan cinta itu boleh, tapi galau dan cinta yang menghasilkan karya. Bukan Cuma bakat yang terpenting. Tetapi ada yang lebih penting pula, yaitu sebuah kemauan serta niat nan ikhlas! Jangan kelamaan mikir, karena pikiran tanpa dituliskan atau disampaikan = kentut yang tak bau, hanya bermanfaat sedikit perkembangan untuk berpikir lebih lagi. Untuk kali ini yang ingin saya sampai adalah “MARI BERKARYA” ^_^ | semoga bermanfaat, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi…. ^_^

2 comments:

  1. alamat email untuk emngirimkan tulisan apa mas bro?? perlu NPWP gak??

    ReplyDelete
  2. opini@jawapos.com tidak perlu kok, jk belum pny :)

    ReplyDelete

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com