Lagu kebangsaan adalah suatu kebanggaan suatu negeri, ketika lagu kebangsaan dikumandangkan bulu kudukpun berdiri, badan tegap menyatakan inilah negaraku, bangsaku. Lalu bagaimana jika lagu kebangsaan itu dijadikan bahan ejekan, bahkan diubah liriknya sesuka hati? Apa yang dilakukan bangsa itu (masyarakat umum), marah besar itu sudah pasti dalam bahasa lainnya mengatakan untuk siap tempur. Hal ini sedang dialami negeri kita tercinta, Indonesia. Lirik lagu Indonesia raya ciptaan W.R. Supratman diubah sesuka hati oleh orang negeri jiran “Indonesia tanah cairku….”, siapa yang tidak marah, masih harus dipertanyakan tentang status WNInya.
Bukan hanya lagu ini saja yang menjadi pemicu kemarahan bangsa ini, milik Indonesia mulai dulu sampai sekarang di klaim satu-satu. Sebut saja budaya, budaya mana yang tidak mereka akui? Mulai reog, lagu daerah, bahkan sampai batik dan keris mereka mengakui itu budaya mereka. Pulau mana yang tidak ingin mereka miliki? Mulai dari dua buah pulau di kalimantan yang sudah mereka miliki, sampai terakhir pulau ambalat yang mempunyai aset minyak bumi luar biasa. Tetangga mana yang tidak marah dengan tingkah laku seperti itu? Sudah berapa kali kita mengatakan “ganyang malaysia”? apakah itu berarti untuk mereka? Itulah pertanyaan yang seharusnya kita pikirkan ketika berdemo, berdebat, atau mengolok-olok mereka. Itu tandanya kita masih belum ada bedanya dengan mereka, masih suka komentar daripada bertindak, apakah ada manfaatnya untuk kita?
Sedikit kita melakukan flashback, moment “ganyang malaysia” juga pernah terjadi pada masa bung Karno. Tetapi tindakannya sangat real, Indonesia dengan gagah berani menyatakan keluar dari PBB dan dengan serempak tidak kontak dengan malaysia. Dulu malaysia belajar dari kita, tetapi sekarang mereka mulai membodohi gurunya. Jika kita mau menyalahkan siapa, yang paling tepat adalah diri kita sendiri. Sudah bukan waktunya untuk menyesal, tak ada peluang untuk lari, dan kita sudah menghapus kata menyerah dan takut dari kamus bahasa Indonesia, karena kita macan Asia, ingat “macan Asia”. Sementara Malaysia hanya negara boneka, yang sekarang mulai bersolek untuk mendapatkan perhatian dunia.
Sekarang kita mulai galakan “ganyang malaysia again”, jangan ragu untuk mengatakan itu, tapi sudah bukan zamannya kita bakar bendera mereka, sudah tidak waktunya TKI dan TKW demo di malaysia. Sekarang waktunya kita balas dengan karya, jauhi semua yang berbau negeri jiran. Upin-Ipin, hapus semua file jpg, video, dan mp3 dari alat elektronik kita, sudah saatnya kita cinta kartun milik negeri ini seperti unyil, si kabayang, dan gatotkaca misalnya. Berapa besar pemasukan orang Malaysia ketika film Upin-Ipin disiarkan di Indonesia? Main-mainan, baju, tas, sepatu, sampai buku dan lain sebagainya. Buang jauh-jauh pikiran untuk jadi TKI dan TKW di negeri jiran. Saatnya kita mengelola negeri kita sendiri, kenapa kita mau ke Malaysia untuk jadi pegawai kasar, buruh, atau pedagang kecil untuk mendapatkan uang banyak? Negeri kita sudah banyak peluang kerja, kalau tidak ada kita buat pekerjaan itu (dagang atau usaha), minimal kita bisa hidup sendiri.
Kalau para TKI dan TKW yang sudah bekerja di jiran, saya sarankan mudik lebaran ini tidak usah balik lagi ke Malaysia, tidak usah bawa barang-barang berbau Malaysia. Mari kita bangun negeri ini, walaupun jualan gorengan, hanya jadi tukang potong rambut, atau jualan sayur di pasar. Tapi yang membeli dagangan kita orang Indonesia, yang kita jual barang-barang Indonesia, yang kita potong rambut-rambut orang pribumi. Ini negeri kita bung, saatnya kita yang menjaga, supaya Indonesia raya kembali berjaya. Boikot semua barang malaysia, jika tidak ada konsumen dari Indonesia mereka akan kembali jadi boneka, hanya duduk termenung. Jangan tonton tayangan malaysia, ada artis malaysia? Buat apa, artis indonesia lebih sensasional, lebih punya kreatifitas. Kita adalah bangsa yang berbudi luhur, biarkan mereka mendebat ke dunia, kita balas dengan tindakan. Ingatkan teman, tetangga, saudara kita untuk aksi “ganyang malaysia again”. Selamat berjuang bangsaku untuk membangun negeri.
Sedikit kita melakukan flashback, moment “ganyang malaysia” juga pernah terjadi pada masa bung Karno. Tetapi tindakannya sangat real, Indonesia dengan gagah berani menyatakan keluar dari PBB dan dengan serempak tidak kontak dengan malaysia. Dulu malaysia belajar dari kita, tetapi sekarang mereka mulai membodohi gurunya. Jika kita mau menyalahkan siapa, yang paling tepat adalah diri kita sendiri. Sudah bukan waktunya untuk menyesal, tak ada peluang untuk lari, dan kita sudah menghapus kata menyerah dan takut dari kamus bahasa Indonesia, karena kita macan Asia, ingat “macan Asia”. Sementara Malaysia hanya negara boneka, yang sekarang mulai bersolek untuk mendapatkan perhatian dunia.
Sekarang kita mulai galakan “ganyang malaysia again”, jangan ragu untuk mengatakan itu, tapi sudah bukan zamannya kita bakar bendera mereka, sudah tidak waktunya TKI dan TKW demo di malaysia. Sekarang waktunya kita balas dengan karya, jauhi semua yang berbau negeri jiran. Upin-Ipin, hapus semua file jpg, video, dan mp3 dari alat elektronik kita, sudah saatnya kita cinta kartun milik negeri ini seperti unyil, si kabayang, dan gatotkaca misalnya. Berapa besar pemasukan orang Malaysia ketika film Upin-Ipin disiarkan di Indonesia? Main-mainan, baju, tas, sepatu, sampai buku dan lain sebagainya. Buang jauh-jauh pikiran untuk jadi TKI dan TKW di negeri jiran. Saatnya kita mengelola negeri kita sendiri, kenapa kita mau ke Malaysia untuk jadi pegawai kasar, buruh, atau pedagang kecil untuk mendapatkan uang banyak? Negeri kita sudah banyak peluang kerja, kalau tidak ada kita buat pekerjaan itu (dagang atau usaha), minimal kita bisa hidup sendiri.
Kalau para TKI dan TKW yang sudah bekerja di jiran, saya sarankan mudik lebaran ini tidak usah balik lagi ke Malaysia, tidak usah bawa barang-barang berbau Malaysia. Mari kita bangun negeri ini, walaupun jualan gorengan, hanya jadi tukang potong rambut, atau jualan sayur di pasar. Tapi yang membeli dagangan kita orang Indonesia, yang kita jual barang-barang Indonesia, yang kita potong rambut-rambut orang pribumi. Ini negeri kita bung, saatnya kita yang menjaga, supaya Indonesia raya kembali berjaya. Boikot semua barang malaysia, jika tidak ada konsumen dari Indonesia mereka akan kembali jadi boneka, hanya duduk termenung. Jangan tonton tayangan malaysia, ada artis malaysia? Buat apa, artis indonesia lebih sensasional, lebih punya kreatifitas. Kita adalah bangsa yang berbudi luhur, biarkan mereka mendebat ke dunia, kita balas dengan tindakan. Ingatkan teman, tetangga, saudara kita untuk aksi “ganyang malaysia again”. Selamat berjuang bangsaku untuk membangun negeri.
0 komentar:
Post a Comment