hasil hunting foto di mojokerto. |
saya di candi tikus. |
Bajak dengan lembu. |
Mojokerto adalah kota yang tidak asing lagi untukku nawak (bahasa malangan dari kawan), karena eyangku (ortunya bapak) tinggal disana. Walau tak terlalu lanyah (lancar dan memahami seluk beluknya), tetapi secara garis besar mulai memahami. Sewaktu kuliah di UIN Maliki Malang, jurusan TI (teknik informatika), aku sering berkunjung kerumah eyang. Dengan membawa berbagai macam misi, dan kali ini saya membawa misi jihad fiisabilillah untuk menyampaikan amanah dari orangtua kawan. Kenapa? Karena sebenarnya orangtua saya baru saja kerumah nenek, setelah bulek (adiknya bapak) melahirkan dengan operasi cesar. Walhasil beliau kesana juga membawa teh hijau, merasa teh itu bermanfaat untuk kesehatan dan merasakan hasilnya, ibu dan bapak nyuruh saya untuk mengantarnya kerumah nenek dan kakek. *berbakti benar ibu dan bapak saya kepada orangtua, perlu dilampaui kebaktiannya… ^_^
Nah, sayapun yang beberapa minggu terakhir PP (pulang pergi, bukan pulang pagi) Malang Magetan tiap minggunya memang mengakhiri masa bermotor. Dan akan kemalang dalam misi “ngangsu kaweruh” dalam periode waktu yang cukup lama (biasanya satu semester). Nah kali ini selain mengantarkan amanah (berjuang fiisabilillah bahasa saya), saya juga bakal silaturohim ke teman2 sekitar, mengambil pembelajaran lebih dari dunia keagamaan disana, alam dan ngenalin bisnis CMS (cah magetan studio). Banyak ya? Saya mah punya motto “sambil menyelam minum susu, nonton bioskop, dan olahraga.” Komplit dah, satu kegiatan untuk multi manfaat. :D
Saya menyelesaikan dahulu urusa KRSan di jurusan, sebenarnya ada sedikit evaluasi, katanya online, tapi kok masih harus minta tanta tangan dan lain sebagainya? Seharusnya kan tidak ada, kalau ada itu namanya masih offline. Sudah, tanpa memperhitungkan hal-hal diatas, saya berangkat ke mojokerto pukul 11.15. Sambil meliuk-liuk dijalan saya masih berpikir tentang satu hal “saya belum sholat duhur”, dihati saya banyak-banyak istigfar, takut jika nanti mati sebelum selesai melakukan sholat. Mungkin Allah masih memberi kesempatan untuk diri ini selalu bernafas, wal hasil sampailah saya di Mojokerto (rumah nenek) dengan keadaan selamat, sehat wal afiat. Sebenarnya, saya juga sedikit menyia-nyiakan waktu karena lewat jalur yang belum pernah saya lewati (istilah kerennya ”ngukur dalan”). Sehingga sampainyapun menjadi molor, tak sesuai dengan target. Selalu ada hikmah dibalik hikmah kawan, minimal hal yang selalu saya yakini itu selalulah terjadi.
Setelah sampai dirumah kakek dan nenek (eyang kakung eyang putri, bahasa saya), saya cium tangan keliling dengan bulek (adiknya bapak) dan kedua eyang. Dalam hal ini saya masih ingat pesan ortu “dadi bocah iku kudu ngormati wong tuwo le!” (jadi anak itu harus menghormati yg lebih tua nak!), itung-itung nabung buat nanti tua saya juga. :D | setelah bercerita panjang lebar, dan lebar panjang, sorenya saya nyempatin membaca buku “KICK ANDY”, buku yg menceritakan sebuah acara televisi di METRO TV ini memang memiliki banyak inspirasi. Subhanallah pokoknya, dan akhirnya sayapun paham bagaimana memaknai dan mengambil banyak pelajaran dari sana. Nah, malamnya magrib dan isa’, lagi-lagi saya diajari oleh pemuda dan masyarakat disana. Musholla-musholla dan masjid ramai dikunjungi oleh mereka yang masih anak-anak, beberapa orang remaja dan banyak juga sesepuh (orang yg sudah sepuh). Saya berucap dalam hati, “disini mirip kampung santri”, walau pengetahuan agama dilihat sepintas masih pas-pasan, tapi jangan sepelekan keinginan untuk berbuat baiknya, subhanallah.
Saya sebenarnya ingin menjadi muadzin, karena memang sudah lama tak menjadi muadzin. Alhamdulillah Allah merestui mengumandangkan iqomah, *disyukuri kawan. Ingat, hal yang sangat jarang dilakukan oleh orang-orang sekarang adalah bersyukur, maka mulai sekarang mari bersyukur. ^_^ | lalu beberapa kalipun saya masih ditanya-tanya oleh para tetangga “tyas ta? Anake cak ran? Wes gedhe yo?” | “nggih cak/bu/mbah (yg manggil banyak), diopeni kaleh bapak!”. Nah, satu lagi kawan pesen saya, eyang, ataupun orangtua suka sama anaknya yang “srawung” (akrab dengan tetangga dan sekitar), jadi penting anda ramah dan menyapa semua orang yg dilalui dijalan, walau anda tak kenal. Itung-itung ngembangin budaya ketimuran juga euy… -_^ | dan saya lewati malam itu dengan senyum ria dan berbagi cerita dengan keluarga eyang, adik-adik keponakan, dan lain sebagainya. Saat semua sudah mulai tidur, saya khatamin dulu buku yang memang mau saya habiskan disana.
Satu lagi kegiatan sore itu yang belum saya ekspos, yaitu menimba air untuk keperluan masak. Maklum daerah pegunungan, tergantung sama PDAM, sementara PDAM sedang bermasalah karena longsor di daerah pacet kawan. (semoga semuanya selamat dan diberkahi Allah, amin…) | diwaktu itu saya melihat eyang putrid menimba, sementara eyang kakung memberi makan ayam (eyang kakung kakinya sakit, jadi tidak bisa kerja keras). Walhasil saya dengan sangat mengharap bisa membantu eyang putrid, saya timba, saya angkat ke tempat penampungan untuk masak. Kapan lagi bisa berbakti sama ibu dan bapaknya bapak? Saya sekarang menggantikan SUPIRAN PUJO HARTONO (nama bapak saya kawan). Nah, disini juga ada hikmah, respek kawan, respek, anda tak akan istimewa jika tak memiliki respek yang baik. Paginya, adzan subuh (sebelumnya) Alhamdulillah terbangun, masih sempat sholat dua rekaat dan berangkat ke musholla untuk sholat subuh, bisa iqomah lagi dan ngaji sampai matahari terbit lagi (sesuai rutinitas setiap harinya). Pagi itu target saya adalah mau silaturohim ketempat teman yg kenal lewat twitter (motto saya, kunjungi semua saudaramu, ini tentang sunah untuk silaturohim kawan). Dan satunya lagi adalah hunting foto dan video + ngabadikan keluarga dirumah eyang.
Alhamdulillah targetpun terpenuhi, saya sudah dapat foto dan video keluarga. Lalu berkelana sebentar ke daerah pegunungan di dekat rumah eyang, subhanallah, saya mendapat sesuatu yg luar biasa. Mulai dari adat istiadat nan masih terjaga, bajak sawah dengan sapi, rumah gedeg (rumah dari anyaman bambu), pertanian. Dan juga hal yang memeriskan hati, pertambangan batu yang kurang menjaga kelestarian lingkungan. Pemandangan yang indah di sungai dan tanaman pagi disekitar bebatuan, sungai yang meliuk-liuk, jembatan kayu yang mulai rapuh, sampai ulat nan berbulu lebat tak luput dari jepretan dan video saya. Untuk yang kali ini saya hanya bisa menjabarkan lewat hasil kawan (foto dan video). ^_^ | selanjutnya saya kembali saat waktu mendekati sholat duhur, lalu sholat dahulu di masjid, pulang kerumah eyang, makan siang sambil membaca buku-buku terakhir. Dan akhirnya bersiap untuk kembali lagi kemalang! Kali ini saya sangat bersyukur memiliki keluarga mojokerto, cintailah keluargamu kawan, maka kau akan memulai mencintai setiap keluarga yang ada didunia. Karena keluarga2 itu akan mengingatkanmu akan keluargamu. *_*
Sebelum kembali ke Malang, saya sempatkan mencari daerah jatirejo, alamat temen yang namanya dian. Hanya ingin tahu lebih tentang suatu daerah, tetapi Allah mengarahkan saya masuk candi tikus, pernah lewat beberapa kali tapi belum pernah masuk. Alhamdulillah kali ini masuk dan menikmati keindahannya, lalu cabut ke Pasuruan. Karena saya kembali memanfaatkan waktu untuk silaturohim kawan. Sempat kehujanan (basah kuyub) di sekitar kec. Gondang sampai kec. Dlanggu. Cerita selanjutnya berlanjut ekpedisi ke Pasuruan kawan, sekian terimakasih. Semoga bermanfaat, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi… ^_^
Nah, sayapun yang beberapa minggu terakhir PP (pulang pergi, bukan pulang pagi) Malang Magetan tiap minggunya memang mengakhiri masa bermotor. Dan akan kemalang dalam misi “ngangsu kaweruh” dalam periode waktu yang cukup lama (biasanya satu semester). Nah kali ini selain mengantarkan amanah (berjuang fiisabilillah bahasa saya), saya juga bakal silaturohim ke teman2 sekitar, mengambil pembelajaran lebih dari dunia keagamaan disana, alam dan ngenalin bisnis CMS (cah magetan studio). Banyak ya? Saya mah punya motto “sambil menyelam minum susu, nonton bioskop, dan olahraga.” Komplit dah, satu kegiatan untuk multi manfaat. :D
Saya menyelesaikan dahulu urusa KRSan di jurusan, sebenarnya ada sedikit evaluasi, katanya online, tapi kok masih harus minta tanta tangan dan lain sebagainya? Seharusnya kan tidak ada, kalau ada itu namanya masih offline. Sudah, tanpa memperhitungkan hal-hal diatas, saya berangkat ke mojokerto pukul 11.15. Sambil meliuk-liuk dijalan saya masih berpikir tentang satu hal “saya belum sholat duhur”, dihati saya banyak-banyak istigfar, takut jika nanti mati sebelum selesai melakukan sholat. Mungkin Allah masih memberi kesempatan untuk diri ini selalu bernafas, wal hasil sampailah saya di Mojokerto (rumah nenek) dengan keadaan selamat, sehat wal afiat. Sebenarnya, saya juga sedikit menyia-nyiakan waktu karena lewat jalur yang belum pernah saya lewati (istilah kerennya ”ngukur dalan”). Sehingga sampainyapun menjadi molor, tak sesuai dengan target. Selalu ada hikmah dibalik hikmah kawan, minimal hal yang selalu saya yakini itu selalulah terjadi.
Setelah sampai dirumah kakek dan nenek (eyang kakung eyang putri, bahasa saya), saya cium tangan keliling dengan bulek (adiknya bapak) dan kedua eyang. Dalam hal ini saya masih ingat pesan ortu “dadi bocah iku kudu ngormati wong tuwo le!” (jadi anak itu harus menghormati yg lebih tua nak!), itung-itung nabung buat nanti tua saya juga. :D | setelah bercerita panjang lebar, dan lebar panjang, sorenya saya nyempatin membaca buku “KICK ANDY”, buku yg menceritakan sebuah acara televisi di METRO TV ini memang memiliki banyak inspirasi. Subhanallah pokoknya, dan akhirnya sayapun paham bagaimana memaknai dan mengambil banyak pelajaran dari sana. Nah, malamnya magrib dan isa’, lagi-lagi saya diajari oleh pemuda dan masyarakat disana. Musholla-musholla dan masjid ramai dikunjungi oleh mereka yang masih anak-anak, beberapa orang remaja dan banyak juga sesepuh (orang yg sudah sepuh). Saya berucap dalam hati, “disini mirip kampung santri”, walau pengetahuan agama dilihat sepintas masih pas-pasan, tapi jangan sepelekan keinginan untuk berbuat baiknya, subhanallah.
Saya sebenarnya ingin menjadi muadzin, karena memang sudah lama tak menjadi muadzin. Alhamdulillah Allah merestui mengumandangkan iqomah, *disyukuri kawan. Ingat, hal yang sangat jarang dilakukan oleh orang-orang sekarang adalah bersyukur, maka mulai sekarang mari bersyukur. ^_^ | lalu beberapa kalipun saya masih ditanya-tanya oleh para tetangga “tyas ta? Anake cak ran? Wes gedhe yo?” | “nggih cak/bu/mbah (yg manggil banyak), diopeni kaleh bapak!”. Nah, satu lagi kawan pesen saya, eyang, ataupun orangtua suka sama anaknya yang “srawung” (akrab dengan tetangga dan sekitar), jadi penting anda ramah dan menyapa semua orang yg dilalui dijalan, walau anda tak kenal. Itung-itung ngembangin budaya ketimuran juga euy… -_^ | dan saya lewati malam itu dengan senyum ria dan berbagi cerita dengan keluarga eyang, adik-adik keponakan, dan lain sebagainya. Saat semua sudah mulai tidur, saya khatamin dulu buku yang memang mau saya habiskan disana.
Satu lagi kegiatan sore itu yang belum saya ekspos, yaitu menimba air untuk keperluan masak. Maklum daerah pegunungan, tergantung sama PDAM, sementara PDAM sedang bermasalah karena longsor di daerah pacet kawan. (semoga semuanya selamat dan diberkahi Allah, amin…) | diwaktu itu saya melihat eyang putrid menimba, sementara eyang kakung memberi makan ayam (eyang kakung kakinya sakit, jadi tidak bisa kerja keras). Walhasil saya dengan sangat mengharap bisa membantu eyang putrid, saya timba, saya angkat ke tempat penampungan untuk masak. Kapan lagi bisa berbakti sama ibu dan bapaknya bapak? Saya sekarang menggantikan SUPIRAN PUJO HARTONO (nama bapak saya kawan). Nah, disini juga ada hikmah, respek kawan, respek, anda tak akan istimewa jika tak memiliki respek yang baik. Paginya, adzan subuh (sebelumnya) Alhamdulillah terbangun, masih sempat sholat dua rekaat dan berangkat ke musholla untuk sholat subuh, bisa iqomah lagi dan ngaji sampai matahari terbit lagi (sesuai rutinitas setiap harinya). Pagi itu target saya adalah mau silaturohim ketempat teman yg kenal lewat twitter (motto saya, kunjungi semua saudaramu, ini tentang sunah untuk silaturohim kawan). Dan satunya lagi adalah hunting foto dan video + ngabadikan keluarga dirumah eyang.
Alhamdulillah targetpun terpenuhi, saya sudah dapat foto dan video keluarga. Lalu berkelana sebentar ke daerah pegunungan di dekat rumah eyang, subhanallah, saya mendapat sesuatu yg luar biasa. Mulai dari adat istiadat nan masih terjaga, bajak sawah dengan sapi, rumah gedeg (rumah dari anyaman bambu), pertanian. Dan juga hal yang memeriskan hati, pertambangan batu yang kurang menjaga kelestarian lingkungan. Pemandangan yang indah di sungai dan tanaman pagi disekitar bebatuan, sungai yang meliuk-liuk, jembatan kayu yang mulai rapuh, sampai ulat nan berbulu lebat tak luput dari jepretan dan video saya. Untuk yang kali ini saya hanya bisa menjabarkan lewat hasil kawan (foto dan video). ^_^ | selanjutnya saya kembali saat waktu mendekati sholat duhur, lalu sholat dahulu di masjid, pulang kerumah eyang, makan siang sambil membaca buku-buku terakhir. Dan akhirnya bersiap untuk kembali lagi kemalang! Kali ini saya sangat bersyukur memiliki keluarga mojokerto, cintailah keluargamu kawan, maka kau akan memulai mencintai setiap keluarga yang ada didunia. Karena keluarga2 itu akan mengingatkanmu akan keluargamu. *_*
Sebelum kembali ke Malang, saya sempatkan mencari daerah jatirejo, alamat temen yang namanya dian. Hanya ingin tahu lebih tentang suatu daerah, tetapi Allah mengarahkan saya masuk candi tikus, pernah lewat beberapa kali tapi belum pernah masuk. Alhamdulillah kali ini masuk dan menikmati keindahannya, lalu cabut ke Pasuruan. Karena saya kembali memanfaatkan waktu untuk silaturohim kawan. Sempat kehujanan (basah kuyub) di sekitar kec. Gondang sampai kec. Dlanggu. Cerita selanjutnya berlanjut ekpedisi ke Pasuruan kawan, sekian terimakasih. Semoga bermanfaat, salam dari Sang Penggembala, Tyas Haryadi… ^_^
0 komentar:
Post a Comment