Jika anda punya mimpi ingin ke barcelona tetapi anda ditawari ke surabaya, maka ambilah karena surabaya bisa menjadi batu loncatan untuk menggapai barselona. Inilah kawan yang ingin saya lakukan, ketika pikiran, hati dan niat sudah ingin ke sedney. Akan tetapi barunlah saya mendapat mandat untuk ke situbondo, tak apalah dari situbondo sedney kan ku gapai. ^_^, semangat 45 kawan. Ketika itu ayah teman satu pesantren di Daurul Hijrah dipanggil oleh Allah swt, lalu kamipun mendapat kesempatan untuk takjiah dan sekalian silaturohmi. Situbondo, sebuah kabupaten di jawatimur (merupakan jalur utama ke bali) yang mempunyai makanan khas yaitu tape. Di kabupaten ini memiliki batas langsung dengan laut yang memisahkan jawa dengan madura, sehingga hasil lautpun cukup melimpah didaerah ini. Ketika masuk kabupaten situbondo suasana asri masih terasa, setelah melewati paiton maka akan langsung masuk daerah bersuhu lumayan panas ini.
Disini penduduknya mayoritas memakai bahasa madura sebagai bahasa sehari-hari, karena mayoritas adalah maduranish dari daerah sumenep. Karena jika ditarik lurus dari utara ke selatan situbondo segaris dengan sumenep, selain itu kebanyakan warganya berinteraksi dengan orang sumenep. . Interaksi ini dalam bentuk kunjungan dalam hal jual beli, pernikahan dan lain sebagainya. Tiap hari ada dua kapal penumpang yang mengangkut masyarakat yang ingin menyebrang ke pulau seberang itu. Jadi dialegnya sangat mirip, hanya beti (beda tipis). Adapula budaya yang sangat unik didaerah ini, yang biasanya disebut “jek ngajek” atau mengajak. Yaitu tradisi membuatkan rumah bopa (bongkar pasang) ketika mengadakan pernikahan oleh pihak laki-laki untuk pihak perempuan. “Habis berapa ya?” pikir spontan saya, apalagi semua bahannya dari kayu, bahkan kayunya bagus-bagus bukan sembarangan kayu. Rumah bopa (ini istilah dari saya), merupakan rumah adat dari situbondo sebuah budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan.
Selain rumah 100% kayu yang indah dan sejuk ini juga ada budaya yang mungkin dianggap sederhana tapi sangat berkesan. Orang takjiah disana disuguhi berbagai jenis minuman, makanan, dan juga jajanan. “Alhamdulillah, Allah benar-benar maha penyayang baru bilang dihati kalau perut lapar sudah ada makanan siap saji.” Gumam saya di dalam hati. Saya dan kawan-kawan menghabiskan waktu lima jam setengah menempuh perjalanan dari Malang ke Situbondo dengan sepeda motor. Tapi semua terbayar dengan melihat budaya dan mengenal sesama orang pribumi yang harus kita banggakan. Selain budaya itu situbondo juga terkenal dengan tapenya, bukan tape recorder. Tape adalah ketela pohon yang sudah dikukus lalu diberi fungi untuk defermentasi sehingga menjadi manis, empuk, legit, ada asamnya, yang pasti “ma’ nyus”. Tape yang nikmat ini biasanya dapat ditemui dengan mudah didaerah perkotaan atau masuk probolinggo. Karena kemarin kami datangnya kedaerah pantai jadi belum sempat mampir mencicipi tape situbondo ditempat.
Jalan di kota tape ini juga cukup layang bagi kendaraan di Indonesia, karena juga merupakan jalur utama ke pulau dewata. Hanya butuh waktu tiga jam untuk sampai ke situbondo dari bali, ini juga menjadi daya tarik kota ini sebagai kota persinggahan yang indah dan menyajikan tempat istirahat yang nyaman. Karena sewaktu diperjalanan saya melihat ada hotel dan tempat menginap di sekitar pantai dan jalur utama kebali ramai oleh pengunjung. Padahal waktu itu hari jumat, belum masuk hari akhir pekan. Jadi, negeri ini sangat indah kawan percuma kalau sering ke singapura, malaysia, sampai jepang tapi tidak mengenal negeri kita sendiri. Cintailah negeri ini, majukan dan lestarikan pula negeri ini, bolehlah belajar keluar negeri tapi ilmunya untuk bangsa juga kelak. Semoga postingan kali ini bermanfaat, ^_^
Selain rumah 100% kayu yang indah dan sejuk ini juga ada budaya yang mungkin dianggap sederhana tapi sangat berkesan. Orang takjiah disana disuguhi berbagai jenis minuman, makanan, dan juga jajanan. “Alhamdulillah, Allah benar-benar maha penyayang baru bilang dihati kalau perut lapar sudah ada makanan siap saji.” Gumam saya di dalam hati. Saya dan kawan-kawan menghabiskan waktu lima jam setengah menempuh perjalanan dari Malang ke Situbondo dengan sepeda motor. Tapi semua terbayar dengan melihat budaya dan mengenal sesama orang pribumi yang harus kita banggakan. Selain budaya itu situbondo juga terkenal dengan tapenya, bukan tape recorder. Tape adalah ketela pohon yang sudah dikukus lalu diberi fungi untuk defermentasi sehingga menjadi manis, empuk, legit, ada asamnya, yang pasti “ma’ nyus”. Tape yang nikmat ini biasanya dapat ditemui dengan mudah didaerah perkotaan atau masuk probolinggo. Karena kemarin kami datangnya kedaerah pantai jadi belum sempat mampir mencicipi tape situbondo ditempat.
Jalan di kota tape ini juga cukup layang bagi kendaraan di Indonesia, karena juga merupakan jalur utama ke pulau dewata. Hanya butuh waktu tiga jam untuk sampai ke situbondo dari bali, ini juga menjadi daya tarik kota ini sebagai kota persinggahan yang indah dan menyajikan tempat istirahat yang nyaman. Karena sewaktu diperjalanan saya melihat ada hotel dan tempat menginap di sekitar pantai dan jalur utama kebali ramai oleh pengunjung. Padahal waktu itu hari jumat, belum masuk hari akhir pekan. Jadi, negeri ini sangat indah kawan percuma kalau sering ke singapura, malaysia, sampai jepang tapi tidak mengenal negeri kita sendiri. Cintailah negeri ini, majukan dan lestarikan pula negeri ini, bolehlah belajar keluar negeri tapi ilmunya untuk bangsa juga kelak. Semoga postingan kali ini bermanfaat, ^_^
0 komentar:
Post a Comment